Dekat dengan Tuhan tak berarti aman dari kejatuhan
Peristiwa Yudas
Iskariyot yang mengkhianati Yesus adalah bukti bahwa bahkan orang yang ada
dalam lingkar dekat Tuhan pun bisa tergoda dan jatuh dalam kuasa gelap.
Dewasa ini kalau kita
amati ada orang yang kecewa dan meninggalkan Gereja karena merasa sakit hati
melihat begitu banyak orang munafik yang aktif menggereja.? Ada pula yang
menyesal karena ?pastor pujaannya? menikah dengan seorang ibu yang aktif ke
gereja.
Tentu ini konyol.
Iman tak bergantung pada
ada atau tidaknya orang munafik di Gereja karena kalau demikian seharusnya
sejak dulu kita sudah kecewa karena Yudas Iskariyot yang pengkhianat pun
dibiarkan dekat denganNya.
Tuhan menghormati
kehendak bebas
Yesus membebaskan Yudas
memilih mengikuti kemauannya untuk mengkhianati atau membatalkan? Jika mau,
Yesus bisa saja membuat Yudas tak terjerumus. Tapi Ia percaya bahwa sebenarnya
dengan menggunakan kehendak bebas yang diberikanNya, Yudas bisa memilih mana
yang paling baik untukNya.
Kehendak bebas adalah anugerah.
Kita
mempertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah. Maka dari itu, tak ada yang
lebih baik daripada memberikan kebebasan tersebut, kembali kepada Tuhan,
mengikat kemerdekaan kita untuk setia kepadaNya.
Selalu ada jalan untuk
kembali
Kisah pengkhianatan
Yudas selalu berhasil membuatku berpikir penasaran, Andai Yudas tak lari ke
taman di luar kota Yerusalem untuk bunuh diri, andai ia kembali kepada
murid-murid lainnya dan menyesalkan perbuatannya, adakah ia diampuni??
Dengan pengetahuan
imanku yang amat terbatas, aku selalu beranggapan bahwa andai saat itu ia
bertobat, Yudas dimaafkan. Kenapa? Tuhan memiliki samudra pengampunan yang maha
tapi Yudas tak mengindahkannya.
Yudas merasa
kesalahannya terlalu besar dan menganggap kerahiman Tuhan terlampau kecil untuk
bisa mengampuni dosa-dosanya itu.
Ia kecewa, ia sedih, ia
gantung diri lalu mati untuk selama-lamanya.