The phenomenon of flying objects in the sky on the night of Nyepi, seen from Sambangan village, Sukasada, Singaraja.
— 𝗕𝗔𝗟𝗜 ᬩᬮᬶ (@anamazingbali) March 4, 2022
📷 by @/rudhykurniawan__ pic.twitter.com/jwPe5myiQQ
Penampakan objek itu bak kereta cahaya yang berjalan
di langit. Sejumlah orang mengatakan itu terlihat seperti titik-titik cahaya
yang berjejer.
Video itu diabadikan oleh seorang warga dengan akun
Instagram rudhykurniawan__ lalu diunggah di Instagram Stories. Dalam unggahan
itu, dia memberi keterangan bahwa penampakan objek angkasa itu terjadi di Desa
Sambangan, Sukasada, Singaraja, Bali, pada Kamis malam sekitar pukul 19.30
WITA. Dia juga memberi keterangan tambahan Nyepi Caka 1944. Video itu kemudian
diunggah ulang oleh akun-akun lain.
Thomas Djamaluddin, Peneliti Astronomi-astrofisika
di Pusat Riset Antariksa, mengatakan bahwa objek tersebut adalah bagian dari
konstelasi satelit Starlink. Starlink
sendiri adalah layanan internet berbasis satelit telekomunikasi yang
dioperasikan oleh SpaceX, perusahaan eksplorasi luar angkasa milik miliarder Elon Musk.
Ketika aktivitas masyarakat di luar rumah sedang
minim, dan cahaya lampu juga sedikit, polusi cahaya akan menurun drastis.
Thomas berkata itu memungkinkan masyarakat melihat objek langit lebih banyak
dari hari-hari sebelumnya.
Ya, itu rangkaian satelit Starlink. Itu tampak jelas dalam kondisi langit tidak ada polusi cahaya kota. Saat Nyepi, Bali dalam keadaan gelap, jadi objek langit terlihat jelas, termasuk satelit yg melintas setelah matahari terbenam atau sebelum matahari terbit.
- Thomas Djamaluddin, Peneliti Astronomi-astrofisika
di Pusat Riset Antariksa -
Satelit itu sendiri sejatinya tidak menghasilkan
cahaya. Cahaya yang terlihat adalah hasil pantulan cahaya matahari yang
mengenai panel surya satelit, dan terpantul ke bumi, lalu diamati oleh manusia.
Oleh karena itu, waktu terbaik untuk melihat satelit
adalah saat sebelum matahari terbit, atau saat matahari terbenam.
Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa di Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
BRIN, Andi Pangerang, menambahkan bahwa objek itu adalah rangkaian 27 satelit
Starlink. Ia memantau posisi satelit Starlink ketika melintas di Bali saat Hari
Raya Nyepi dengan aplikasi simulasi posisi benda-benda langit Stellarium di PC
Windows maupun Android.
Magnitudo atau kecerlangan Starlink cukup redup,
berkisar +4,67 (Starlink-3452) hingga +6,07 (Starlink-3456).
Posisi satelit Starlink itu memanjang dari arah barat daya hingga timur laut atau hampir 180 derajat.
- Andi Pangerang, Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) BRIN -
Starlink service is now active in Ukraine. More terminals en route.
— Elon Musk (@elonmusk) February 26, 2022
Starlink memiliki konstelasi satelit yang terdiri
atas ribuan satelit untuk membangun jaringan internet dan mencakup banyak
wilayah sekaligus. Rangkaian satelit tersebut terlihat jelas pada video di
atas.
Layanan internet Starlink tidak membutuhkan jaringan
kabel atau menara. Pengguna hanya membutuhkan piringan (yang disebut terminal)
untuk terhubung langsung dengan satelit.
Saat ini sudah ada 1.500 lebih satelit Starlink yang
aktif, dengan total lebih dari 2.000 satelit yang sudah diluncurkan. Tidak
semuanya fungsional karena beberapa kali SpaceX gagal meluncurkan satelitnya ke
orbit. Salah satunya disebabkan oleh badai geomagnetik yang mengugurkan puluhan
Starlink sekaligus.
Beberapa hari lalu Starlink viral setelah Elon Musk
mengirim bantuan satelit
internet untuk masyarakat Ukraina yang mengalami gangguan telekomunikasi
setelah diinvasi Rusia. Elon Musk melalui akun Twitter secara langsung
mengiyakan permintaan Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov untuk
menyediakan akses Starlink untuk masyarakat Ukraina.
***
Sumber: https://kumparan.com