Kapal Chantika 10 yang karam di Pelabuhan Seba, Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur, selombang tinggi dan angin kencang yang melanda sejumlah wilayah itu pada tanggal 3 dan 4 April 2021. (Foto: Antara) |
Hatinya menangis.
Namun, pastor bersosok tinggi ini tidak tinggal diam dan meratap. Dia bekerja
tak henti menghubungi banyak pihak mencari berita langsung dari kawan-kawan di
NTT untuk disebarluaskan, terutama dalam grup Komunitas/Keluarga Katolik
Indonesia (KKI) diaspora sedunia, di mana dia menjadi pelopor.
Dirinya percaya bahwa
dalam kesedihan dan penderitaan, selalu ada harapan. Menanggapi Pastor Leo,
dari berbagai pelosok bangsa di dunia, para diaspora Indonesia bahu-membahu
tampil ke depan mengambil aksi peduli dan kasih untuk NTT. Mereka pun menggelar
aksi penggalangan dana dalam bentuk konser “Ba-NNT-u Flobamora, dari Kita untuk
Kita”.
Perwakilan dari KKI
Utara Italia (Milan), Shirley Hadisandjaja mengatakan, kegiatan tersebut akan
ditayangkan oleh kanal Youtube, HidupTV, pada Minggu (18/4/2021) pukul 19.00
WIB (20.00 Wita) atau pukul 14.00 CET (Waktu Eropa Tengah).
Lihat Juga:
Filosofi Berkebun, Semakin Kita Meneguknya Semakin Kita Haus Rasanya
Dua Mukjizat Dari Balik Bencana di Lembata-Adonarana, NTT
Hiduplah Dengan Filosofi Lebah
“Konser virtual ini
diselenggarakan berkat kerja sama antara Hidup TV, HOPE, dan Caritas Indonesia.
Acara didukung Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan, Laurentius Amrih Jinangkung,
Duta Besar RI untuk Meksiko merangkap Guatemala-El Salvador-Belize, Cheppy
Triprakoso Wartono, dan Putri Indonesia Lingkungan 2020, Putu Ayu Saraswati,”
ujar Shirley, Sabtu (17/4/2021).
Melihat yang telah
terjadi, Pastor Leo mengatakan, bencana di NTT adalah dampak nyata dari
pemanasan global akibat perubahan iklim karena kejahatan ekologi yang dilakukan
di seluruh dunia. Bencana ini sekali lagi mengingatkan adanya saling
ketergantungan global, bahwa kita hidup dalam sebuah perahu yang sama.
“Yang menyedihkan, NTT
yang menanggung akibat dari bencana ini bukanlah sebuah wilayah yang menjadi
penyumbang siknifikan emisi karbon, yang menyebabkan pemanasan global.
Ketergantungan global ini juga mengajarkan kita untuk saling peduli. Peduli
antara sesama dan peduli pada alam sebagai gambaran sang Pencipta,” tuturnya.
Dikatakan, konser akan
menggalang kepedulian dengan dedikasi yang penuh dari orang-orang yang telah
memberi dari apa yang dimiliki, baik waktu, tenaga, pikiran, bakat, bahkan
pengorban materil. Semua yang terlibat di dalamnya melakukan itu secara
sukarela.
Ine Patah, dari HOPE
yang berdiam di Belanda, menanggapi kesedihan Pastor Leo dengan sebuah ide
menggelar konser virtual untuk menggalang dana bagi para korban bencana di NTT
itu.
“Apa yang terjadi di
NTT sangat mengiris hati setiap manusia dan bagi diaspora Indonesia, terutama
yang berasal dari NTT, apa yg terjadi di sana ibarat bagian tubuh kita yang
mengalami kesakitan. Dari solidaritas dan perhatian yang dalam dari diaspora
maka terbentuklah gagasan untuk memberikan konser sederhana dan kecil ini,”
ujar Ina
Sumber: BeritaSatu.com