foto Tempo |
Dilansir Kompas.id,
Desa Nelelamadiken, Kecamatan Ile Boleng menjadi desa terparah yang mengalami
banjir. Total ada 40 orang warga ditemukan meninggal. Menurut Sekretaris Desa
Natalia Uba Arikan kepada Kompas mengatakan, masih ada 14 orang lagi belum ditemuka.
Sementara proses evakuasi tidak dapat dilanjutkan karena kondisi cuaca yang
masih belum stabil.
Apalagi saat ini,
proses pencarian korban masih menggunakan alat manual, karena alat berat belum
ada yang turun ke lokasi. Natalia Uka menyampaikan bahwa kejadian disebabkan
adanya curah hujan yang sangat tinggi. Yang membuat kali di desa tersebut
meluap dan membawa material dan tanah di dalamnya merusak rumah warga.
Sementara itu, Desa
Oyangbaran banjir bandang juga menghancurkan puluhan rumah warga. Sebanyak tiga
orang hilang terkena arus banjir. Kepala Desa Laurensius Lega Ama mengatakan
bahwa pencarian masih juga mengandalkan usaha manual.
“ Hingga malam ini,
semua korban belum juga ditemukan. Kami sisir sampai ke laut. Akan tetapi,
material terlalu tebal sehingga menyulitkan,” katanya seperti dilansir
Kompas.id Minggu (4/4/2021).
Lihat Juga:
Bagaimana Belanda Mengurus Banjir di Batavia
Menurut Kepala Pusat
Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Raditya Jati lewat pengumuman resmina, Minggu siang, menyampaikan, musibah ini
dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi sejak Minggu dini hari.
Sementara Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Flores Timur yang telah turun ke lokasi
masih mendata korban meninggal termasuk yang hilang dan belum ditemukan, hingga
mereka yang mengalami luka-luka. Berdasarkan pantuan BPBD, ada ratusan
rumah warga rusak parah di beberapa desa yang terkena banjir. Sebagian besar
diantaranya adalah rumah yang berada di pinggir kali.
Hingga saat ini,
pemerintah daerah Kabupaten dan organisasi terkait telah membuka posko
pengusian di sekita lokasi.