Dokter Israel sambung kepala anak Palestina yang putus. Foto: Hadassah Medical Center |
Suleiman awalnya sedang
mengendarai sepeda. Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya. Dia kemudian langsung
diterbangkan ke Unit Trauma Hadassah Ein Kerem di Yerusalem dan langsung
dioperasi.
Cedera yang dialami
Suleiman telah diatasi pada awal Juni. Namun pihak rumah sakit menunggu sebulan
untuk mengumumkan hasilnya.
Dilansir Daily Mail,
Suleiman perlahan pulih setelah menjalani operasi yang berlangsung selama berjam-jam.
“(Kepala Suleiman)
hampir sepenuhnya terlepas dari pangkal lehernya,” kata dokter.
"Kami berjuang
untuk hidup bocah itu," kata dr. Ohad Einav, salah satu ahli bedah yang
mengoperasi Suleiman, kepada The Times of Israel.
Suleiman berasal dari
tepi barat, ia menderita kondisi yang bernama internal decapitation. Ini
merupakan keadaan di mana pangkal tengkorak bagian atas dan tulang belakang
terlepas, sementara jaringan kulit dan leher masih utuh.
Beda halnya dengan decapitation,
yang merupakan kondisi di mana kepala dan tubuh terlepas secara total. Internal
decapitation biasanya terjadi ketika adanya benturan secara tiba-tiba di area
kepala.
Benturan ini,
menyebabkan ligamen dan otot yang menahan tengkorak pada posisi tulang belakang
bagian atas, robek. Cedera ini termasuk langka dan kasusnya terjadi kurang dari
1 persen dari kasus cedera tulang belakang yang pernah ada.
Insiden internal
decapitation jarang bisa diketahui dengan cepat. Ini karena 70 persen korban,
meninggal seketika atau saat sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pembedahan kasus
internal decapitation hanya mungkin dilakukan jika pembuluh darah besar masih
utuh. Ini karena aliran darah ke otak harus dipertahankan.
Cedera ini diobati
dengan menyatukan tengkorak dan tulang belakang menggunakan batang, sekrup,
pelat, dan mungkin cangkok tulang.
Para ilmuwan menangkap pemindaian dari otak seorang pria lansia yang tiba-tiba meninggal dunia. Foto: Shutterstock |
“Prosedur (operasi) ini
sangat rumit dan memakan waktu berjam-jam. Selama di ruang operasi, kami
menggunakan pelat dan fiksasi baru di area yang rusak,” kata dr. Einav.
“Kemampuan kami untuk
menyelamatkan anak itu (bisa terjadi) berkat pengetahuan kami dan teknologi paling
inovatif di ruang operasi.”
Beruntung Suleiman tak
mengalami defisit neurologis atau disfungsi sensorik maupun motorik. Suleiman
dapat berjalan tanpa bantuan dan menjalani masa pemulihan dengan baik.
“Saya akan berterima
kasih sepanjang hidup saya karena telah menyelamatkan putra satu-satu (saya
yang) tersayang. (Saya) memberkati kalian semua.” ujar Ayah Suleiman.
“Yang menyelamatkannya
adalah profesionalisme, teknologi juga pengambilan keputusan cepat oleh tim
trauma dan ortopedi. Yang bisa saya katakan adalah, terima kasih yang
sebesar-besarnya.”