Namun, cinta bukan sekadar gombalan kalimat yang
seringkali gengsi untuk diakui. Cinta adalah emosi positif dan kata kerja.
Setidaknya, dalam hidup ini kita butuh lebih banyak ruang untuk terbiasa
membahas cinta dari sudut pandang yang terbuka dan keberanian untuk menyatakan
cinta sebagai energi penggerak kehidupan.
Toh, realitanya setiap
saat, manusia hidup berdampingan dengan cinta. Sesederhana, kita diam dan dalam
hati mendoakan kesehatan orang lain. Sebuah bahasa yang tak bersuara, bukan?
Dan itu cinta
We need people to be empowered to
talk about, share, and discover more about love.
Saya juga sadar bahwa
cinta tak jauh berbeda dengan potongan puzzle. Satu sama lain perlu menyatukan
kepingan tersebut agar menjadi “satu”. Pasalnya, kita sering lupa bahwa
mencintai adalah upaya bersama untuk mengayuh kapal hingga sampai pelabuhan
yang diidamkan.
Cinta membutuhkan
keberanian yang tumbuh dari lubuk hati paling terdalam. Keberanian untuk
terhubung, mengambil risiko untuk mengekspresikan rasa sayang, hingga
menunjukkan cinta melalui aksi. Sehingga, potongan misteri tersebut perlu
diperhatikan dalam momen-momen sederhana.
Cinta adalah micro-moment.
Faktanya, kita sibuk fokus dengan macro-moment. Mengabaikan petunjuk sederhana
yang justru bermakna untuk dirayakan. Sebut saja, tatapan tulus dan siap untuk
mendengarkan dari hati.
Cinta juga adalah
sebuah pemahaman. Kemampuan memahami situasi dan kondisi orang yang kita sayang
tanpa banyak praduga.
Understanding is the essence of
love. If we can not understand, how can we give 100% love? Artinya, cinta membutuhkan kesediaan waktu untuk
diluangkan. Bukan dari segi kuantitas, melainkan kualitas. Bahkan, momen 5
menit bertanya kabar saja mampu menjadi penenang di kala hidup terasa kelabu.
Kita perlu meyakini kembali bahwa hadiah terbaik yang dapat diberikan oleh
orang lain kepada seseorang adalah perhatian utuh dan tulus (true presence).
Bahkan, cinta juga adalah jalan pulang.
Love is a home for everyone. Momen terbaik dari cinta adalah ketika perasaan
bersemi yang mampu membangkitkan rasa rindu serta pikiran yang mampu mengenang
momen kebersamaan. Selayaknya sebuah rumah ideal yang “nyaman” untuk
ditinggali. Bukan sekadar persinggahan sementara.
Semakin seseorang
berada di dalamnya, maka sedalam itu beratnya langkah untuk kabur/pergi ke
rumah lain. The more you experience it, the more you open up and grow.
Sekali lagi, cinta
adalah universal. Berhak untuk dialami dan dirasakan oleh setiap manusia.
Namun, cinta yang berkualitas hadir berawal ketika seseorang mampu menemukan
keindahan dari diri sendiri.
We won't be happy with someone else
until we can be happy on our own.
Selanjutnya, cinta yang
mendewasakan dan meneduhkan adalah tentang dua orang, bahkan lebih yang
memiliki kesungguhan dalam aksi dan kekaguman yang melebihi rasa.
Oleh karena itu, biarkan cinta mengambil perannya dengan “sempurna”.