Masyarakat Kampung Numbei pose bersama dalam sebuah hajatan |
Namanya adalah Kampung Numbei.
Secara administrasi, kampung ini masuk ke Desa Kateri, Kecamatan Malaka Tengah
Kabupaten Malaka. Namun jangan harap kendaraan roda empat bisa masuk menembus
perkampungan tersebut, sebab satu-satunya akses ke lokasi ini hanya berupa
jalan setapak berukuran tak lebih dari 3 meter yang dipenuhi tanah liat berbatu
dan harus melewati aliran sungai tanpa
adanya jembatan penyebrangan.
Untuk menuju lokasi,
setidaknya dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam dari Betun, ibu kota
Kabupaten Malaka. Secara territorial wilayah tak jauh dari kantor Desa Kateri,
jalanan menuju Kampung Numbei sudah dihadapkan dengan kontur jalan rusak
berbatu yang masih belum pernah diperbaiki oleh pemerintah setempat karena
hanya berupa jalan setapak dari Dusun Bei Seran menuju Dusun Numbei.
Seperti saat Setapak
Rai Numbei mencoba menembus masuk ke lokasi perkampungan pada Kamis (13/10/2022)
pagi. Di awal perjalanan, tepatnya setelah melalui jalanan berbatu, ada sebuah
jembatan yang hanya bisa dilalui 1 kendaraan roda empat. Tak jauh di ujung
jalan, jalur ini terputus oleh hutan lindung suaka margasatwa Kateri dan ada
pohon yang tumbang akibat diguyur hujan.
Namun untungnya, saat
itu wilayah Numbei sedang cerah. Meski di beberapa titik masih terlihat jelas
kubangan lumpur bekas guyuran hujan, tapi kondisi jalan masih bisa dilewati
asalkan punya keahlian khusus saat melintasi jalan setapak dari Kateri menuju
Kampung Numbei.
Lain kisah dari warga kampung
Numbei yang berjalan Pulang dari kota Betun melewati kampung Kakaniuk
diharuskan melewati aliran sungai Benanain dan menanjak sedikit melewati jalan
bebatuan, suasana pemukiman penduduk mulai terlihat. Suasananya sangat sepi,
sesekali hanya terdengar suara gonggongan anjing, ayam, babi dan kambing yang
memecah keheningan di perkampungan tersebut.
Setibanya di sana,
sambutan hangat warga setempat terlihat begitu menyejukan. Sembari
memperkenalkan dirinya, dia mempersilakan wartawan untuk duduk di amben rumah
panggung yang mayoritas terbuat dari bahan kayu jati tersebut.
Karena penasaran, teman Setapak Rai Numbei mencoba terus melanjutkan perjalanan
hingga ke ujung kampung. Betul saja, kendaraan biasa tidak akan mampu menembus
masuk karena kondisi jalannya yang menanjak penuh bebatuan dan harus melalui
dua aliran sungai tanpa jembatan penyebrangan.
Untuk menempuh ke kampung
Kateri, setidaknya dibutuhkan waktu 2 jam perjalanan. Medan ke sana makin berat
karena mayoritas jalan menanjak penuh bebatuan besar yang terlihat sama sekali
belum tersentuh oleh pembangunan.
Suana pemukiman
penduduk di kampong Numbei sepi. Tercatat ada 70an KK yang menghuni kampung itu
dan biasanya mereka masih sibuk di kebun dan baru pulang ke rumah pada sore
hari.
Karena tidak menemui
siapapun, Setapak Rai Numbei memutuskan kembali ke rumah Adat Mamulak.
Perjalanan panjang yang melelahkan, seolah terbayar karena di sepanjang jalan
suara aliran sungai tidak pernah berhenti bersautan sembari diiringi merdunya
suara binatang di alam terbuka itu.
Tiba di rumah adat
Mamulak, ada beberapa orang warga rupanya sudah menyiapkan beberapa gelas
lengkap dengan kopi hitam dan termos berisi air panas. Sembari mempersilahkan
duduk, warga masyarakat kemudian menceritakan kondisi kampungnya yang sudah
puluhan tahun tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah terutama akses
jalan.
***
Numbei rai moris fatin