Gwanghwamun Square di Seoul, Korea Selatan. (Foto: Bohao Zhao/Wikimedia) |
Tugu baru tersebut
berisi penjelasan tentang makna di balik beatifikasi Paul Yun Ji-chung dan 123
sahabatnya yang menjadi martir karena iman mereka pada abad ke-18 dan ke-19.
Tugu itu diresmikan pada 6 Agustus, lapor Catholic Times of Korea.
Uskup Auksilier
Keuskupan Agung Seoul, Mgr. Benedictus Hee-Song Son dan ketua Komite Pemuliaan
Martir Keuskupan Agung itu melakukan proses renovasi bekerja sama dengan
otoritas Metropolitan Seoul.
Perdana Menteri Han
Duck-soo berharap tugu itu akan memberi pencerahan kepada para pengunjung
tentang sejarah bangsa.
“Area itu yang
menghubungkan Gwanghawmun Square, Istana Gyeongbok dan Cheong Wa Dae adalah
kunci utama dari sejarah panjang kita, kebudayaan dan demokratisasi yang luar
biasa,” katanya seperti dikutip Kantor Berita Yonhap.
“Saya mengharapkan agar
tugu itu sepanjang Cheong Wa Dae yang telah kembali menjadi bagian dari
alun-alun, akan menjadi tujuan dari para wisatawan dari seluruh dunia,”
tambahnya.
Cheong Wa Dae umumnya
dikenal sebagai Blue House, bekas kediaman presiden, sementara
Gwanghwamun Square berdiri di depan Istana Gyeongbokgung tempat banyak orang
Kristen dianiaya dan dibunuh selama pemerintahan dinasti Joseon yang menganut
Buddha (1392-1910).
Paul Yun Ji-chung
(1759-1791) dan 123 martir lainnya dibunuh karena menolak untuk melepaskan iman
mereka (1791-1888).
Dia adalah orang
Katolik Korea pertama yang dianiaya dan dibunuh ketika dinasti Joseon memulai
penindasan yang mematikan pada masa-masa awal Kekristenan di semenanjung itu.
Menurut catatan Gereja
Korea, antara 8.000 hingga 10.000 umat Katolik menjadi martir karena iman
mereka selama penganiayaan yang berlangsung lebih dari satu abad.
Selama upacara
beatifikasi di Seoul pada 16 Agustus 2014, Paus Fransiskus memuji para martir
Korea itu atas pengorbanan besar mereka.
“Dalam upaya membawa
misteri Tuhan, iman Katolik Roma tidak dibawa oleh para misionaris ke
pantai Korea. Sebaliknya, misteri itu masuk melalui hati dan pikiran orang
Korea sendiri,” kata Paus Fransiskus.
Ke-124 martir tinggal
selangkah lagi menjadi orang kudus dalam Gereja Katolik.
Alun-alun Gwanghwamun
yang direnovasi telah diperluas dan sebagian dipugar menjadi taman. Ini
menampung patung-patung perunggu besar dengan Raja Sejong di tengahnya.
Raja Sejong (1397-1450)
adalah raja keempat dari dinasti Joseon dan dipuji sebagai salah satu penguasa
terbesar dalam sejarah Korea.
Alun-alun yang
direnovasi berukuran lebih dari 40.000 meter persegi, lebih dari dua kali lipat
ukuran sebelumnya 18.840 meter persegi.
Pihak berwenang telah
menanam 5.000 pohon baru, termasuk 300 pohon tinggi, yang secara efektif
meningkatkan ruang hijau alun-alun dari sekitar 2.800 meter persegi menjadi
lebih dari 9.300 meter persegi, memberikan lebih banyak naungan di musim panas.
Sumber: Korean
govt helps renovate Catholic martyrs memorial