Natalius Pigai
menyampaikan aduannya terkait rasialisme di Papua ke Menhan AS. (CNN
Indonesia/Prima Gumilang)
Ambroncius soal Laporan Kasus Foto Pigai: Saya Tak Akan Lari
CNN
Indonesia | Senin, 25/01/2021 17:23 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Relawan Pro Jokowi-Amin (Projamin) Ambroncius Nababan mengatakan siap bertanggung jawab jika Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai melaporkannya ke polisi terkait unggahan di akun Facebook miliknya.
Ambroncius
diketahui sebelumnya mengunggah foto Natalius dan gorila disertai komentar soal
vaksinasi.
"Saya
akan tetap bertanggung jawab, bila oknum tersebut ingin menggugat saya secara
hukum, saya tidak akan lari. saya tetap bertanggung jawab bila saya dianggap
salah dan melanggar hukum," kata Ambroncius saat dihubungi CNNIndonesia.com,
Senin (25/1).
Ambroncius
mengatakan unggahannya itu di latar belakangi dari pernyataan Natalius yang
menolak vaksin Covid-19 Sinovac dan lebih memilih membeli vaksin dari luar
negeri.
"Saya sebagai ketua umum dari Projamin tentu saya sangat tersinggung kalau menolak Sinovac itu. Memang hak asasi manusia untuk menolak Sinovac, silahkan. Tapi jangan memprovokasi seakan akan Sinovac itu tidak baik, tidak bagus, tidak aman," kata dia.
Dengan kondisi itu ia lalu mencari sesuatu yang bisa diunggah terkait Natalius dan menemukan foto Natalius dengan Gorilla.
"Saya
cari ini apa yang kira-kira bisa diposting untuk mengkritik beliau secara
satire. Jadi saya lihat pas ada foto beliau dengan seekor gorilla," kata
dia.
Ia
mengklaim foto Natalius yang disandingkan dengan Gorilla itu sudah banyak
beredar dan bukan buatannya.
"Jadi
bukan saya yang bikin gambarnya. Foto beredar, saya hanya membuat kata
katanya," kata dia.
Ia
juga mengatakan bahwa foto itu ditujukan untuk pribadi Natalius dan bukan untuk
masyarakat Papua.
"Dalam
hal ini sebelumnya saya memohon maaf kepada masyarakat Papua, mungkin ada yang
tersinggung dan menganggap saya menghina masyarakat luas apalagi melakukan
rasis. Ini benar-benar ditujukan hanya kepada oknum tersebut, bukan kepada
masyarakat Papua secara keseluruhan," kata dia.
Sebelumnya,
Natalius Pigai mendapat perlakuan dugaan rasial. Pigai mengunggah foto
tangkapan layar berisi muatan rasial di akun Facebook Ambroncius Nababan.
Di
dalamnya foto tersebut Natalius disandingkan dengan foto gorila disertai
komentar terkait vaksinasi.
"Edodoeee
pace. Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin
rabies," tulis akun Ambroncius Nababan dalam foto yang diunggah akun Twitter
@NataliusPigai2, Minggu (24/1).
Terkait
unggahan itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Argo Yuwono menerangkan bahwa kini
sudah ada dua berkas laporan polisi (LP) di Polda Papua Barat dengan terlapor
AN. Menurut Argo, seluruh laporan tersebut kini akan dilimpahkan ke Bareskrim
Polri.
Argo
menjelaskan, perkara tersebut dilimpahkan ke Mabes Polri lantaran pihak
penyidik di Bareskrim telah memiliki telaahan awal terkait unggahan tersebut.
"Tentunya
dengan analisis yang dilakukan Siber Bareskrim, maka Bareskrim Polri sudah
menghubungi Polda Papua dan Papua Barat untuk melimpahkan LP tersebut ke
Bareskrim Polri," ucapnya.
Ahli Tak Sarankan GeNose buat Screening Corona, Loh Kenapa?
Nenek Minah, namamu disebut. Komjen Sigit Tegaskan Kasus Nenek Minah Tak Boleh Terulang
Ketum Projamin
Ambroncius Dipolisikan soal Foto Pigai
Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Papua Barat melaporkan politikus Partai
Hanura Ambroncius
Nababan ke Polda Papua Barat terkait dugaan rasial terhadap mantan
Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai.
Kepala
Bidang Humas Polda Papua Barat, Kombes Adam Erwindi laporan tersebut dibuat
oleh Ketua KNPI Pronvisi Papua Barat, Sius Dowansiba. Laporan teregistrasi
dengan Nomor /LP/17/I/2021/Papua Barat.
"Laoran
ini dibuat pada Senin (25/1) sekitar pukul 13.46 WIT di SPKT Polda Papua
Barat," kata Adam melalui keterangan resmi, Senin (25/1).
Adam mengatakan laporan tersebut akan mendapat perhatian dan atensi Polda
Papua. Ia menyebut laporan dugaan rasial ini sudah dikordinasikan dengan
Direktur Kriminal Khusus Kombes Romylus Tamtelahitu.
Menurut
Adam, pihaknya berkoordinasi dengan tim unit siber Bareskrim Polri.
"Seluruh
masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh kelompok-kelompok yang
tidak bertanggung jawab dan menyerahkan sepenuhnya perkara ini ditangani oleh
pihak berwajib," ujarnya.
Lebih
lanjut, Adam mengatakan anggota KNPI turut meminta bertemu dengan pejabat Polda
Papua. Dalam pertemuan itu, kata Adam, KNPI mengecam keras sikap rasial yang
dilakukan oleh Ambroncius.
Mereka
juga meminta pihak kepolisian bertindak secara tegas untuk menangani persoalan
tersebut.
"Memberi
tegang waktu sekitar dua pekan terhitung dari tanggal pembuatan LP,"
katanya.
Sebelumnya,
mantan komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mendapat perlakuan dugaan rasial.
Pigai mengunggah foto tangkapan layar berisi muatan rasial di akun Facebook
Ambroncius Nababan.
Di
dalamnya foto tersebut Natalius disandingkan dengan foto gorila disertai
komentar terkait vaksinasi.
"Edodoeee pace. Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies," tulis akun Ambroncius Nababan dalam foto yang diunggah akun Twitter @NataliusPigai2, Minggu (24/1).
Pigai mengatakan selama pemerintahan Joko Widodo, pembantaian, pembunuhan dan kejahatan HAM di Papua cenderung didasari rasisme. Menurutnya, negara memelihara dan mengelola rasisme sebagai alat pemukul tiap orang yang berseberangan dengan kekuasaan.
Ambroncius
sendiri merupakan kader Partai Hanura. Saat ini, ia juga aktif sebagai Ketua
Relawan Pro Jokowi-Amin (Projamin).
Alat Deteksi Virus Corona (Covid 19) buatan Indonesia namanya GeNose, Sudah Dapat Izin Kemenkes
Aksi Nyata..DPC Projamin Malaka, Pengisian tanah di Polibag
Pigai Adukan
Rasialisme di Papua ke Menhan AS via Twitter
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mencurahkan
perkara dugaan rasialisme yang
ia terima ke Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin.
Pigai diketahui mendapat serangan rasialisme dari
politikus Partai Hanura, Ambroncius Nababan lewat akun Facebook-nya. Di dalam
unggahan itu, foto Pigai disandingkan dengan foto gorila disertai komentar
terkait vaksin
Curhatan Pigai terhadap Austin itu ia sampaikan
lewat cuitan di akun Twitternya @NataliusPigai2.
"Aku bangga
padamu, mr @Lloydah orang kulit hitam Afrika-Amerika paling kuat di
dunia," cuit Pigai.
I am proud of
you, mr @LloydAustin black
African American most powerful gentlement in the world. We have been on fire
againt Indonesian Colective (state) Racism to black African Melanesian (Papuan)
more then 50 years. Torture, killing & slow motion genocide. We need
attention pic.twitter.com/fNZtikrAI4
— NataliusPigai
(@NataliusPigai2) January
24, 2021
Masih dalam cuitannya, Pigai juga menyebut bahwa
perlawanan terhadap rasialisme di Indonesia, dalam hal ini warga Papua, telah
berlangsung selama lebih dari 50 tahun.
"Kami telah melawan rasisme kolektif (negara)
Indonesia terhadap orang kulit hitam Melanesia Afrika (Papua) lebih dari 50
tahun. Penyiksaan, pembunuhan & genosida perlahan. Kami butuh
perhatian," lanjut Pigai dalam cuitannya.
Llyod Austin diketahui merupakan Menteri Pertahanan
berkulit hitam keturunan Amerika-Afrika pertama di AS. Ia terpilih setelah
hasil pemungutan suara Senat AS menyatakan 93 suara menyetujui penunjukan
Austin.
Pigai sendiri juga telah berkomentar atas unggahan
rasialisme yang dibuat oleh Ambroncius Nababan. Menurutnya, selama pemerintahan
Joko Widodo, pembantaian, pembunuhan dan kejahatan HAM di Papua cenderung
didasari rasisme.
Pigai juga menyatakan bahwa negara memelihara dan
mengelola rasisme sebagai alat pemukul tiap orang yang berseberangan dengan
kekuasaan. Tak hanya itu, Pigai juga menyebut rasisme saat ini telah menjadi
kejahatan kolektif negara pada orang Papua.
"Seluruh kejahatan di Papua didasari oleh
kebencian rasial. Orang Papua tidak akan pernah bisa hidup nyaman dengan bangsa
rasialis. Jakarta harus buka kran demokrasi dengan Rakyat Papua. Kalau tidak
maka saya khawatir instabilitas bisa terjadi karena konflik rasial di Papua.
Saya orang pembela kemanusiaan berkewajiban moral untuk ingatkan," kata
Pigai kepada CNNIndonesia.com, Senin (25/1).
Berita
ini diambil dari: