Pekerjaan Yang Paling Berat Adalah Menjadi Relawan (Volunteer)

Pekerjaan Yang Paling Berat Adalah Menjadi Relawan (Volunteer)




Setapak rai numbei - - - Menjadi karyawan atau pengusaha, masing-masing memiliki tantangan dan tanggung jawabnya sendiri. Karyawan bekerja dan digaji, pengusaha menanam modal dan kemudian berusaha mendapatkan untung. Ada timbal balik disitu. Ada usaha dan ada hasil yang dapat dinikmati oleh para pelaku pekerjaan. 

Bagaimana dengan pekerjaan volunteer atau relawan?

Menurut saya inilah pekerjaan yang paling berat. Anda harus mengeluarkan modal sendiri, untuk kegiatan sehari-hari. Anda juga harus punya skill dan mengembangkan skill sendiri tanpa ada yang membiayai. Anda yang menyanggupi sendiri untuk mengerjakan pekerjaan itu, tidak ada yang meminta apalagi memaksa, yang ada cuma tawaran bagi yang mau.

Dalam perusahaan, jika Anda tidak suka dengan lingkungan kerja, anda bisa resign untuk mencari perusahaan dan bos lain. Sebagai pengusaha, jika Anda tidak suka dengan karyawan Anda, bisa cari karyawan baru.

Tetapi sebagai relawan, tidak ada yang membayar waktu dan pekerjaan Anda, jadi tidak ada istilah resign atau mengundurkan diri dari pekerjaan. Tidak suka dengan rekan kerja? Anda yang harus menyesuaikan diri atau mencari solusi bersama. 

Sekali lagi, tidak ada yang memaksa Anda untuk menjadi relawan. Tetapi sekali Anda mengatakan ya untuk sebuah pekerjaan yang tidak dibayar, berarti Anda harus siap dengan segala resikonya. Kalau karyawan, dibayar sekalian untuk dimaki-maki customer, sekalian untuk pusing kepala memikirkan pekerjaan. Kalau relawan, tidak ada yang bayar, yang ada cuma kata-kata penghiburan,"Upahmu besar di Surga". 



Dimaki-maki orang harus terima karena mungkin orang yang maki-maki juga tidak mau tahu posisi Anda sebagai relawan. Saat tidak sengaja melakukan kesalahan yang berakibat pada orang lain, tetap harus terima resikonya. Tidak ada alasan,"Saya kan cuma relawan. Sudah bagus saya mau bantu". Kalau berlindung dibalik alasan itu, sebaiknya tidak usah ambil pekerjaan yang tidak dibayar. Karena relawan juga harus profesional. Apa jadinya sebuah proyek yang dikerjakan secara sukarela untuk kepentingan bersama dengan slogan dari kita, untuk kita, oleh kita, tetapi orang-orang yang mengerjakannya ogah-ogahan dan seenaknya, kerja seadanya waktu, bukan dengan mengalokasikan waktu walau sudah menyanggupi. 

Setiap pekerjaan pasti butuh waktu, tidak ada urusannya apakah pekerjaan itu dibayar atau tidak. Kalau tidak ada waktu, jangan ambil pekerjaan itu, kecuali memang pekerjaannya tidak butuh tanggung jawab.

Bekerja sebagai relawan yang benar-benar sukarela, memang berat. Terkadang hasil kerja kita tidak dianggap sama sekali, tetapi sekalinya salah, seolah seluruh dunia menghakimi kita.

Tetapi ada banyak manfaat menjadi relawan. Kita punya kesempatan belajar bertanggung jawab dengan benar terhadap sesuatu, kita jadi terlatih untuk melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh bukan demi uang, tetapi memang karena kita adalah orang yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Kita juga punya kesempatan melatih diri untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dimanapun pasti ada saja orang-orang 'aneh' yang menjadi pengganggu atau batu sandungan bagi kita. Maka sebagai relawan kita akan terlatih untuk menghadapi orang-orang seperti itu dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semuanya.

Biasanya tidak banyak orang yang mau benar-benar menjadi relawan yang tidak dibayar sama sekali. Maka orang yang ada biasanya harus bisa menangani masalah-masalah sendiri. Mungkin kita tidak punya pengalaman, tidak punya keahlian disitu, tetapi kalau memang niat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik, selalu ada jalan dan biasanya keahlian kita bertambah dengan sendirinya.

Menjadi relawan dalam sebuah organisasi/komunitas biasanya bukan cuma tugas sehari dua hari, tetapi per periode, misalnya setahun. Bukan berarti, sekali bersedia menjadi relawan, lantas kita tinggalkan pekerjaan utama kita. Justru disinilah kita dituntut untuk dapat mengatur waktu. Waktu untuk pekerjaan utama, waktu untuk tugas relawan, waktu untuk bersenang-senang, waktu untuk keluarga, dll. Sebaiknya mengalokasikan waktu dengan benar agar semuanya dapat tetap berjalan dengan baik. Misalkan dua jam dalam seminggu. Walau sedikit, jika diatur dengan baik, pasti ada hasilnya.

Jadi walau berat, pekerjaan sebagai relawan itu banyak gunanya. Banyak gunanya jika Anda bertahan sekalipun berat. Tidak ada kata resign sebagai relawan. Mungkin Anda harus pindah ke kota lain, negara lain, atau tidak punya waktu lagi untuk melakukan pekerjaan itu, atau jenuh, tidak apa-apa, karena tidak ada sesuatu yang abadi. Dan kita semua pasti perlu refreshing. Tetapi sebagai relawan tidak ada istilah, saya mau berhenti karena sudah sekian tahun tidak ada penghargaan untuk saya. (Mzaq Chanell)

Para relawan tidak mendapat bayaran, bukan karena mereka tidak berharga, tetapi karena mereka terlalu tinggi nilainya - Sherry Anderson


Inspirasi Jalan Setapak Bergelombang

Nekerua-Kab.Malaka,NTT

Selasa, 20 April 2021


Lihat Juga:

Persahabatan: Jangan Putuskan Tali Kekerabatan Itu

Yang Mahal Sesungguhnya Bukan Biaya Hidup Tetapi Gaya Hidup

Inspirasi Kehidupan dari Petani

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama