Bung Hatta dan Minuman Keras

Bung Hatta dan Minuman Keras

Mohammad Hatta, wakil presiden pertama Republik Indonesia. (KITLV).

Bung Hatta dikenal sebagai orang yang anti minuman keras. Gegara minuman beralkohol itu, dia pernah mengusir sekelompok peminum dari kantornya. 


Setapak rai numbei - Minuman keras (miras) barangkali tidak pernah singgah di lidah Bung Hatta, wakil presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai penganut Islam yang taat, Si Bung tentu saja tidak mengkonsumsi minuman yang  memabukan dan diharamkan. Pendiriannya yang anti minuman keras ini kiranya sudah terlihat sedari muda. Semasa berkuliah di Belanda, Hatta enggan meneguk bir yang merupakan minuman beralkohol yang lazim dikonsumsi orang-orang Eropa kebanyakan.    

Pada suatu malam tahun 1921, Hatta hendak nonton opera bersama rekannya di Hamburg, Jerman. Ketiga teman Hatta itu antara lain, Dahlan Abdullah, Dr. Eichele, dan Usman Idris. Sebelum nonton, mereka makan malam dulu di suatu restoran di Hamburg.

Dalam Memoir, Hatta mengisahkan ketiga temannya memesan bir untuk minum sedangkan dirinya pesan air es saja. Setelah selesai makan dan membayar harganya, Dahlan Abdulah menertawakan Hatta. Setelah meneliti isi tagihan, air es yang dipesan Hatta ternyata lebih mahal harganya daripada bir. Dr. Eichele dan Usman Idris pun ikut merasa lucu dengan situasi itu. 

"Aku ditertawakan oleh Dahlan Abdullah, bahwa minumanku air es lebih mahal harganya dari bir. Teman yang dua lainnya ikut tertawa," tutur Hatta.  

Cerita Hatta dan minuman keras berlanjut lagi di masa revolusi. Pada pertengahan 1947, Bung Hatta bersama serombongan menteri bermuhibah ke Sumatra. Menjalankan tugas negara di Yogyakarta semakin tidak aman setelah Belanda melancarkan agresi militer yang pertama. Dalam perjalanan itu, Bung Hatta dan rombongan akan menetap di Bukittinggi, Sumatra Barat.

 “Kami sampai di Bukittinggi pada hari Sabtu, 29 Juli 1947. Untuk sementara waktu aku harus tinggal di Bukittinggi,” catat Hatta dalam Memoir.

Lihat Juga:

Anak Muda Mileneal Diharapkan Paham Sejarah G30S/PKI

Potret Kejayaan Becak Tahun 1953 (Sejarah dan Perkembangan Becak di Indonesia)


Di Bukittinggi, Hatta menjalankan tugas sebagai wakil presiden selama tujuh bulan lamanya. Di sana, Hatta bertindak selaku wakil kepala negara dan berkuasa penuh di Sumatra. Selain beberapa menteri, Hatta turut didampingi oleh Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) R.M.T.A. Soerjo. Pada saat bertugas bersama di Bukittinggi itulah Soerjo pernah menyaksikan kemarahan Hatta.



Syahdan datanglah seorang lelaki muda ke Istana Bukitinggi - tempat wakil presiden berkantor dan saat ini dikenal sebagai Istana Bung Hatta - membawa sebotol arak untuk diminum bersama. Orang itu tengah masygul karena sedang jauh dari anak dan istri. Menenggak minuman keras seolah jadi pelipur lara hatinya yang gundah. Wangsawidjaja, sekretaris Bung Hatta, tidak mengetahui di mana anak dan istri lelaki tersebut. Pada saat itulah Hatta muncul lantas menyaksikan apa yang terjadi.  

“Sedang minuman akan diedarkan, beliau datang. Dilihatnya minuman keras, bukan main marahnya,” kata Soerjo seperti dikutip Tamar Djaja dalam 10 Orang Indonesia Terbesar Sekarang.

Bung Hatta dikenal pendiam dan tidak banyak bicara. Tapi, kalau sudah disulut dengan perbuatan yang tidak patut, dia tidak segan meluapkan emosi. Begitu mendapati minuman haram itu ada dihadapannya, Hatta pun mencak-mencak. Semua yang hadir di tempat itu kena bentak sehingga tiada yang berani mengangkat muka. Mereka tunduk dan tertegun.

Hatta kemudian menghardik mereka semua dengan peringatan keras: “Tidak ada satu tetes minuman keras boleh diminum di tempatku ini. Tuan-tuan boleh pergi semua dari dekatku, kalau tuan-tuan lebih menyukai minuman keras.”  Suasana sekitar menjadi hening. Sejak kejadian itu, tidak pernah lagi minuman keras mendekati Istana Bukitinggi.



“Dia memang seorang yang teguh, laksana batu karang. Saya kagum melihatnya beribadat kepada Tuhan. Itulah yang menjadi sandaran jiwanya,” kenang Soerjo.

Sampai akhir hayat, Bung Hatta tetap menjunjung sikap untuk tidak mengonsumsi minuman keras. Dia boleh toleran terhadap apapun yang berbau perbedaan prinsip, namun soal minuman keras itu Hatta memang tak mengenal kompromi.

 

Referensi Catatan Sejarah:

https://historia.id/histeria/articles/bung-hatta-dan-minuman-keras-vYMw8/page/1

 

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama