Pengumuman mengejutkan
itu disampaikan perwakilan militer Chad hanya
beberapa jam setelah komisi pemilihan umum setempat mengumumkan bahwa Deby,
yang berusia 68 tahun, kembali memenangkan pemilu pada 11 April lalu. Deby
sudah 30 tahun berkuasa di Chad.
Deby, kata Jenderal
Azem Bermandoa Agouna, juru bicara militer Chad, “menghembuskan napas terakhir
saat mempertahankan kedaulatan negara di medan tempur.”
Sementara perwakilan
dari tim pemenangan Deby, pada Senin (19/4/2021) mengumumkan bahwa Deby
memimpin sendiri pasukan untuk melawan pasukan teroris.
Hingga saat ini belum
ada keterangan jelas tentang kematian Presiden Chad tersebut. Ia dikabarkan
tewas dalam pertempuran di pelosok negeri itu.
Lihat Juga:
Cinta Sederhana Versi Sapardi Djoko Damono
Kritik dan Fitnah Bukan Saudara (Jauh)?
Manusia Dalam Ketelanjangannya Yang Telanjang
Adapun pemberontak yang
menentang kekuasaan Deby bermarkas di utara, di sepanjang perbatasan dengan
Libya. Mereka melancarkan serangan pada hari pemilu, 11 April kemarin, dan
merangsek ratusan kilometer melintasi gurun ke selatan.
Deby mulai menjadi
penguasa Chad lewat sebuah pemberontakan pada 1990. Ia adalah salah satu
pemimpin terlama di Afrika. Ia berasal dari kelompok etnis Zaghawa yang dikenal
sebagai penggembala dan kental dengan tradisi militer.
Meski memerintah dengan
tangan besi, Deby merupakan salah satu sekutu Barat di Afrika terutama dalam
perang melawan kelompok Islamis di kawasan Sahel di Afrika Barat.
Militer Chad mengatakan
bahwa Deby akan digantikan oleh puteranya, Jenderal Mahamat Idriss Deby Itno
yang kini berusia 37 tahun.