Basilika St. Petrus saat pengudusan berlangsung. |
Pastor Stefano Cecchin, OFM, Preside.n Akademi
Kepausan Maria Internasional, mengatakan “Damai selalu lahir dari Allah dan
oleh karena itu, sesuai dengan hati Dia yang sangat mengasihi dia.”
Saat anak-anak berpaling kepada ibu mereka, demikian
pula umat manusia mempercayakan dirinya kepada Maria, Ratu Perdamaian, di
tengah badai, perang yang meletus sebulan lalu antara Rusia dan Ukraina.
“Untuk Anda, kami mempersembahkan masa depan seluruh
keluarga manusia, kebutuhan dan harapan setiap orang, kecemasan dan harapan
dunia.”
Kata-kata Tindakan Persembahan Rusia dan Ukraina
kepada Hati Maria yang Tak Bernoda ini bergema pada Jumat sekitar pukul 18:30,
waktu setempat, di Basilika Santo Petrus, ketika Paus memimpin Ritus
Rekonsiliasi dengan pengakuan dan absolusi individu.
Tindakan Pengudusan yang sama sedang didoakan Jumat
oleh semua uskup di dunia. Di Fatima, Kardinal Konrad Krajewski, almoner
kepausan, bertindak sebagai utusan khusus Paus Fransiskus.
Sesuai dengan
Hati Maria
Keputusan Paus Fransiskus untuk menguduskan Rusia,
Ukraina dan seluruh umat manusia kepada Hati Maria yang Tak Bernoda adalah
sesuai dengan tradisi Magisterium Gereja, yang selalu memandang Bunda Maria
sebagai orang yang dapat dipercayakan pada saat-saat sulit dan cobaan.
Dalam sebuah wawancara dengan Vatican News, Ahli
Mariologi Pastor Stefano Cecchin, OFM, Presiden Akademi Kepausan Maria
Internasional, menggarisbawahi signifikansi teologis dari persemabahn ini.
Bunda Maria Fatima |
“Untuk menemukan kedamaian kita harus menyesuaikan
diri dengan hati Maria, hati yang sangat mencintai,” katanya. Pada bulan
Oktober 2020, ketika bertemu dengan para dosen dan mahasiswa Fakultas Teologi
Kepausan Marianum di Roma, Paus mengajak mereka untuk tetap “selalu
memperhatikan tanda-tanda zaman Maria yang berjalan melalui zaman kita.”
Menurut Pastor Cecchin, keputusan Paus Fransiskus
untuk memperbarui tindakan pengudusan ini pada momen bersejarah ini justru
berasal dari perhatian ini: “Ketika ada perang dalam sebuah keluarga, seseorang
mempercayakan dirinya kepada Bunda.”
Silakan temukan di bawah ini wawancara dengan Pastor Stefano Cecchin dari, Ahli
Mariologi.
Tanya: Pastor Cecchin, sebagai Mariologist,
bagaimana Anda menyambut keputusan Paus?
Jawab: Saya berangkat ke Fatima, di mana sebuah
konferensi diadakan tentang pengudusan Portugal kepada Maria Dikandung Tanpa
Noda, yang berlangsung pada tahun 1931. Saat itu negara pertama di dunia yang
dikuduskan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Dalam mempersiapkan laporan
saya, saya menelusuri kembali perjalanan Gereja di ‘Tanah Maria’, sebagaimana
negara Portugal disebut.
Saya menyadari bagaimana kehadiran ini, di semua
momen sulit dalam sejarah Portugal, memuncak dalam penampakan Fatima. Dan
justru Fatima yang memberi kita gambaran tentang Maria yang prihatin dengan
situasi di Eropa saat itu. Kita berada di tahun 1917, ada revolusi Rusia,
Perang Dunia Pertama, dan Tuhan terus menjaga kita melalui Maria, yang, dalam
penampakan di Fatima, meminta pengudusan Rusia.
Saya ingin mengatakan bahwa jika kita melihat dengan
cermat “tanda-tanda zaman Maria”, seperti yang telah diundang oleh Paus
Fransiskus, kita juga akan menemukannya pada momen sejarah saat ini. Jadi, saya
menemukan keputusan Paus untuk memperbaharui pengudusan ini dan dengan demikian
mempercayakan dua negara yang sedang berperang, Rusia dan Ukraina, kepada “Ibu”
benar-benar luar biasa.
Paus Fransiskus terus memberi tahu kita bahwa
keluarga biasa adalah seorang wanita, dan seperti Maria, bahwa Gereja seperti
Maria adalah Ibu. Kita tahu betul bahwa dalam sebuah keluarga ketika anak-anak
tidak rukun dan ada masalah, ibulah yang cenderung membawa kedamaian. Tindakan
kepercayaan ini adalah hasil dari intuisi Paus dan kami sangat berterima kasih
padanya.
Saat Paus Fransiskus memimpin upacara pengudusan Rusia dan Ukraina kepada Hati Maria Tak Bernoda. |
Tanya: Apa signifikansi teologis dari pengudusan
ini?
Jawab: Hati Maria adalah hati Tuhan. Kita harus
berpikir bahwa Maria adalah orang yang berbagi Putra tunggalnya dengan Bapa.
Putra itu sangat dikasihi oleh Bapa dan Bunda, seperti yang diingatkan oleh
Yohanes Paulus II dan Paulus VI dan seluruh tradisi kepada kita.
Maria membukakan bagi kita jalan untuk mencintai,
yang sesuai, lebih dari makhluk lain mana pun, dengan cinta Allah yang luar
biasa. Jadi kita semua dipanggil untuk menyesuaikan diri dengan Hati ini agar
dapat mengasihi Yesus dalam diri orang lain. Kami yakin bahwa perdamaian sejati
tidak datang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari senjata, atau dari politik
Negara, tetapi hanya dari Tuhan.
Karena itu, jika kita ingin menciptakan perdamaian,
kita harus menyelaraskan hati kita dengan dia yang mencintai Tuhan dan yang
mencintai Gereja dan saudara-saudari kita, yaitu Maria. Karena itu, inilah Hati
Maria yang Tak Bernoda: hati yang sangat mencintai, memberikan dirinya kepada
kita semua. Karena itu, jika kita benar-benar ingin menciptakan perdamaian,
kita harus mulai dari hati kita yang selaras dengan Hati Maria yang Tak
Bernoda.
Tanya: Paus Fransiskus telah mengundang para uskup
sedunia dan para imam mereka untuk bergabung dengannya dalam Tindakan
Pengudusan dan amanat ini. Mengapa?
Jawab: Bagi saya tampaknya pilihan ini terkait
dengan konsep sinodalitas yang terus ditegaskan oleh Paus Fransiskus. Paus
mewakili Gereja, rasa persatuan, tetapi kesatuan dengan Gereja dan di dalam
Gereja, yang – sebagaimana ia menyebutnya – rumah kita bersama.
Jadi kita tidak diselamatkan sendirian, seperti yang
diingatkan Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti dan selalu bersama-sama kita
harus memohon kepada Tuhan untuk keselamatan dunia. “Di mana dua atau tiga
orang berkumpul dalam namaKu, Aku akan berada di tengah-tengah mereka,” Injil
mengingatkan kita, dan Paus Fransiskus menekankan bahwa perjalanan
menyelamatkan dunia harus kita lakukan bersama, tidak sendirian. Inilah
sebabnya mengapa saat ini seluruh Gereja harus dipersatukan, seperti dalam
Sinode agung, Konsili agung, di mana Allah diminta untuk campur tangan.
Tanya: Sejarah Gereja memberi tahu kita bahwa ada
berbagai tindakan pengudusan Hati Maria yang Tak Bernoda, yang dilakukan oleh
para pendahulu Paus Fransiskus: Pius XII, Paulus VI dan Yohanes Paulus II.
Bagaimana kita dapat menempatkan pilihan Paus dalam konteks tradisi ini?
Jawab: Bagi kami, sangat penting bahwa Magisterium
Gereja selalu, sepanjang sejarah, memandang Maria sebagai sosok yang merupakan
gambaran kesatuan Gereja, yang memelihara Gereja, yang, pada saat-saat sulit,
kita harus selalu meminta untuk membantu kita menemukan solusi. Ikon Maria yang
paling indah, bagi saya, adalah Maria yang menunjukkan jalan kepada kita: Bunda
Maria Hodigitria, Perawan yang menunjukkan jalan kepada Yesus.
Gereja dengan kebijaksanaannya yang diterangi oleh
Roh Kudus dengan demikian terus menegaskan kembali, seperti juga Vatikan II,
bahwa Maria adalah tanda harapan yang pasti. Mari kita ingat bahwa dalam
sejarah Gereja, di saat-saat paling sulit nama Maria selalu dipanggil, seperti
yang diingatkan oleh magisterium kepausan kepada kita. Jadi Paus Fransiskus
dalam kesinambungan dengan ajaran Gereja.
Tanya: Mengapa Paus ingin salah satu utusannya,
Kardinal Krajewski, melakukan hal yang sama di Fatima?
Jawab: Penampakan Fatima harus dilihat dalam konteks
jalan yang diambil oleh Portugal. Pada abad ke-17, Raja Portugal adalah orang
pertama yang menguduskan dirinya kepada Yang Dikandung Tanpa Noda, bahkan
melepas mahkotanya dan meletakkannya di atas kepala Yang Dikandung Tanpa Noda.
Sejak itu, Raja-raja Portugal tidak pernah memakai mahkota, menyerahkan hak
istimewa ini kepada Yang Dikandung Tanpa Noda.
Jadi, kita berbicara tentang negeri di mana Maria
selalu menunjukkan perhatian dan bantuannya di saat-saat yang paling sulit.
Fatima, karena itu, menjadi puncak dari manifestasi ini yang kemudian melampaui
batas-batas Portugal menjadi kenyataan, karena itu sebuah penampakan, yang
berlaku untuk seluruh dunia. Jadi, ini bukan hanya soal mempercayakan Rusia dan
Ukraina kepada hati Maria, tetapi segala sesuatu yang tidak adil, yang
bertentangan dengan hak pribadi manusia, itu adalah perilaku mafia. Semua
kenyataan ini ingin kita ubah bersama melalui Maria untuk membuat dunia yang
lebih baik.
***
Pastor Frans de
Sales, SCJ, Sumber: Fabio Colagrande
dan Benedetta Capelli (Vatican News)
Artikel ini telah dipublikasikan di hidupkatolik.com