Pada buku Psikologi
Positif; “Memumpuk Kebahagiaan dan Pengembangan Diri” Garvin Goei pada halaman
6 dijelaskan, Salah satu pendekatan yang signifikan dalam menginterpretasi
kebahagiaan adalah prinsip eudaimonia yang dicetuskan pertama kali oleh
Aristoteles. Menurut Aristoteles, tidak semua kesenangan layak untuk dikejar.
Alih-alih mengejar kesenangan, hidup yang bahagia adalah hidup yang berbudi
luhur (virtuous life). Hidup berbudi luhur yang dimaksud adalah kehidupan yang
mengaktualisasikan diri kita, memaksimalkan potensi diri kita, dan melakukan
sesuatu yang memang pantas untuk dilakukan.
Ketahuilah tujuan
daripada manusia itu hidup atau diciptakan untuk membangun jiwanya sebaik
mungkin. Karena pada dasarnya kebahagiaan itu bisa dicapai apabila manusia mengetahui,
memahami dan merefleksikan pengaktualisasian prinsip kebaikan. Berbicara
tentang kebajikan (virtues), kita bisa melihat dari konsep Aristoteles bahwa
setiap sesuatu itu mempunyai kebaikan (kebajikan) utama yang unik dan mempunyai
maksud dan tujuan segala sesuatu. Suatu misal kita menggambarkan bentuk dan
rasa dari garam yang asin yang memiliki fungsi rasa sebagai bumbu atau penguat
gurih masakan, begitu juga gula sebagai pemanis dan penguat rasa dalam setiap
minuman yang menjadikannya nikmat. Begitu juga kita sebagai manusia, tentu
kehadiran secara eksistensinya mempunyai tujuan dan maksud dari
kebaikan/kebajikan utama (virtues).
Pada dasarnya manusia
memiliki atau mempunyai tujuan hidup yang sama yaitu meraih kebahagiaan dan
dalam literatur-literatur Yunani disebut sebagai eudaimonia secara harfiah
dapat diartikan sebagai “jiwa yang baik.” Kondisi atau keadaan jiwa yang baik
dapat diusahakan dengan upaya-upaya manusia dalam mengemban atau meraih suatu
ilmu atau pengetahuan dan dari padanya pula manusia mampu menerapkan dan
mengaktualisasikan pada perilakunya. Pada buku Psikologi Positif; Pendekatan
Saintifik Menuju Kebahagiaan Iman Setiadi Arif pada halaman 22, dijelaskan,
menurut Seligman, kebahagiaan yang diperoleh dari realisasi virtues dalam
kehidupan adalah kebahagiaan yang autentik. Kebahagiaan autentik-yang dilandasi
eudaimonia-akan ditandai oleh flourishing, yaitu berkembang penuhnya pribadi
seseorang karena telah menjalani hidup yang baik.
Berbicara tentang
eudaimonia (jiwa yang baik), disini kita akan menemukan tentang suatu hal
dimana ada yang dimaksud dengan esensial-nya yaitu jiwa. Dalam buku Fahruddin
Faiz, Filsafat Kebahagiaan halaman 23,”Bahwa manusia punya esensi. Apa esensi
manusia? Jiwa. Jadi kata Plato , hakikat manusia adalah jiwanya.” Jiwa adalah
“sesuatu” yang bergerak, menggerakkan dirinya sendiri, dan termanifestasikan
lewat badan. Dimana apabila fungsi jiwa dapat berjalan optimal dengan daya guna
yang baik dan tepat serta terpenuhi aspek fungsi optimalnya maka akan
menjadikan suatu bentuk daya jiwa yang berfungsi indah atau cakep. Pada
dasarnya Plato menganjurkan untuk meningkatkan kapasitas akal budi manusia yang
luhur untuk mencapai suatu kebahagiaan. Dengan optimalnya akal budi manusia
akan mencapai keseimbangan antara tiga unsur jiwa manusia yaitu epithumia,
thumos dan logistikon-nya. Ditambah apabila logos (Ilmu/logika) bertemu dengan
Eros (Cinta) maka akan lahir keutamaan-keutamaan pada jiwa. Jadi melakukan
keutamaan atau kebaikan didasari oleh ilmu dan hasrat apa yang hendak di
amalkannya maka akan menumbuhkan gelora kebaikan dan kebahagiaan pada jiwa dan
aspek-aspek yang meliputinya.
Apabila jiwa dapat
terpenuhi dengan pas dan selaras maka akan tumbuhlah arête (keutamaan) atau berfungsinya sesuatu secara penuh dan
menyeluruh. Dalam buku Psikologi Kebahagiaan; Membedah Kebahagiaan dalam
Perspektif Psikologi Positif , Taufik Kasturi dan Yeni Mulati, pada halaman 20
dijelaskan, bila manusia ingin meraihnya (kebahagiaan), maka ia akan
mendapatkannya dengan cara melakukan usaha-usaha ke sana yaitu melalui
cultivation of virtues (penanaman kebaikan-kebaikan). Apabila pengaktualisasian
dalam ranah manusia atau individu dalam menerapkan kebaikan mampu di
optimalisasi maka kesejahteraan akan menjadi suatu pokok yang mampu diraih dan
dikembangkannya.