Becak pada Tahun 1953. (FotoL Okezone.com/Dok. Arsip Nasional) |
Namun demikian, hadirnya becak yang telah melayani masyarakat di Indonesia tak bisa dilupakan. Oleh karena itu, Arsip Nasional kembali mengingatkan tentang moda transportasi tradisional ini.
#ArsipHariIni menampilkan Arsip foto alat transportasi tradisional Becak dengan penumpangnya di Kota Medan. 26 September 1953," tulis Arsip, Jumat (27/9/2019).
Mengutip berita Okezone sebelumnya, becak merupakan
angkutan murah meriah itu bukanlah asli Indonesia, tapi juga tidak diketahui
secara pasti kapan masuk ke Tanah Air.
Ada yang meyakini pada awal 1930, tapi banyak pula
mengatakan sejak masa Perang Dunia II. Kemudian disebutkan becak didatangkan ke
Batavia (Jakarta) dari Singapura dan Hong Kong.
Berdasarkan keterangan berbagai sumber yang dikutip
Okezone, nama becak sendiri diketahui berasal dari kata Be Chia yang berarti
'kereta kuda'.
Terkenalnya penggunaan angkutan tak berpolusi ini
juga tidak terlepas dari seorang warga negara Jepang bernama Seiko-san yang
tinggal di Makassar.
Benarkah Nenek Moyang Kami Orang Malaka (Fehan-Foho) Menyembah Berhala?
Wisata Sejarah Jong Dobo, Mitos Kutukan Kapal Nan Misterius di Kabupaten Sikka-NTT
Sejarah Becak di Indonesia
Sejarah alat transportasi becak berawal dari sebuah bentuk kesetiaan seorang suami kepada istrinya.
Sekitar 1865, adalah seorang misionaris Amerika,
Jonathan Goble. Dia berupaya membuat sebuah alat bantu jalan untuk istrinya,
Eliza Weeks.
Istrinya mengalami kelumpuhan, ide itu muncul saat Goble jalan-jalan di
Yokohama, Jepang.
Dia menggambar sketsa kereta kecil tanpa atap di
atas selembar kertas. Sektsa tersebut dikirimkan kepada seorang sahabatnya,
Frank Pollay.
Rancangan tersebut lalu diserahkan ke seorang pandai
besi bernama Obadiah Wheeler. Jadilah sebuah kendaraan yang ditarik oleh tenaga
manusia. Orang-orang Jepang menyebutnya Jinrikisha.
Jinrikisha. |
Keberadaan jinrikisha menarik perhatian sejumlah
bangsawan di Jepang.
Jinrikisha kemudian identik dengan kendaraan para bangsawan.
Sejak 1870, pemerintah Jepang memberikan lisensi
kepada tiga orang Jepang: Izumi Yosuke, Suzuki Tokujiro, dan Takayama Kosuke
untuk membuat jinrikisha.
Popularitas jinrikisha menyeberang ke kota-kota di
daratan China. Melintasi Asia Selatan (India), Asia Tenggara, bahkan hingga ke
Afrika Selatan.
Dalam perkembangannya, jinrikisha tak lagi
dioperasikan dengan cara ditarik melainkan dikayuh (cycle-rickshaw).
Di Indonesia, jinrikisha mengalami modifikasi.
Berawal dari seorang Seiko-san, pemiliki toko sepeda di Makasar. Dia modifikasi
jinrikisha menjadi alat transportasi roda tiga.
Modifikasi tersebut dilakukan, karena penjualan
sepeda angin miliknya mengalami hambatan dan penumpukan.
Dia memutar otak agar tumpukan sepeda yang tak
terjual bisa berkurang dan terciptalah sebuah alat transportasi baru beroda
tiga.
Menurut Lea Jellanik dalam buku 'Seperti Roda
Berputar'. Dia menuliskan jinrikisha awalnya didatangkan ke Batavia dari
Singapura dan Hongkong pada 1930-an.
Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943 menyebut alat
transportasi roda tiga ini diperkenalkan dari Makassar ke Batavia Akhir
1930-an. Ini diperkuat dengan catatan perjalanan seorang wartawan Jepang ke
berbagai daerah di Indonesia, termasuk Makassar.
Kata Becak berasal dari betjak/betja/beetja. Kata
ini baru digunakan pada 1940 ketika becak mulai digunakan sebagai kendaraan
umum. Kata Becak berasal dari bahasa Hokkien yakni 'Be Chia' yang artinya
kereta kuda.
Referensi Catatan Histori:
https://www.timesindonesia.co.id/read/foto/1425/sejarah-becak-di-indonesia