Bagi para katekis Pakistan, menghayati iman adalah sebuah tantangan

Bagi para katekis Pakistan, menghayati iman adalah sebuah tantangan

Uskup Indrias Rehmat (tengah) dari Faisalabad bersama para katekis selama upacara penyerahan penghargaan di paroki Rosario Suci, di Faisalabad, Pakistan, pada 5 Juni. (Foto disediakan)


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Yousaf Bachan, seorang katekis generasi ketiga dari Faisalabad di Provinsi Punjab, Pakistan, dikenal blak-blakan di saluran YouTube-nya, tetapi ia tidak suka mengeluh tentang kesulitan keuangannya.

Pria berusia 57 tahun itu, meluncurkan Masihi Talimaat (ajaran Kristen) tahun lalu, saat ini ia melayani paroki Kota Kristen di Keuskupan Faisalabad.

Dia menolak untuk berbagi informasi tentang dana pensiun yang didapat oleh ayah dan kakeknya.

“Kami tidak membagikan data tentang uang dan bantuan. Inflasi telah mempengaruhi umat paroki yang dukungannya telah berkurang, tetapi kami tidak ingin menimbulkan masalah.  Hanya mempublikasikan pekerjaan kami,” kata Bachan kepada UCA News.

Bachan, termasuk di antara lebih dari 100 katekis yang melayani di 25 paroki di Keuskupan Faisalabad, mendapat gaji 4.000 rupee (17,41 dollar AS) per bulan dari pastor paroki.

Keuskupan itu menandai tahun 2022 sebagai “Tahun Katekis” untuk memperingati 70 tahun Pusat Pelatihan Katekis St. Albertus di Khushpur, sebuah desa Katolik terbesar di negara itu.

Sejauh ini, Keuskupan Faisalabad telah mengadakan empat acara untuk menghormati para katekis lokal, sekitar 20 di antaranya sudah pensiun.

Bulan lalu, Uskup Indrias Rehmat memberikan penghargaan kepada delapan katekis di Paroki Rosario Suci di kota Madina, Faisalabad.

Dia juga menaikan dana pensiun bagi para katekis pensiunan menjadi 1.000 rupee.

Ghani Sardar, yang lulus dari St. Albertus pada tahun 1970 dan pensiun pada tahun 2003, berterima kasih kepada prelatus itu.

“Kami menanggung biaya bensin dan mengendarai sepeda motor kami untuk mengunjungi  umat di desa-desa yang jauh. Itu sangat sulit bagi kami karena cuaca dingin dan kabut yang ekstrem,” kata pria berusia 80 tahun yang telah bekerja dengan 27 imam itu.

Gereja harus berbuat lebih banyak untuk para katekis yang berperan penting dalam menyebarkan Injil, jalan Kristus dan mengajarkan sakramen, kata Sardar.

“Semua 16 katekis angkatan saya mendapat gaji bulanan hanya 127 rupee. Saat ini berkisar antara 1.500 hingga 2.000 rupee. Itu sulit membesarkan delapan anak, tetapi saya berasal dari keluarga petani dan memiliki rumah sendiri,” jelasnya.

Sardar dipercayakan untuk mempopulerkan lagu-lagu himne dalam bentuk qawwali (renungan sufi), dengan  pengulangan yang terampil dari sebuah ayat dengan iringan tepuk tangan dan ketukan drum.

Sebagian besar evangelisasi di republik Islam itu dilakukan oleh para katekis seperti dia yang harus menyelesaikan 10 tahun sekolah normal sebelum mendaftar untuk pelatihan.

Badan amal Katolik yang berbasis di Kanada ‘Aid to the Church in Need’ (ACN), yang telah lama mendukung pelatihan katekis, menyebut Pusat St. Albertus di Khushpur, sebagai “jantung yang berdetak” dari pelayanan pastoral Gereja di Pakistan.

Kursus tiga tahun yang ditawarkan termasuk belajar katekese, liturgi, kitab suci, teologi pastoral, ditambah psikologi, geografi, studi bahasa, berbicara di depan umum dan musik.

Ada penekanan yang lebih besar pada formasi daripada sekadar informasi dan jadwal akademik yang ketat memungkinkan waktu untuk meditasi harian, hari-hari refleksi bulanan dan retret dua kali setahun.

Para katekis dalam pelatihan mengunjungi umat lokal di Khushpur untuk berbicara dan berdoa bersama mereka. Mereka juga menemani para katekis yang terlatih dalam pekerjaan mereka selama sekitar satu minggu.

Para istri katekis juga mengambil kursus yang memberikan pengetahuan dasar tentang kitab suci  untuk melayani para wanita di komunitas, termasuk perawatan kesehatan dan menjahit.

Paroki-paroki di sini sangat  luas dan  banyak pemukiman terpencil. Oleh karena itu para katekis sangat mendukung para imam yang berperan utama dalam mewariskan iman Katolik. Dalam banyak kasus, kehidupan paroki akan terhenti tanpa mereka,” kata situs  ACN.

Di Keuskupan Agung Lahore, seorang katekis baru memulai dengan gaji per bulan 3.000 rupee. Kenaikan tahunan hanya 100 rupee tergantung pada persetujuan atasan di gereja.

Di Keuskupan Faisalabad, katekis memperoleh gaji 2.000 rupee untuk meresmikan pernikahan.

Menurut Pastor Abid Tanveer, Vikjen  Keuskupan Faisalabad, para katekis terkadang diberi kompensasi dengan paket data.

“Mereka kebanyakan mendapatkan gaji dari pekerjaan pastoral dan kunjungan rumah. Yesus juga menasihati bahwa pekerja itu layak untuk mendapatkan upah. Mereka yang sudah menikah bahkan dibayar uang saku selama pelatihan dan sepenuhnya menyadari keadaan ini,” katanya kepada UCA News.

Pastor Abid Tanveer mengatakan para katekis memang berperan penting dalam membangun komunitas Kristen kecil karena keakraban mereka dengan masyarakat lokal dan umat  akar rumput.

“Uskup telah memberi tahu kenaikan gaji mereka, tetapi pandemi Covid-19 telah sangat mempengaruhi keuangan Gereja,” tambahnya.

Sumber: For Pakistani catechists living the faith is a challenge

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama