Menjadi salah satu
narasumber dalam acara tersebut, Pastor Katolik Pater Philipus Tule, SVD,
mengungkapkan bahwa ikhtiar positif antar agama ini telah dilakukan sejak lama
di kawasan Indonesia Timur. Untuk merekat persahabatan dengan umat Islam, umat
Katolik di sana bahkan membangun kerja sama dengan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah dalam berbagai kegiatan sosial hingga penelitian dan publikasi
yang mengajarkan semangat dialog dan perdamaian.
“Kemungkinan untuk membangun
kerukunan dan kerja sama antar iman bergantung pada kita dalam memahami telogi
yang diajarkan agama-agama, bahwa teologi itu adalah suatu hasil pergumulan
akademik dari para pemikir agama-agama. Dia bukanlah wahyu,” jelas Tule.
“Sehingga jika seseorang
itu berpikiran sempit, maka dia cenderung radikal. Tapi ketika pemahaman
agamanya lengkap, luas, dan komprehensif termasuk pemahamannya pada agama lain,
maka semakin terbuka imannya dan semakin terbuka untuk menghayatinya dalam
semangat kerja sama lintas iman,” imbuhnya.
Meski ide ini telah
disampaikan oleh Paus Clemen ke-XI di abad 18, di dunia Katolik sendiri, kata
dia ikhtiar membangun kesadaran baru untuk mengedepankan dialog dan kerja sama
antar iman secara resmi dimulai sejak Konsili Vatikan ke-II.
“Bahwa gereja zaman
sekarang atau gereja post Konsili Vatikan II telah menandai suatu era baru
dalam gereja yang semakin dialogal dan terbuka terhadap agama-agama dunia,
khususnya Islam,” ungkapnya.
“Itu intinya spirit
untuk membangun kerja sama dalam berbagai dokumen Konsili Vatikan II, yaitu
membangun dunia, masyarakat, dan semua faktor-faktor ini menggerakkan gereja
secara internal bersama kelompok yan lain untuk membangun dunia ini,” jelasnya.
Tokoh-tokoh Katolik
seperti Charles de Foucauld hingga Paus pun kata Tule telah memberikan contoh
nyata bagaimana membangun persahabatan antar umat beragama.
“Di samping ensiklik
kami juga belajar dari hidup para Paus itu. Mereka berkunjung ke negara muslim
seperti pidato Paus Yohanes Paulus ke-II untuk bersatu antara muslim dan
Katolik melawan sekularisme dan ateisme,” ungkapnya. (afn) *** muhammadiyah.or.id