“Demi mendukung misi
pemerintah untuk mempercepat proses digitalisasi secara masif di seluruh
negeri, kami menggandeng Orbit Future Academy (OFA) sebagai pengelola kurikulum
wawasan teknologi dan keterampilan masa depan,” kata Direktur Utama Lintasarta,
Arya Damar di Kupang, Jumat, (19/8/2022).
Ia mengatakan bahwa
program CSR yang dinamakan Digitalintasarta itu baru diluncurkan pada Jumat
(19/8) dengan menghadirkan kurikulum pembelajaran bagi ratusan pelajar dan guru
sekolah menengah kejuruan di NTT dan dicanangkan sebagai upaya percepatan
transformasi digital, sekaligus penyerapan tenaga kerja di wilayah terkait.
Arya Damar mengatakan
bahwa program itu didukung penuh oleh Intel Indonesia, Microsoft Indonesia, Bank
NTT dan Politeknik Negeri Kupang (PNK).
Ia menjelaskan bahwa
pada pelaksanaannya, modul pengajaran ini diberikan dalam periode kurang lebih
tiga bulan. Selanjutnya ada pemetaan jangka panjang agar anak-anak yang dilatih
dapat direkrut perusahaan ternama maupun membangun daerah.
“Program ini menilik
NTT sebagai provinsi pariwisata yang sedang berkembang dan tentunya membutuhkan
dukungan digitalisasi baik itu infrastruktur maupun SDM,” ujar dia.
Ia menegaskan bahwa
digitalisasi yang didukung dengan sinyal dapat membuka akses masyarakat dalam
perekonomian dan begitu pula daerah dapat diakses oleh dunia global.
Lintasarta sendiri
telah menyediakan komunikasi data internet juga IT servis untuk berbagai sektor
industri dengan lebih dari 2.400 pelanggan korporasi juga memiliki lebih dari
35.000 jaringan.
Jaringan ini meliputi
layanan komunikasi data fiber optik, jaringan satelit, managed security
and collaboration, data center dan DRC, cloud computing, managed services,
e-Health dan solusi total komunikasi data dengan jaminan ketersediaan
koneksi jaringan (SLA) hingga 99,99 persen sesuai kebutuhan pelanggan.
Kepala Bidang (Kabid)
Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ayub Sanam, menyebut
teknologi jaringan berpengaruh pada implementasi kurikulum merdeka di NTT.
"Sementara di NTT
masih terdapat daerah-daerah yang ‘blind spot ‘atau tanpa
sinyal," ujar dia.
Sementara dunia
pendidikan NTT selama COVID-19 menunjukkan belum cakapnya siswa maupun guru
soal teknologi digital ditambah lagi adanya keterbatasan infrastruktur terkait.
"Apalagi hanya 40
persen siswa yang menggunakan smartphone dan guru pun belum cakap
seluruhnya dalam pembelajaran jarak jauh," kata dia.
Ia yakin pendidikan
ketrampilan yang sangat menarik ini disambut baik oleh 8 SMK di NTT yang
mengutus guru dan siswanya.
Ayub ingin kerja sama
ini berlanjut dan peserta dapat membagikan pengetahuan kepada sekolah lainnya
pula. *** antara.com