Perjamuan Paskah ini
dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan tiap tahunnya. Nisan adalah bulan
pertama dalam sistem kalender Yahudi. Paskah ini dirayakan untuk menandai awal
keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
Oleh sebab itu Paskah
dirayakan oleh orang Yahudi sebagai perayaan pembebasan bangsa Israel dari
Mesir. Yohanes 13:1-20 mencatat peristiwa yang terjadi dalam perjamuan itu.
Yesus merasakan
waktunya kian dekat bahwa Ia harus menuntaskan tugas yang diberikan Bapa dan
kembali kepada-Nya.
Pada saat yang sama,
Iblis juga bekerja membisikan rencana jahat kepada Yudas Iskariot untuk
melaksanakan penghianatannya.
“Lalu bangunlah Yesus,
menanggalkan jubahNya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada
pinggangNya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai
membasuh kaki murid-muridNya lalu menyekaNya dengan kain yang terikat pada
pinggangNya.” – Yoh.13:4-5
Yesus membasuh kaki
murid-muridNya. Apakah arti dari tindakan Yesus ini? Membasuh kaki merupakan
pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pelayan atau budak.
Pada saat menjelang
Paskah itu tidak ada pelayan di ruangan itu. Pada saat yang sama tidak ada satu
pun di antara murid yang secara sukarela berinisiatif melakukan tugas yang
dikerjakan oleh pelayan atau budak.
Ada banyak kemungkinan
mengapa murid-murid tidak melakukannya, salah satunya bisa saja mereka gengsi
untuk mengerjakan tugas pelayan, dan tidak mau dianggap rendah atau kecil oleh
teman-temannya.
Jangankan untuk
melayani justru mereka berebut tempat paling terhormat. Di tengah para murid
yang saling menunggu untuk melayani, di situlah Yesus mulai membasuh kaki
mereka satu per satu. Inilah contoh peragaan pelayanan sesungguhNya.
Yesus mau menanggalkan
jubah yang Ia kenakan dan merendahkan diriNya. Yesus meninggalkan dan melupakan
kehormatanNya, Ia mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang hamba.
Dalam diri Yesus kita
bisa melihat arti melayani yang sesungguhnya. Bukan untuk popularitas, atau
mengharapkan keuntungan dari sesuatu yang dilakukanNya.
Lebih jauh dari itu
Yesus juga merelakan diriNya didera, dihina dan disalibkan. Ia tidak
mempertahankan nyawaNya, melainkan memberikanNya sebagai tebusan untuk segala
tindakan tercela kita di dunia. Itulah hakekat pelayanan.
Tidak banyak
berkata-kata, hanya sebuah pesan yang meluncur dari-Nya:
“Jadi jikalau Aku
membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling
membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan supaya kamu juga
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” – Yoh.13:14-15
Pesan itu untuk kita
semua, agar melayani seperti Yesus melayani di dunia. Yesus ingin kita melayani
tiap orang tanpa terkecuali dengan penuh cinta dan kasih yang tulus. Selamat
merenungkan pelayanan dan kebaikan Yesus kembali.
Lihat Juga:
Makna Cinta di Zaman Now Redup Atau Terang?
Manusia Dalam Ketelanjangannya Yang Telanjang
Introspeksi Diri: Jadikan Cermin Kehidupan
Makna Kamis Putih Bagi Umat Katolik: Mengenang
Teladan Pelayanan Yesus
Setelah peristiwa
hingar bingar penyambutan Yesus di Yerusalem dengan daun palma, maka kisah
jelang sengsara dilanjutkan dengan perjamuan atau santap bersama.
Umat Katolik akan
merayakan perayaan Ekaristi Kamis Putih pada Kamis (1/4). Kamis Putih adalah
perayaan awal Tri Hari Suci.
Kamis Putih dirayakan
untuk mengenang momen kebersamaan Yesus dan para murid. Di sini Yesus memecah
roti juga membagikan anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya.
Akan tetapi, tak hanya
menyoal perjamuan terakhir, umat Katolik juga diingatkan untuk senantiasa
melayani sesama. Teladan ini ditunjukkan Yesus dengan membasuh kaki para murid.
Ditulis dalam Injil
Yohanes, Yesus menuangkan air ke dalam basi, membasuh kaki murid-murid-Nya
kemudian menyekanya dengan kain yang terikat di pinggang.
Momen ini sangat
dramatis mengingat sebagai guru, Yesus layak mendapat perlakuan ini. Namun
Yesus memilih sebaliknya. Jika kita berada di posisi para murid, mungkin reaksi
kita akan seperti Simon Petrus.
Ia kaget sekaligus
canggung karena seseorang yang dia panggil 'Guru' membasuh kakinya. Pembasuhan
kaki tetap dilakukan kemudian Ia mengajarkan perihal pelayanan pada mereka
"Sesudah Ia
membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu
Ia berkata kepada mereka:
Mengertikah kamu apa
yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu
tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
Jadi jikalau Aku
membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling
membasuh kakimu sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yoh.
13: 12-15)
Fransiskus Emanuel da
Santo, Sekretaris Komisi Kateketik KWI, menyebut Yesus mengajak kita untuk
melakukan hal serupa yakni melayani. Selama ini kita kerap menemukan pengalaman
yang sebaliknya.
Pemimpin maunya hanya
dilayani, orang yang memiliki jabatan tinggi enggan melayani. Sedangkan Yesus
menanggalkan kuasa dan kehormatan lalu dengan rendah hati turun membasuh kaki.
"Ia rela menjadi
hamba yang rendah melayani tapi bukan untuk mencari nama dan sensasi, atau
supaya dikagumi, atau mau pamer dan berlaku sandiwara. Pelayanan-Nya untuk
pembersihan. Pelayanan-Nya untuk pembebasan dari segala bentuk keangkuhan atas
kuasa, nama dan kehormatan," tulisnya di laman Komkat KWI.
"Ia rela dan
berani menjadi hamba yang hina dan rendah, agar kita pun yang terpuruk dalam
tindakan atau perbuatan hina dan rendah dibersihkan dan diangkat oleh-Nya agar
diselamatkan."