Pertama-tama, perlu diakui bahwa gadget, seperti
smartphone dan tablet, telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari
banyak orang, termasuk anak-anak dan remaja. Namun, penggunaan gadget ini tidak
selalu produktif. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk bermain game atau
menjelajahi media sosial dapat mengalihkan perhatian siswa dari pembelajaran.
Mereka mungkin menjadi kurang fokus saat di kelas atau bahkan saat mengerjakan
tugas sekolah di rumah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas
pendidikan, karena siswa tidak dapat menyerap materi pelajaran dengan baik.
Media sosial juga memainkan peran besar dalam
mengganggu pendidikan. Anak-anak dan remaja sering kali tergoda untuk
terus-menerus memeriksa pemberitahuan, postingan, dan interaksi sosial di
platform seperti Facebook, Instagram, atau TikTok. Ini tidak hanya mengganggu pembelajaran,
tetapi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecanduan media
sosial dan masalah kesehatan tubuh. Kualitas tidur yang buruk akibat terlalu
lama terjaga di malam hari untuk bermain gadget atau menjelajahi media sosial
juga dapat memengaruhi kinerja akademis.
Selain itu, media sosial juga memungkinkan
penyebaran informasi palsu atau hoax. Siswa yang belum cukup dewasa secara
kritis dapat dengan mudah terpengaruh oleh berita palsu atau pandangan yang
tidak seimbang, yang dapat merusak pemahaman mereka tentang isu-isu penting.
Ini juga dapat menyebabkan polarisasi pandangan dan kesulitan untuk membedakan
fakta dari opini, yang merupakan keterampilan kritis dalam pendidikan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua
penggunaan gadget dan media sosial berdampak negatif. Mereka juga dapat menjadi
alat yang bermanfaat dalam pendidikan jika digunakan dengan bijak. Internet
memberikan akses ke sumber daya pendidikan yang luas, termasuk materi
pembelajaran online, kursus daring, dan platform pembelajaran interaktif. Guru
dapat menggunakan teknologi untuk menghidupkan pelajaran dengan konten
multimedia yang menarik. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan sebagai
alat kolaborasi dan berbagi pengetahuan jika digunakan dengan bijak.
Untuk mengatasi dampak negatif dari gadget dan media
sosial, pendidikan di Indonesia perlu mengambil pendekatan holistik.
Pertama-tama, diperlukan edukasi yang kuat tentang penggunaan yang bertanggung
jawab dan bijak teknologi digital. Siswa harus diberi pelatihan tentang
bagaimana mengelola waktu mereka secara efektif dan bagaimana mengidentifikasi
informasi yang tidak dapat dipercaya di dunia digital.
Selain itu, guru perlu memiliki pemahaman yang kuat
tentang teknologi dan media sosial, sehingga mereka dapat mengintegrasikannya
ke dalam pembelajaran dengan cara yang positif. Mereka juga harus menjadi model
peran yang baik bagi siswa dalam penggunaan teknologi. Di samping itu, perlu
ada upaya yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang
merangsang dan interaktif. Ketika siswa merasa terlibat dan terinspirasi oleh
pembelajaran, mereka akan cenderung kurang tertarik pada gadget dan media sosial.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk
diingat bahwa teknologi tidak akan pergi. Sebaliknya, kita perlu belajar
bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak dan efektif. Ini adalah bagian
integral dari persiapan generasi muda untuk masa depan yang penuh dengan
perubahan teknologi. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat meminimalkan
dampak negatif dan memaksimalkan manfaat positif dari dunia digital dalam
pendidikan di Indonesia.