Perjalanan iman itu ia dapat setelah bertemu dengan
Pastor Militer selama bertugas di Angkatan Darat Amerika Serikat. Dalam suatu
wawancara dengan
media, Cameron menyampaikan pengalaman bertemu dengan pastor di militer.
“ Pastor sangat mirip dengan petugas medis. Kami
tidak benar-benar tidak tahu apa yang mereka lakukan, mereka misterius. Tetapi
ketika Anda benar-benar membutuhkannya, Anda akan sangat senang mereka ada di
sana.”
Korban
Perang Korea
Cameron Song sendiri merupakan salah satu korban
perang Korea. Ia ditinggalkan orang tuanya di sebuah gang pada usia tiga tahun.
Itu karena kondisi perang Korea yang mengakibatkan banyak ibu yang
menelantarkan anak-anak mereka.
“ Saya tidak tahu bagaimana saya ditemukan, tetapi
saya berakhir di rumah sakit. Dokter mengira, saya tidak akan selamat jika saya
kembali. Jadi dia menempatkan saya untuk diadopsi di luar negeri,” kenang
Cameron.
Kala itu pasangan Amerika merasa terpanggil
mengadopsi dia. Keluarga Seller menjadi keluarga Baptisnya yang tinggal di
Phoenix, Arizona. Mereka merupakan yang mengenalkan Katolik kepada diri
Cameroon.
Cameron mengaku bahwa Tuhan punya rencana pada dia.
“ Tuhan punya rencana. Saya pikir Dia menginginkan
saya di sana karena Dia ingin saya tahu bahwa saya berada dalam sebuah
keluarga. Dan bahwa saya tidak perlu khawatir tentang latar belakang saya dan
siapa saya. Karena keluarga saya adalah Gereja Katolik, Gereja Universal,” kata
dia.
Andalkan Pastor
Selama bertugas di Angkatan Darat, Cameron selalu
mengandalkan para Pastor ketika keadaan sulit.
“ Musik dan khotbahnya membuat saya meneteskan air
mata karena membawa begitu banyak kenyamanan”.
Saat ini Cameron Sellers berada di California dan
belajar untuk menjadi imam di Keuskupan Agung San Fransisco. Seller juga
mengaku bahwa Gereja Katolik sangat penting, karena gereja memberi jalan kepada
umat untuk memperkuat diri dengan Tuhan.
“ Itulah yang saya lihat dari para Pastor. Saya
melihat tentang apa itu sakramen, dan mengapa Gereja Katolik sangat penting,”
Cameron Song.