Ardy B. Wiranata berhasil meraih medali perak cabang
bulutangkis nomor tunggal putra pada olimpiade tahun 1992 dari Barcelona,
Spanyol. Mia Audina mempersembahkan medali perak cabang olahraga bulutangkis
nomor tunggal putri pada olimpiade tahun 1996 di Atlanta. Nurfitriyana Saiman,
Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani merupakan trio pemanah putri Indonesia
yang berhasil mempersembahkan medali perak pertama dari cabang olahraga panahan
di ajang bergengsi olimpiade ketika dilangsungkan di Seoul tahun 1988. Pada
olimpiade di tahun yang sama pula, Icuk Sugiarto mempersembahkan medali perak
dari cabang olahraga bulutangkis nomor tunggal putra.
Icuk Sugiarto ketika memenangi kompetisi (Foto: Dok. Icuk Sugiarto) |
Nama-nama besar yang telah menorehkan sejarah
tersebut bisa jadi tidak lagi dikenal oleh kalangan muda Indonesia. Namun
perjuangan mereka mengharumkan nama bangsa tidak akan pernah bisa dipungkiri.
Presiden pertama Republik Indonesia pertama
menyatakan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.”
Sungguh sangat disayangkan banyak rakyat Indonesia, terutama generasi mudanya
yang tidak lagi mengenali para pahlawan olahraganya. Banyak pula yang menyangka
gelar pahlawan hanya disematkan pada orang-orang yang berjuang secara fisik,
mengangkat senjata melawan kaum penjajah. Padahal gelar pahlawan bisa
disematkan secara luas, bagi mereka yang menunjukkan sifat kepahlawanan, yaitu
keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban dan kekesatriaan, sebagaimana yang
disebutkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam artian ini, para
atlet kita tanpa diragukan lagi, telah menunjukkan jiwa kepahlawanan dalam diri
mereka. Namun demikian, kiprah para pejuang ini sudah mulai terlupakan, terutama
olah generasi muda kita. Apabila terus di biarkan, bukan tidak mungkin jasa
para pahlawan olahraga ini lambat laun akan terlupakan selamanya.
Ada ujar-ujar yang menyatakan bahwa sejarah
cenderung akan berulang. Tentunya kita berharap sejarah pencapaian prestasi
para atlet kita juga akan berulang suatu hari. Kita berharap suatu saat nanti,
para atlet kita kembali menorehkan tinta emas dalam sejarah dunia olahraga,
dengan kembali mempersembahkan medali demi medali dalam berbagai ajang
kejuaraan olahraga dunia. Perlu diingat juga, bahwa hanya ada dua cara sang
saka merah putih bisa berkibar di luar negeri, yaitu ketika menyambut
kedatangan pemimpin Indonesia, atau ketika atlet Indonesia berhasil menjuarai
suatu kompetisi olahraga.
Museum Olahraga Nasional di TMII (Foto: Dok. pribadi) |
Di sinilah Museum Olahraga Nasional dapat berperan.
Jejak langkah para pejuang olahraga tersimpan rapi di sana. Lengkap dengan
berbagai narasi dan informasi pendukung yang diperlukan. Mulai dari berbagai
jenis olahraga rekreasi, pendidikan hingga olahraga prestasi, semuanya tersedia.
Mulai dari memorabilia peninggalan para atlet pejuang, hingga perangkat dan
perlengkapan berbagai cabang olahraga tidak hanya dari seluruh nusantara, namun
juga dari berbagai penjuru dunia. Semua menunggu untuk dieksplorasi.
Menanamkan jiwa dan kecintaan pada dunia olahraga
perlu dimulai sejak dari kecil. Secara pribadi, olahraga diperlukan bagi tubuh
kita semua untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, terlebih di tengah gaya hidup
kebanyakan orang yang kurang sehat seperti sekarang. Secara khusus, kecintaan
pada olahraga diperlukan agar Indonesia bisa memiliki lebih banyak calon atlet
berpotensi yang kelak akan mengharumkan nama negara di kancah kompetisi antar
negara. Semakin banyak penduduk Indonesia yang berolahraga, maka makin banyak
pula olahragawan yang berpotensi dikembangkan menjadi atlet nasional Indonesia.
Pelaut yang ulung tidak lahir dari lautan yang
tenang, begitupun atlet yang andal tidak muncul tiba-tiba. Perlu ada proses
pelatihan, pendidikan dan pembinaan yang terstruktur dalam membentuk atlet yang
andal. Berolahraga tidak hanya baik untuk raga, namun juga untuk jiwa. Dengan
berolahraga, didapat jiwa yang tenang, fokus dan pantang menyerah. Tidak hanya
bagi para atlet, bagi masyarakat mumpuni, olahraga memiliki dampak yang sangat
baik. Tubuh yang kuat dan sehat, jiwa yang tenang dan tidak mudah dilanda
stress.
Medali perak yang diraih tiga srikandi panahan Indonesia pada Asian Games Hiroshima 1994 (Foto: Ummi Alifah, kurator Museum Olahraga Nasional) |
Museum olahraga dapat menjadi salah satu sarana awal
dalam menumbuhkan jiwa dan kecintaan pada olahraga sejak kecil. Selain menjadi
sarana mengisi waktu yang baik bersama keluarga, mengunjungi museum olahraga
dapat mengenalkan dunia olahraga sejak dini pada anak-anak. Dengan mengenal
atlet-atlet dan perlengkapan olahraga, diharapkan dapat tumbuh minat yang besar
untuk terus berolahraga di kalangan anak-anak muda Indonesia.
Bukan hanya menyehatkan jiwa dan raga, berolahraga
dengan rutin pun memiliki dampak yang baik bagi pendidikan anak bangsa. Tidak
mudah stress, lebih fokus, memiliki stamina yang lebih baik, merupakan
segelintir manfaat yang didapat. Belum lagi kemungkinan untuk memasuki dunia
pendidikan yang diinginkan, melalui jalur prestasi, bagi mereka yang memilih
untuk menekuni dunia olahraga dengan lebih serius. Baik dalam bentuk penerimaan
di sekolah-sekolah favorit atau yang diinginkan, maupun berupa
beasiswa-beasiswa bagi para atlet berprestasi. Semuanya mungkin dapat diraih,
dengan memulai langkah kecil, memasuki dunia ajaib para olahragawan, di mana
semua hal dapat terjadi.
Ayo ke museum olahraga...
Salam olahraga!
Jakarta, 21 Mei
2021.
Setelah Hari
Kebangkitan Nasional, menuju kebangkitan olahraga Indonesia.
Persiapan
menjelang Hari Olahraga Nasional 9 September 2021