***
Catatan lepas jalan setapak akar rumput untuk melihat PENGARUH MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN KOPERASI PRODUSEN PROJAKOP MITRA SEJAHTERA di setiap Regional (Provinsi) dan Cabang (Kabupaten).
Prolog
Setiap perusahaan
memiliki tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai demi kelangsungannya.
Pencapaian tujuan perusahaan tersebut menunjukkan hasil kerja atau prestasi
kerja perusahaan sebagai suatu performa organisasi. Semakin baik kinerja suatu
perusahaan, maka peluang perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya akan
lebih besar. Kinerja perusahaan diperoleh melalui serangkaian aktivitas yang
dijalankan organisasi yang saling berkesinambungan. Pengelolaan sumber daya
perusahaan serta proses pelaksanaan kerja merupakan aktivitas yang diperlukan
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sumber daya manusia merupakan faktor penting
dalam sebuah organisasi, karena sumber daya manusialah sebagai penggerak,
pemikir serta perencana dalam kegiatan perusahaan. Karyawan sebagai bagian dari
sumber daya manusia memegang peranan penting dalam menjalankan aktivitas-aktivitas
dalam perusahaan. Maka dari itu kinerja karyawan merupakan masalah yang perlu
diperhatikan oleh organisasi karena pengaruhnya besar terhadap kualitas
organisasi, khususnya bagi perusahaan profit yang senantiasa bersaing dengan
perusahaan sejenisnya.
Pada umumnya perusahaan yang baik akan
mengukur kinerja karyawannya secara berkala. Menurut Robbins (2010)
kinerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam
perkerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Umumnya
kinerja diukur dari kualitas dan kuantitas yang dilakukan manajer untuk
mengevaluasi hasil kerja karyawan sejalan dengan yang dikatakan oleh
Mangkunegara (2012) kinerja adalah hasil kerja atau produktivitas kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang atau tim kerja
dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi.
Hasil evaluasi tersebut akan dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan sebagai
sumber informasi untuk memperbaiki tampilan kerja, upaya meningkatkan
produktivitas organisasi dan kebijaksanaan terhadap karyawan.
Kinerja pada dasarnya
adalah apa yang dilakukan karyawan sehingga mempengaruhi seberapa banyak mereka
berkontribusi kepada organisasi atau perusahaan. Kinerja karyawan yang tinggi
sangat diharapkan oleh suatu perusahaan. Semakin tinggi kinerja karyawan maka
produktivitas perusahaan secara keseluruhan akan meningkat, sehingga perusahaan
akan dapat mempertahakan kelangsungannya, untuk itu karyawan dituntut supaya
mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien.
Kepuasan Kerja (Job
Satisfaction)
Robbins (2006:103)
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu terhadap
pekerjaannya. Pekerjaan membutuhkan interaksi dengan rekan sekerja dan
para atasan, mematuhi
peraturan dan kebijakan
organisasi, memenuhi standard kinerja, hidup dengan suasana kerja
yang sering kali kurang dari ideal.
Kepuasan kerja merupakan sikap
umum individu terhadap
pekerjaannya sehingga lebih mencerminkan sikap dari pada perilaku.
Keyakinan bahwa karyawan yang puas lebih produktif daripada karyawan yang tidak
puas menjadi prinsip dasar bagi para manajer maupun pimpinan Robbins (2006).
Para peneliti yang memiliki nilai humanis yang kuat berpendapat bahwa kepuasan
adalah tujuan resmi organisasi.
Salah satu
teori yang menjelaskan
mengenai kepuasan kerja
adalah teori motivator hygiene yang
dikembangkan oleh Herzberg
(1966). Teori motivator hygiene sebenarnya berujung pada
kepuasan kerja. Untuk mendatangkan
kepuasan kerja, dalam dunia
kerja kepuasan itu
salah satunya dapat
mengacu kepada kompensasi yang
diberikan oleh pengusaha, termasuk gaji atau imbalan dan fasilitas kerja
lainnya.
Noe et al. (2011)
mendefinisikan variabel ini sebagai perasaan senang sebagai akibat
persepsi bahwa pekerjaan seseorang memenuhi atau memungkinkan terpenuhinya nilai-nilai kerja
penting bagi orang itu. Definisi ini merefleksikan tiga aspek penting, yaitu :
a) Kepuasan kerja merupakan fungsi nilai yang
didefinisikan sebagai apa yang ingin diperoleh seseorang baik sadar maupun
tidak sadar.
b)
Beragam karyawan
memiliki pandangan yang
juga berbeda-beda menyangkut nilai-nilai yang dirasa penting
dan sangat berpengaruh terhadap penentuan sifat dan derajat kepuasan mereka.
c) Persepsi individu dapat saja bukan merupakan
refleksi yang sepenuhnya akurat terhadap
realitas, dan beragam orang dapat memandang situasi yang sama secara
berbeda-beda .
Menurut Wibowo (2010:
501) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang
menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang mereka diterima pekerja dan jumlah yang mereka
yakini seharusnya mereka terima, variabel kepuasan kerja ini diukur dengan
menggunakan indikator:
a. Kedudukan
Kedudukan (posisi) umumnya manusia beranggapan bahwa
seseorang yang bekerja pada kedudukan pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa
lebih puas dari pada karyawan yang bekerja pada kedudukan pekerjaan yang lebih
rendah. Hal tersebut tidak selalu benar justru perubahan dalam tingkat
pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.
b.
Pangkat
(golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat
(golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada
orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan
dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru
itu akan merubah perilaku dan perasaannya.
c.
Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur karyawan. Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40
sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan
kurang puas terhadap pekerjaan.
d.
Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan
sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan karyawan
dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan
kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian
yang penting dari organisasi kerja (sense
of belonging)
Kinerja
Kinerja adalah
hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target
atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:14). Menurut Maharjan (2012),
kinerja adalah suatu hasil yang dicapai
karena termotivasi dengan pekerjaan dan puas dengan pekerjaan yang mereka
lakukan. Tiap individu cenderung akan
dihadapkan pada halhal yang mungkin tidak diduga sebelumnya di dalam proses
mencapai kebutuhan yang diinginkan
sehingga melalui bekerja dan
pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya.
Sumber daya manusia pada suatu organisasi adalah yang merancang, menghasilkan dan meneruskan pelayananpelayanan. Karena salah satu sasaran dari manajemen sumber daya manusia adalah menciptakan kegiatan-kegiatan yang merupakan kontribusi menuju superior organization performance. Yualina dan Suhana (2012) dalam Astuti dan Dharmadiaksa (2014) kinerja merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibandingkan dengan standar kerja atau kriteria yang telah ditentukan dan disepakati sebelumnya.
Viswesvaran & Ones (2000) dalam Jimoh (2008) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan tindakan, perilaku dan hasil yang dapat diukur di mana karyawan terikat atau yang dilakukan karyawan yang berhubungan dengan tujuan organisasi dan berkontribusi pada tujuan organisasi. Sementara Sultan (2012) menyatakan bahwa pelaksanaan orang-orang dalam organisasi atau perusahaan tergantung dari cara kerja. Jenis tugas atau posisi merupakan salah satu faktor eksternal yang kuat yang sangat mempengaruhi tindakan seseorang, motivasi kerja dan kepuasan. Setiap persyaratan seseorang atau antisipasi pada dasarnya membuat peningkatan hasil kepuasan subyektif atau tekanan, khawatir atau masalah biologis. Brown et al. (2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orientasi tujuan kinerja menghindari kekhawatiran tentang tidak membuat kesalahan yang mengurangi kepuasan kerja potensial bahkan ketika orang tersebut memiliki motivasi intrinsik yang kuat.
Wibowo (2007) menyatakan bahwa Kinerja Karyawan adalah manajemen tentang
menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Kinerja Karyawan
memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja
untuk berhasil. Variabel kinerja karyawan ini diukur dengan menggunakan
indikator :
a. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara
aktif dicari oleh setiap individu atau organisasi untuk dicapai.
b.
Standar
Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan
kapan suatu tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah
tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui
kapan suatu tujuan tercapai.
c.
Umpan Balik
Antara tujuan, standar, dan umpan balik bersifat
saling terkait. Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik
dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan
perbaikan kinerja.
d.
Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat
dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau
sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau
sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat
diselesaikan sebagaimana seharusnya. Tanpa alat tidak mungkin dapat melakukan
pekerjaan.
e.
Kompetensi
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam
kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
f.
Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan
insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang,
menyediakan sumber daya yang mengakibatkan disintensif.
g.
Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk
menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada
adanya kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan
kemampuan untuk memenuhi syarat
Epilog
Istilah motivasi
berasal dari bahasa latin yaitu movere yang
berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu
kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia.
Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk
mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak
seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada
tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks
pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong seorang
karyawan untuk bekerja. Pattigrew (1991) dalam Walton (1999) mengemukakan bahwa
motivasi merupakan faktor penting untuk kinerja perusahaan. Di dalam pencapaian
kinerja karyawan, motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan seperti
dikemukakan Nimran (1996) yang mengatakan motivasi sebagai keadaan dimana usaha
dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil tertentu.
Kinerja karyawan sangat penting dilakukan penilaian atau evaluasi seperti
dikatakan Mangku-prawira (2004) penilaian kinerja sebagai proses yang dilakukan
perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang.
Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara
lebih lebih baik dari sebelumnya.
Karyawan dengan
motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan, berani mengambil risiko,
sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan
menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang membedakan dengan yang lain,
karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Berdasarkan
pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan serta jika prestasi
sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam
perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum karena mengalami
kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan
menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.
Koperasi Produsen
Projakop Mitra Sejahtera hendaknya juga memperhatikan kebutuhan karyawannya,
sehingga karyawan akan memiliki motivasi tinggi untuk bekerja dengan baik.
Kerja keras dan kinerja yang baik dari karyawan akan mempengaruhi tingkat
pelayanan koperasi dan tentunya akan berefek pada keberlangsungan koperasi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bedi,
M. 2010. An Integrated Framework for
Service Quality, Customer Satisfaction and Behavioral Responses in Indian
Banking Industry-a Comparison of Public and Private, Journal of Services
Research, 10(1), hal: 157-172.
Hardiyati,
Ratih. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Menggunakan
Jasa Penginapan (Villa)
Agrowisata Kebun The Pagilaran. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Hendarto,
Heri. Analisis Pengaruh Kualitas Produk
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Ponsel Nokia di WTC Surabaya. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Jawa Timur.
Hermansyah.
2009. Revisi Hukum Perbankan Undonesia.
Jakarta: Kencana. Hidayat, Rachmat. 2009. Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas
Produk dan Nilai Nasabah Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Bank Mandiri. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, 11(1), hal: 59-72. Jaman Adi Putra.
I
Wayan. 2009. Pengaruh kualitas pelayanan
terhadap kinerja kerelasian nasabah, Jurnal Ekonomi Bisnis, No 2, hal:
151160.
Kasmir.
2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta:
Rajawali Pers. ______. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Kumar,
S. A., Mani, B. T., Mahalingam, S., dan Vanjikovan, M. (2010). Influence of Service Quality on
Attitudinal Loyalty in Private Retail Banking: an Empirical Study, IUP Journal
of Management Research, 9(4), hal: 21-38.
Manullang,
Ida. 2008. Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Palayanan Jasa Penerbangan PT Garuda Indonesia Airlines di Bandara
Polonia Medan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara Medan.
Naeem,. Hummayoun, Asma Akram dan M. Iqbal
Saif. 2009. Service Quality And Its
Impact On Customer Satisfaction: An Empirical Evidence From The Pakistan
Banking Sector International Business & Economics Research Journal, 8(12) ,
hal: 97-113.
Parasuraman,
A., Zeithaml, V.A., and Berry, L. 1988.
SERQUAL: Multiple-item scale for Measuring consumer Perceptions of Service
Quality, Journal of Retailing, Vol. 64, hal: 12-40.
Polyorat,
Kawpong and Sophonsiri, Suvenus. 2010. The Influence of Service Quality
Dimensions on Customer Satisfaction and Customer loyalty in the Chain
Restaurant Context: a Thai Case. Journal of Global Business and Technology,
6(2), hal: 64-76.