Saat ini, Juni sebentar
lagi memasuki tahun ajaran baru. Idealnya semua sekolah sudah harus memakai
Kurikulum Merdeka agar di 2024 berjalan dengan lancar.
Masih ada ratusan ribu sekolah yang memakai K13. Apakah
kelak di 2024 semua sekolah sudah memahami Kurikulum Merdeka? Hendaknya
demikian. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, Kurikulum Merdeka akan jadi
kurikulum nasional.
Tapi, tunggu dulu!
Keputusan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional, hanya ditetapkan dengan
Surat Keputusan Menteri. Yang artinya gampang-gampang saja dianulir oleh
menteri selanjutnya sebagaimana juga K13.
Tentu saja, kita semua
berharap hal itu tidak terjadi dalam waktu singkat. Agar terlihat hasilnya,
satu kurikulum perlu diterapkan selama satu dekade atau 10 tahun. Bahkan lebih.
Karena kurikulum adalah
menyangkut dua komponen utama pendidikan
yaitu guru dan peserta didik. Keduanya adalah manusia yang memiliki hati, rasa
dan juga kemampuan beradaptasi yang tidak bisa instan.
Kita semua berharap
tahun 2024 nanti Kurikulum Merdeka masih akan menjadi program unggulan
Kemdikbudristek. Tidak banyak negara yang mengganti kurikulum lima tahun
sekali. Indonesia adalah salah satunya. Sehingga guru dan siswa sibuk
beradaptasi dengan slogan dam model pembelajaran setiap lima tahun sekali.
Tapi begitu mereka
nyaman, dan mulai memahami kurikulum baru serta sudah bisa menerapkan,
tiba-tiba ada lagi pergantian kurikulum sehingga yang terjadi adalah kelelahan
batin dan fisik dalam beradaptasi dengan model kurikulum baru.
Pada tahun 2015, skor
PISA siswa Indonesia lebih tinggi dibanding tahun 2018. Padahal saat itu, masih
memakai model UAN. Apakah model pengajaran UAN mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menyelesaiakan soal-soal PISA?
Yang jelas, di UAN
model pemahaman bacaan, yang menanyakan ide pokok, atau pikiran utama, sangat
banyak pada pelajaran bahasa. Soal-soal seperti itulah yang banyak muncul di
PISA yaitu memahami literasi secara mendalam.
Saya tidak sedang
memuji model UAN, namun sekadar membandingkan bahwa tidak ada satu pun
kurikulum yang betul-betul unggul jika saja tidak dimulai dari peningkatan
kualitas guru.
Guru adalah ujung
tombak dan pengawal mutu pendidikan di sekolah. Coba lihat saja cara mengajar
guru profesional dan yang tidak akan sangat besar perbedaannya.
Saat ini guru-guru di
Indonesia tolok ukur sebagai guru unggulan adalah yang lengkap administrasinya
di kelas bukan guru yang begitu memesona siswa ketika mengajar. Guru yang bisa
menyampaikan ilmu hingga meresap ke dalam sanubari siswa.
Guru yang dipuji adalah
guru yang bisa menghadirkan administrasi yang tebalnnya satu rim ketika
disupervisi oleh kepala sekolah atau pengawas. Di zaman serba-canggih ini,
bukankah untuk melengkapi administrasi tinggal di-copy paste? Apa hebatnya guru
yang hanya lengkap di administrasi, namun keok dan tidak punya kompetensi
mengajar?
Sehingga mungkin di
tahun 2024 dan seterusnya sudah saatnya pemerintah baru memikirkan cetak biru
peningkatan kualitas 3 juta guru ASN dan non ASN, bukan lagi sibuk merancang
dan mengganti kurikulum.
Guru-guru dan siswa
sudah kenyang dijejali pergantian kurikulum dalam waktu singkat. Kita percaya
pada kualitas Kurikulum Merdeka akan membawa kemajuan untuk pendidikan
Indonesia.
Jangan ada lagi
pergantian kurikulum apapun namanya itu, mau Kurikulum 4.0, Kurikulum 2030,
Kurikulum Abad 21, atau bahkan Kurikulum Indonesia Hebat sekalipun tidak akan
mengubah wajah pendidikan kita secara sim salabim jika faktor kompetensi guru
tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Kalaupun kurikulumnya
tidak hebat—dan misalnya kita balik lagi memakai Kurikulum KTSP—pendidikan
Indonesia akan tetap maju di tangan guru-guru yang hebat. Sehingga bisa
disimpulkan jika mau kurikulum bersinar dan cemerlang, maka hebatkan dulu
guru-gurunya.
Tahun 2024, kita akan
mengalami pergantian pemerintahan. Hal itu sudah pasti. Wajah-wajah baru akan
mengisi kabinet Indonesia. Visi dan misi baru juga akan dibuat dan dijadikan
slogan di mana-mana.
Hal ini akan sangat
mencemaskan jika juga melanda dunia pendidikan. Mungkin para elite politik bisa
bersepakat untuk tidak ikut menarik-narik pendidikan ke arah perpolitikan.
Insan pendidikan sudah demikian kelelahan menghadapi perubahan kurikulum yang
tidak henti-hentinya.
Kurikulum Merdeka
diklaim memiliki segudang keunggulan yang akan mengantarkan pendidikan
Indonesia ke arah kemajuan yang berarti. Perlu diberi kesempatan untuk
perbaikan pendidikan Indonesia. ***
Secarik catatan reflektif dunia pendidikan
Tanjakan Beitara, 17 Juni 23