Cinta yang Mendewasakan dan Meneduhkan

Cinta yang Mendewasakan dan Meneduhkan






Setapak rai numbeiCinta menjadi topik yang selalu hangat di hati untuk dibahas. Jatuh cinta dengan seseorang bukan hanya menerbitkan terang setelah gelap, namun juga mampu membuat warna hitam sekalipun terlihat seperti merah jambu. Di sisi lain, menjalin hubungan penuh cinta mampu membuat hidup terasa tak sepi. Bahkan, saya bisa membayangkan ketika menulis kata pertama ‘cinta’, rasanya sudah menjadi penuh.

Namun, cinta bukan sekadar gombalan kalimat yang seringkali gengsi untuk diakui. Cinta adalah emosi positif dan kata kerja. Setidaknya, dalam hidup ini kita butuh lebih banyak ruang untuk terbiasa membahas cinta dari sudut pandang yang terbuka dan keberanian untuk menyatakan cinta sebagai energi penggerak kehidupan.


Toh, realitanya setiap saat, manusia hidup berdampingan dengan cinta. Sesederhana, kita diam dan dalam hati mendoakan kesehatan orang lain. Sebuah bahasa yang tak bersuara, bukan?

Dan itu cinta

We need people to be empowered to talk about, share, and discover more about love.


Saya juga sadar bahwa cinta tak jauh berbeda dengan potongan puzzle. Satu sama lain perlu menyatukan kepingan tersebut agar menjadi “satu”. Pasalnya, kita sering lupa bahwa mencintai adalah upaya bersama untuk mengayuh kapal hingga sampai pelabuhan yang diidamkan.


Cinta membutuhkan keberanian yang tumbuh dari lubuk hati paling terdalam. Keberanian untuk terhubung, mengambil risiko untuk mengekspresikan rasa sayang, hingga menunjukkan cinta melalui aksi. Sehingga, potongan misteri tersebut perlu diperhatikan dalam momen-momen sederhana.

Cinta adalah micro-moment. Faktanya, kita sibuk fokus dengan macro-moment. Mengabaikan petunjuk sederhana yang justru bermakna untuk dirayakan. Sebut saja, tatapan tulus dan siap untuk mendengarkan dari hati.


Cinta juga adalah sebuah pemahaman. Kemampuan memahami situasi dan kondisi orang yang kita sayang tanpa banyak praduga.


Understanding is the essence of love. If we can not understand, how can we give 100% love? Artinya, cinta membutuhkan kesediaan waktu untuk diluangkan. Bukan dari segi kuantitas, melainkan kualitas. Bahkan, momen 5 menit bertanya kabar saja mampu menjadi penenang di kala hidup terasa kelabu. Kita perlu meyakini kembali bahwa hadiah terbaik yang dapat diberikan oleh orang lain kepada seseorang adalah perhatian utuh dan tulus (true presence).


Bahkan, cinta juga adalah jalan pulang.

Love is a home for everyone. Momen terbaik dari cinta adalah ketika perasaan bersemi yang mampu membangkitkan rasa rindu serta pikiran yang mampu mengenang momen kebersamaan. Selayaknya sebuah rumah ideal yang “nyaman” untuk ditinggali. Bukan sekadar persinggahan sementara.


Semakin seseorang berada di dalamnya, maka sedalam itu beratnya langkah untuk kabur/pergi ke rumah lain. The more you experience it, the more you open up and grow.


Sekali lagi, cinta adalah universal. Berhak untuk dialami dan dirasakan oleh setiap manusia. Namun, cinta yang berkualitas hadir berawal ketika seseorang mampu menemukan keindahan dari diri sendiri.


We won't be happy with someone else until we can be happy on our own.


Selanjutnya, cinta yang mendewasakan dan meneduhkan adalah tentang dua orang, bahkan lebih yang memiliki kesungguhan dalam aksi dan kekaguman yang melebihi rasa.


Oleh karena itu, biarkan cinta mengambil perannya dengan “sempurna”.

 

 Ditulis oleh: Farhanah Fitria Mustari (Managing Director YTSB)

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama