Tarian Likurai sebagai salah satu tarian budaya daerah Kabupaten Malaka dan Belu, NTT |
Akal budi memampukan
manusia untuk berpikir dan merenungkan budayanya. Berpikir tentang budaya
berarti berfilsafat tentang budaya, sebab filsafat tidak lain
merupakan kegiatan rasional yang dijalankan oleh akal budi untuk berpikir,
membuat gagasan-gagasan, membentuk konsep-konsep tertentu, menghubungkan satu
ide dengan ide yang lain dan kemudian menyampaikannya dengan cara yang
sederhana, terstruktur sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Jadi
berfilsafat dalam konteks budaya bararti proses pencarian nilai-nilai hakiki
dalam suatu budaya yang dihidupi, kebenaran-kebenaran otentik, mengkritik
budaya --budaya yang mapan namun tidak sesuai dengan nilai kehidupan manusia.
Secara kongkrit apa sumbangan filsafat bagi kebudyaan itu sendiri?
Sumbangan Filsafat bagi budaya (Konteks Kebudayaan
Yunani)
Seperti yang kita
ketahui, filsafat lahir sebagai kritik atas mitos dan mitologi. Mitos dan mitologi
merupakan kepercaayaan dalam budaya Yunani kuno terhadap campur tangan para
dewa dalam kehidupan harian mereka. Para perintis filsafat melihat bahwa budaya
mitos dan mitologi ini pada dasarnya tidak menghargai kemampuan akal budi
manusia sebagai mahluk yang rasional. Mitos dan mitologi melemahkan hakekat
dasar manusia sebagai makhluk yang mempunyai kemapuan berpikir dan bernalar.
Akal budi tunduk pada kepercayaan mitos dan mitologi. Para perintis filsafat
kemudian menaruh perhatian yang serius untuk mengangkat kembali pada taraf yang
lebih tinggi kemampuan akal budi manusia. Mereka yakin bahwa, kejadian-kejadian
dalam alam semesta ini dapat dijelaskan secara rasional berkat kemampuan akal
budi. Budaya mitos dan mitologi harus segera ditinggalkan dan diganti dengan
budaya berpikir kritis untuk mengerti dan memahami realitas yang ada.
Lihat Juga:
Pentingnya Kebudayaan Bagi Hidup Manusia
Tradisi Lisan: Filsafat Rakyat Jelata Yang Punah?
Benarkah Nenek Moyang Kami (Fehan-Foho) Menyembah Berhala?
Jadi dalam
kenyataannya, sejak awal mula filsafat tidak dapat dipisahkan dari budaya.
Filsafat lahir dalam budaya, untuk mengkritik dan membaharui budaya. Berkat
filsafat, budaya mitos dan mitologi secara perlahan ditinggalkan. Jelas disini
bahwa sumbangan filsafat dan budaya merupakan dua hal yang berbeda namun
keduanya tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lain. Peran filsafat
bagi budaya tidak lain yakni membantu budaya untuk merenungkan kembali
nilai-nilai yang yang ada, melihat secara jeli dan menemukan nilai yang
benar-benar otentik dari suatu budaya yang dihidupi. Fisafat membantu mendorong
budaya untuk mengkritisi dirinya sendiri, demi perkembangan dan kemajuan budaya
kearah yang lebih baik.
Sumbangan Filsafat Bagi kebudayaan Indonesia
Indonesia merupakan
negara yang kaya akan budaya. Setiap suku memiliki kebudayan yang khas. Baik
itu menyangkut cara pandang, budaya hidup, budaya dalam relasi, budaya dalam
unsur-unsur material seperti seni dan lain-lain. Sistem-sistem nilai dalam
setiap budaya pun diterapkan sedemikian rupa sehingga sistem nilai yang ada
disatu budaya berbeda dengan sistem nilai dalam kebudayan yang lain.
Perbedaan-perbedaan ini mendorong manusia Indonesia untuk hidup secara
berdampingan ditengah multikulturalisme, sehingga perbedaan-perbedaan yang ada
tidak menghambat relasi, rasa persaudaraan dan rasa memiliki antar satu dan
yang lain. Perbedaan-perbedaan yang ada disatukan dalam satu kebudayaan yang
sama yakni budaya pancasila.
Salah satu bentuk upacara adat pengorbanan darah hewan di "taroman" tempat sakral untuk para leluhur. Darah korban binatang sebagai simbol isyarat dari langit |
Budaya pancasila
menjadi payung, titik tolak, rujukan utama dalam membangun suatu nilai dalam
satu budaya daerah. Budaya pancasila yang mengajarkan nilai, ketaatan dan
kepercayaan pada Tuhan yang Maha Esa, menghargai harkat dan martabat orang
lain, bersatu walaupun adanya perbedaan-perbedaan, musyawarah dan mufakat serta
menjunjung tinggi nilai keadilan agar terwujud kesejatraan bersama menjadi
titik tolak dari setiap perumusan nilai dalam budaya-budaya yang ada.
Pada bagian pengantar
telah dilihat bahwa filsafat dan budaya merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Filsafat adalah budaya berpikir. Berpikir tentang budaya dengan dan
segala macam unsur pembentuknya. Filsafat membantu budaya untuk melihat dan
merenungkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Melihat budaya
Indonesia yang beraneka ragam, hidup dalam multikulturalisme, pertanyaan yang
muncul adalah apa sumbangan filsafat bagi kebudayaan pancasila? Hadirnya
filsafat dalam kebudayaan Indonesi, bukan pertama-tama bertujuan untuk
mengganti budaya pancasila dengan sistem kebudayaan yang baru. Filsafat tidak
mendorong mausia Indonesia untuk meninggalkan paham keberagaman dan beranjak
menuju paham keseragaman. Filsafat hadir untuk mengokohkan budaya pancasila.
Filsafat hadir untuk menegaskan kembali makna dari perbedaan-perbedaan.
Filsafat mendorong setiap individu untuk berpikir kritis terhadap setiap budaya
ada, menegakan kembali nilai-nilai dari budaya pancasila yang semakin lama semakin
pudar dan ditinggalkan.
Filsafat mengajak
setiap individu untuk melihat, memahami segala realitas yang hidup dalam
budaya. Dengan berpikir kritis, setiap orang diharapakan mampu menyumbangkan
ide-ide yang berharga dan bermakna demi kemajuan budaya. Filsafat mengkritik
budaya-budaya dari setiap daerah yang tidak lagi sesuai dengan budaya
pancasila. Sikap anti terhadap perbedaan, subordinasi, paham-paham radikalisme,
sikap minoritas dan mayoritas merupakan titik perhatian filsafat dalam budaya
Indonesia sekarang ini. Berpikir kritis berarti mampu menyumbangkan sesuatu
yang bermakna untuk kebaikan bersama. Dengan berpikir kritis, setiap manusia
Indonesia diharapkan mampu menemukan makna dibalik sekat-sekat perbedaan
yang ada. Mendorong setiap individu untuk meninggalkan paham-paham yang keliru
yang menyebabkan perpecahan karena perbedaan-perbedaan yang tertentu.