Kardinal Bo mengatakan peristiwa itu sebagai
“tragedi kemanusiaan besar” yang harus dihentikan.
“ Dengan rasa sakit yang luar biasa kami
mengungkapkan keprihatinan kami atas serangan terhadap warga sipil tak berdosa
yang berlindung di Gereja Hati Kudus pada 23 Mei.” Demikian kata Kardinal
Charles Bo dari Yangon dalam seruannya pada Senin (24/5).
Media lokal mengatakan lebih dari 300 orang dan
setidaknya 60 keluarga berlindung di kompleks gereja.
Itu karena pertempuran yang berlangsung akhir pekan
antara militer dan kelompok perlawanan antikudeta. Kelompok ini dikenal sebagai
pasukan pertahanan rakyatk Karenni (PDF).
Menurut kantor berita Vatikan, Fides, 75 persen
populasi Kayah merupakan kelompok etnis minoritas. Dan merupakan negara bagian
dengan persentase penganut Kristen tertinggi. Ada lebih dari 90.000 umat Katolik,
atau sepertiga dari total populasi di negara bagian itu.
Juru bicara Keuskupan Loikaw Pastor Soe Naing
mengatakan, semua yang berlindung di gereja telah melarikkan diri pada saat
para pejabat gereja memeriksa gedung yang rusak pada 24 Mei.
Dia mengatakan, sebelumnya ribuan orang mengungsi di
gereja, pastoran dan biara suster. Karena mereka memperkirakan di tempat itu
mereka aman.
Kerusakan Parah
Ketua Konferensi Uskup Myanmar (CBCM), Kardinal
Charles Bo menyebut, Gereja mengalami kerusakan parah. Dan telah membuat banyak
orang yang berlarian.
“ Serangan tengah malam membuat orang-orang malang
melarikan diri ke hutan. Nasib mereka masih belum diketahui. Banyak di antara
mereka anak-anak dan orang tua. Kelaparan dan tanpa bantuan medis,” kata
Kardinal Bo mengecamnya sebagai tragedi kemanusiaan hebat.
Dia juga menambahkan bahwa banyak orang menangisi
kematian orang-orang yang tidak bersalah.
“ Setiap hati di negara ini menangisi kematian
orang-orang yang tidak bersalah. Sekarang, ratusan orang mati, ribuan
mengungsi. Lebih dari 20.000 orang mengungsi dalam konflik baru-baru ini di
Loikaw,” keluh kardinal.
Charles Bo juga mendesak semua orang untuk
menghentikan perang. Terutama pandemi covid-19 masih mewabah yang semakin
memperparah hidup masyarakat.