Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS |
Di
tengah upaya ini, muncul kondisi negara-negara kaya memonopoli vaksin, sehingga negara-negara
lain kekurangan. Masalah distribusi vaksin yang merata memang harus menjadi
perhatian bersama.
Berikut
Setapak Rai Numbei merangkum kabar terkait penanganan pandemi corona dan vaksinasi secara
global sejauh ini:
WHO Soroti Negara Kaya Monopoli
Vaksin Corona
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/PIERRE ALBOUY |
Direktur
Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam negara-negara kaya yang
memonopoli vaksin corona. Sebab hal ini bisa mengganggu ketersediaan vaksin
bagi negara-negara miskin dan berdampak pada upaya menghentikan pandemi secara
global.
Menurutnya,
kesepakatan langsung negara-negara kaya dengan produsen vaksin bakal mengurangi
alokasi vaksin dari platform COVAX yang disediakan PBB untuk negara-negara
miskin.
Tedros
tak mengungkap negara-negara kaya mana saja yang memonopoli vaksin. Namun kecaman
Tedros ini muncul beberapa hari setelah negara-negara industri yang tergabung
dalam G7 akan mempercepat pengembangan dan penyebaran vaksin pada Jumat (19/2).
Meksiko dan Argentina Desak PBB
Turun Tangan soal Distribusi Vaksin
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS |
Desakan
PBB turun tangan mengatasi masalah distribusi vaksin disampaikan Presiden
Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dan Presiden Argentina Alberto Fernadez.
Mereka juga mendesak negara-negara kaya untuk membantu negara-negara miskin.
Obrador
mengatakan, skema PBB dalam memastikan negara miskin bisa mendapatkan vaksin
melalui COVAX tidak berhasil. Sebab 80 persen distribusi vaksin COVID-19 hanya
terkonsentrasi di 10 negara.
Ketidaksetaraan
dalam distribusi vaksin telah menimbulkan kritik bahwa semua kecuali negara
terkaya di dunia harus menunggu berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun,
untuk mendapat vaksin COVID-19.
Menkes Ajak Merenung Usai Kasus Covid Tembus 1 Juta
"Tidak Ada Corona di Tanzania, Realitas Semu yang dibuat Magufuli
Brasil Izinkan Penggunaan Penuh
Vaksin Pfizer
Brasil mengeluarkan izin penuh penggunaan vaksin Pfizer sebagai yang pertama disetujui secara penuh di Brasil. Regulator sebenarnya sudah menyetujui pemakaian vaksin AstraZeneca dan Sinovac asal China namun hanya sebatas penggunaan darurat.
Meski
Pfizer sudah diizinkan digunakan di Brasil, hingga saat ini nasib vaksin itu
masih belum jelas akibat konflik politik.
Presiden
Jair Bolsonaro sempat mengkritik persyaratan kesepakatan yang diusulkan oleh
Pfizer karena dianggap memberatkan. Dalam persyaratannya, Pfizer dapat
dibebaskan dari tanggung jawab jika ada masalah yang tidak terduga saat
penggunaan vaksin.
Ghana Jadi Negara Pertama Penerima
Vaksin Gratis COVAX
Ilustrasi masyarakat Ghana. Foto: Jessica Sarkodie for The Body Shop International |
Ghana jadi negara pertama yang menerima vaksin gratis dari skema COVAX yang didukung PBB. Sebanyak 600 ribu dosis vaksin bagian awal dari pengiriman vaksin AstraZeneca/Oxford tiba di negara ini pada Rabu (24/2).
Hal
ini disampaikan UNICEF. Badan PBB itu menyebut, vaksin skema COVAX ini dikirim
dari India ke negara Afrika Barat itu.
Rencananya
ada dua miliar dosis vaksin yang akan didistribusikan COVAX ke berbagai negara
termasuk Indonesia. Ditargetkan miliaran dosis vaksin itu selesai pengirimannya
pada akhir 2021.
Sekolah dan Balada Corona (Sajak Jalan Setapak), Fenomena Pendidikan di masa pandemi Covid 19
Senegal Mulai Vaksinasi dengan
Vaksin Sinopharm
Menteri Kesehatan Abdoulaye Diouf Sarr menerima dosis vaksin penyakit coronavirus (COVID-19) di Dakar, Senegal, Selasa (23/2). Foto: Zohra Bensemra/Reuters |
Senegal memulai program vaksinasi
menggunakan vaksin Sinopharm pada Selasa (23/2). Total ada 200 ribu dosis
vaksin Sinopharm dari China.
Senegal
menjadi negara pertama di Afrika Barat yang mulai vaksinasi. Suntikan pertama
diberikan kepada pejabat pemerintah dan petugas kesehatan di Ibu Kota, Dakar.
Salah satunya Menteri Kesehatan Abdoulaye Diouf Sarr.
Senegal
menargetkan 90 persen populasinya divaksin hingga akhir 2021, termasuk pekerja
kesehatan dan kelompok berisiko tinggi antara usia 19-60 tahun.
Selain
Sinopharm, Senegal juga akan mendapatkan 1,3 juta dosis vaksin melalui program
gelombang pertama program COVAX dari WHO.
Referensi
Berita: