Uskup Indrias Rehmat (tengah) dari Faisalabad bersama para katekis selama upacara penyerahan penghargaan di paroki Rosario Suci, di Faisalabad, Pakistan, pada 5 Juni. (Foto disediakan) |
Pria berusia 57 tahun
itu, meluncurkan Masihi Talimaat (ajaran Kristen) tahun lalu, saat
ini ia melayani paroki Kota Kristen di Keuskupan Faisalabad.
Dia menolak untuk
berbagi informasi tentang dana pensiun yang didapat oleh ayah dan kakeknya.
“Kami tidak membagikan
data tentang uang dan bantuan. Inflasi telah mempengaruhi umat paroki yang
dukungannya telah berkurang, tetapi kami tidak ingin menimbulkan masalah.
Hanya mempublikasikan pekerjaan kami,” kata Bachan kepada UCA News.
Bachan, termasuk di
antara lebih dari 100 katekis yang melayani di 25 paroki di Keuskupan
Faisalabad, mendapat gaji 4.000 rupee (17,41 dollar AS) per bulan dari pastor
paroki.
Keuskupan itu menandai
tahun 2022 sebagai “Tahun Katekis” untuk memperingati 70 tahun Pusat Pelatihan
Katekis St. Albertus di Khushpur, sebuah desa Katolik terbesar di negara itu.
Sejauh ini, Keuskupan
Faisalabad telah mengadakan empat acara untuk menghormati para katekis lokal,
sekitar 20 di antaranya sudah pensiun.
Bulan lalu, Uskup
Indrias Rehmat memberikan penghargaan kepada delapan katekis di Paroki Rosario
Suci di kota Madina, Faisalabad.
Dia juga menaikan dana
pensiun bagi para katekis pensiunan menjadi 1.000 rupee.
Ghani Sardar, yang
lulus dari St. Albertus pada tahun 1970 dan pensiun pada tahun 2003, berterima
kasih kepada prelatus itu.
“Kami menanggung biaya
bensin dan mengendarai sepeda motor kami untuk mengunjungi umat di
desa-desa yang jauh. Itu sangat sulit bagi kami karena cuaca dingin dan kabut
yang ekstrem,” kata pria berusia 80 tahun yang telah bekerja dengan 27 imam
itu.
Gereja harus berbuat
lebih banyak untuk para katekis yang berperan penting dalam menyebarkan Injil,
jalan Kristus dan mengajarkan sakramen, kata Sardar.
“Semua 16 katekis
angkatan saya mendapat gaji bulanan hanya 127 rupee. Saat ini berkisar antara
1.500 hingga 2.000 rupee. Itu sulit membesarkan delapan anak, tetapi saya
berasal dari keluarga petani dan memiliki rumah sendiri,” jelasnya.
Sardar dipercayakan
untuk mempopulerkan lagu-lagu himne dalam bentuk qawwali (renungan
sufi), dengan pengulangan yang terampil dari sebuah ayat dengan iringan
tepuk tangan dan ketukan drum.
Sebagian besar
evangelisasi di republik Islam itu dilakukan oleh para katekis seperti dia yang
harus menyelesaikan 10 tahun sekolah normal sebelum mendaftar untuk pelatihan.
Badan amal Katolik yang
berbasis di Kanada ‘Aid to the Church in Need’ (ACN), yang telah lama
mendukung pelatihan katekis, menyebut Pusat St. Albertus di Khushpur, sebagai
“jantung yang berdetak” dari pelayanan pastoral Gereja di Pakistan.
Kursus tiga tahun yang
ditawarkan termasuk belajar katekese, liturgi, kitab suci, teologi pastoral,
ditambah psikologi, geografi, studi bahasa, berbicara di depan umum dan musik.
Ada penekanan yang
lebih besar pada formasi daripada sekadar informasi dan jadwal akademik yang
ketat memungkinkan waktu untuk meditasi harian, hari-hari refleksi bulanan dan retret
dua kali setahun.
Para katekis dalam
pelatihan mengunjungi umat lokal di Khushpur untuk berbicara dan berdoa bersama
mereka. Mereka juga menemani para katekis yang terlatih dalam pekerjaan mereka
selama sekitar satu minggu.
Para istri katekis juga
mengambil kursus yang memberikan pengetahuan dasar tentang kitab suci
untuk melayani para wanita di komunitas, termasuk perawatan kesehatan dan
menjahit.
Paroki-paroki di sini
sangat luas dan banyak pemukiman terpencil. Oleh karena itu para
katekis sangat mendukung para imam yang berperan utama dalam mewariskan iman
Katolik. Dalam banyak kasus, kehidupan paroki akan terhenti tanpa mereka,” kata
situs ACN.
Di Keuskupan Agung
Lahore, seorang katekis baru memulai dengan gaji per bulan 3.000 rupee.
Kenaikan tahunan hanya 100 rupee tergantung pada persetujuan atasan di gereja.
Di Keuskupan
Faisalabad, katekis memperoleh gaji 2.000 rupee untuk meresmikan pernikahan.
Menurut Pastor Abid
Tanveer, Vikjen Keuskupan Faisalabad, para katekis terkadang diberi
kompensasi dengan paket data.
“Mereka kebanyakan
mendapatkan gaji dari pekerjaan pastoral dan kunjungan rumah. Yesus juga
menasihati bahwa pekerja itu layak untuk mendapatkan upah. Mereka yang sudah
menikah bahkan dibayar uang saku selama pelatihan dan sepenuhnya menyadari
keadaan ini,” katanya kepada UCA News.
Pastor Abid Tanveer
mengatakan para katekis memang berperan penting dalam membangun komunitas
Kristen kecil karena keakraban mereka dengan masyarakat lokal dan umat
akar rumput.
“Uskup telah memberi
tahu kenaikan gaji mereka, tetapi pandemi Covid-19 telah sangat mempengaruhi
keuangan Gereja,” tambahnya.
Sumber: For
Pakistani catechists living the faith is a challenge