KIRIM - Tampak buah tomat berada dalam bak mobil pikap di Pos Lintas Batas Negara Motaain, Atambua sebelum dikirim ke Timor Leste. |
Tomat itu dihasilkan
oleh para petani di wilayah perbatasan Indonesia - Timor Leste. Pengiriman ini
sekaligus yang pertama kali dilakukan.
Ekspor perdana untuk 12
ton tomat dilakukan secara bertahap menggunakan mobil pikap. Awalnya dua
pengiriman untuk dua ton.
Sementara Direktur
Perumda Belu Bhakti, Ventje Jacobus Roman Abanit menyebut, untuk hari pertama
pengiriman merupakan tomat dari tujuh kelompok tani di Desa Henes Kecamatan
Lamaknen Selatan.
Sedangkan keseluruhan
kelompok-kelompok tani yang nantinya hasil tomat mereka diekspor, kata dia,
merupakan petani dalam ekosistem binaan Bank NTT.
Dalam hitungan, ke
depan akan mengekspor lagi komoditas hortikultura selama ada stok yang mana
cocok harganya sesuai dengan permintaan.
"Targetnya begitu.
Selama ada stok dan harga cocok dan masih di bolehkan karena ekspor
produk pertanian harus ada izin khusus dari pemerintah Timor Leste," ujar
dia, saat dihubungi wartawan dari Kupang, Sabtu 20 Mei 2023.
Sebelumnya pada 2 Mei
2023 Perumda Belu Bhakti juga telah mengeskpor alat-alat pertanian sesuai
purchase order (PO) senilai Rp 1 miliar ke Timor Leste.
Pengiriman ini melalui
Gedung Mal Pelayanan Publik (MPP) Timor Atambua dan akan menggunakan sebanyak 4
kontainer. Alat pertanian ini adalah mesin giling padi dan jagung.
"Kami berdagang
jadi alat pertanian ini kami belanja di Pulau Jawa karena alat dipesan sesuai permintaan
dan spesifikasi pembeli," jelasnya.
Ia mengaku pihaknya
juga telah bekerja sama dengan Koperasi Niaga Sejahtera dari Kementerian
Perdagangan dalam tujuan perdagangan hasil pertanian.
Perumda Belu Bhakti
juga, kata dia, sudah menyewa ruangan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain
sebagai marketing point atau show room produk.
"Produk apa saja
dari pabrikan dan juga UMKM untuk tujuan ekspor," ujar Ventje.
I Made Aryana selaku
Kepala Kantor Bea Cukai Atambua dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu
20 Mei menyampaikan mengenai kegiatan ekspor tomat ini.
Memang kegiatan ekspor
cukup banyak melalui Atambua, sebut dia, peningkatannya pun mencapai 106 persen
berdasarkan perbandingan tahun ke tahun. Sayangnya komoditas ekspornya bukan
berasal dari komoditas asli Kabupaten Belu sendiri.
"Sebagian besar
produk yang dikirim selama ini adalah hasil dari Jawa, utamanya Surabaya,"
jelas dia.
Dengan adanya
ekspor perdana seperti ini pun adalah langkah maju dalam bisnis daerah yang
berbatasan langsung dengan RDTL.
Ia menyampaikan Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Atambua, Perumda Belu Bhakti dan
Bank NTT tetap terus bekerjasama mendorong produk eskpor asli dari wilayah
tersebut.
"Setelah
sebelumnya sukses mengekspor peralatan pertanian, kali ini berhasil mendorong
ekspor hasil hortikultura. Dengan adanya ekspor perdana ini diharapkan mampu
membuka jalan untuk ekspor selanjutnya," jelas dia. (Fan)