"Kalau kami lihat
masyarakat sedikit panik dengan situasi seperti ini, artinya kalau keluar jalan
juga selalu hati-hati," kata Kepala Desa Fenun, Antonius Tefa, yang
dihubungi Rabu (31/5).
Antonius menyebut warga
saat ini juga merasa ketakutan setelah keluarnya laporan hasil pengujian
laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil laboratorium menyatakan
sampel organ anjing yang diperiksa positif rabies.
Antonius mengatakan
warga masih beraktivitas seperti biasa meski ada ketakutan. Apalagi pada malam
hari, mereka keluar selalu membawa senjata tajam sebagai antisipasi diserang
anjing.
"Kita [semula]
tidak tahu sama sekali bahwa ini adalah virus rabies," katanya.
Kata Antonius, warga
yang pertama kali terkena gigitan anjing dan meninggal dunia yakni AB (45). Ia
digigit anjing pada April lalu dan sakit sebulan kemudian.
AB digigit anjing di
bagian tumit kaki sebelah kanan. Namun setelah digigit, AB tak merasakan hal
yang berbeda. Gejala baru muncul secara perlahan.
Kasus rabies baru
diketahui setelah awal Mei ada beberapa ekor anjing liar yang datang ke Desa
Fenun. Anjing-anjing liar itu lalu secara sembarang menyerang warga, dan
kemudian mati dengan mengeluarkan busa dari mulut.
Antonius menerangkan,
ada lebih dari lima ekor anjing mati mendadak setelah menggigit warga.
Anjing-anjing liar itu juga menggigit anjing milik warga yang kemudian mati
karena rabies.
Saat ini warga Desa
Fenun disebut Antonius sangat waspada. Mereka tak sungkan akan mengejar anjing
liar yang ditemukan dan kemudian dibunuh.
"Dalam beberapa
hari ini sudah ada sekitar empat atau lima ekor anjing liar yang dibunuh
masyarakat," kata Antonius. "Bahkan ada yang dikejar sampai ke
pinggir kali lalu dilempari sampai mati oleh warga,"
"Yang lebih
berbahaya lagi, ini anjing-anjing dari luar yang kita tidak kenal itu, itu
jalan malam," kata Antonius.
"Sekarang semua
anjing warga sudah diikat dan ada yang dikandang," katanya.
Sementara itu, ada dua
sampel anjing milik warga Desa Fenun yang diambil untuk dilakukan pemeriksaan.
Hasilnya, organ kedua anjing itu terinfeksi rabies.
Hingga Rabu (31/5)
siang waktu setempat, Antonius mengatakan belum ada vaksinasi dari pemerintah
setempat di desanya, baik untuk anjing warga maupun terhadap penduduk di Desa
Fenun yang pernah kena gigit.
Sejauh ini, disebut
Antonius, ada 15 warganya yang dilaporkan pernah tergigit anjing, tapi belum
juga mendapat vaksinasi. Desa itupun kemudian diisolasi. Tak boleh ada hewan
dari luar masuk ke desa tersebut, begitu juga sebaliknya.
Pemda Kabupaten Timor
Tengah Selatan telah menetapkan status keadaan luar biasa atau KLB seiring
peningkatan angka dugaan terinfeksi rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan
dalam sepekan terakhir ini.
Hingga Selasa (30/5),
jumlah kasus rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan telah mencapai 46 orang yang
telah menyebar di sembilan kecamatan di kabupaten tersebut.