Candi Brahu, salah satu peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Foto/SINDOnews/Tritus Julan |
Raja pertama yang
memiliki nama asli Nararya Sanggramawijaya itu, bertahta pada 1293-1309 masehi,
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Masa keemasan Majapahit terjadi
saat tampuk kekuasan dipegang Hayam Wuruk (1350-1389), raja keempat Majapahit.
Mendapat sokongan penuh
dari Mahapatih
Gajah Mada , putra Tribhuwana Wijayatunggadewi itu mampu menyatukan
seluruh Nusantara. Hingga akhirnya runtuh pada sekitar tahun 1500 masehi.
Nagarakertagama
menyebutkan, wilayah kekuasan Majapahit meliputi
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa
Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku. Dikutip dari buku Dinamika Islam
Filipina, Burma, dan Thailand. Tidak kurang dari 98 kerajaan yang bernaung di
bawah kuasa Majapahit.
Ekspansi Majapahit juga
merambah ke kerajaan di Semenanjung Malaya (Malaysia dan Brunei), Tumasik
(Singapura), serta sebagian Thailand dan Filipina. Konon, angkatan Laut
Majapahit sangat kuat, sehingga disebut sebagai Talasokrasi atau Penguasa Laut.
Kisah kejayaan
Majapahit , dan mitos-mitosnya masih hingga kini masih harum
terdengar. Bahkan, mitos-mitos tersebut menghadirkan misteri yang sulit
dipecahkan. Salah satu mitos di balik kejayaan Majapahit, adalah Kamal
Padak.
Lihat Juga:
Cerita Menarik Dibalik Pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Bagaimana Belanda Mengurus Banjir Batavia
Potret Bersejarah Pak Harto Naik Kijang Jadul, Gagah Betul
Ada mitos di
balik kebesaran
Majapahit yang saat ini tak banyak orang tahu. Sejarahwan Mojokerto,
Ayuhannafiq mengatakan, jauh berabad-abad sebelum Majapahit, konon Mpu Bharada
yang merupakan guru Prabu Airlangga diminta untuk membagi wilayah kerajaan
Kahuripan menjadi dua wilayah. Lantaran bingung memilih dua putranya untuk
menjadi putra mahkota.
Pembelahan wilayah ini
tercatat dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama ,
dan prasasti Turun Hyang II. Maka terciptalah dua kerajaan baru. Kerajaan barat
disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri
Samarawijaya. Sedangkan kerajaan timur disebut Janggala berpusat di kota lama,
yaitu Kahuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan.
"Konon katanya
saat itu Mpu Bharada terbang membawa kendi berisi air. Air itu kemudian yang
memecah kedua wilayah, maka jadilah sungai Brantas. Saat terbang itu, kain yang
digunakan Mpu
Bharada nyangkut di pohon asem yang sangat tinggi dan besar. Kemudian
Mpu Bharada mengeluarkan sabda, pohon tersebut menjadi pendek. Akhirnya disebut
Kamal Pandak," katanya.
Pasca isiden
tersebut, Mpu
Bharada memutuskan untuk berhenti dan tidak melanjutkan prosesi
pembelahan wilayah itu sampai tuntas. Kemudian ia berdiam diri dan memutuskan
untuk bertapa dan menetap di Kamal Pandak. Konon, raja-raja setelah Airlangga,
mencari lokasi dimana Kamal Pandak tersebut. Diyakini, kerajaan yang berdiri di
atas Kamal
Pandak , bakal bisa menyatukan kerajaan di tanah jawa.
"Mitosnya, Kamal
Pandak itu ya di Trowulan, tempat Kerajaan Majapahit. Karena pindah ke
Trowulan, Majapahit bisa
menyatukan Nusantara. Dalam Nagarakertagama, wilayahnya meliputi Jawa, Bali,
Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur. Termasuk Semenanjung Malaya,
Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand, dan Filipina," tutur Yuhan.
Pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit dikenal
sebagai kerajaan Hindu yang sangat besar. Bahkan tergolong kerajaan yang kaya
raya. Hal itu dibuktikan dari sisa-sisa peninggalannya. Termasuk dari cerita
dan buku-buku yang ditulis sejumlah orang yang pernah mengunjungi Kerajaan
Majapahit.
Ayuhannafiq menuturkan,
dari buku Pastur Odorico Mattiuzzi yang berjudul "Perjalanan Pastur
Odorico" disebutkan bahwa, Majapahit merupakan kerajaan yang sangat kaya.
Bahkan sang pastur sampai terpesona saat singgah di Kota Raja Wilwatikta pada
tahun 1322.
Pastur yang lahir pada tahun 1,286 di Villanova sebuah
tempat dekat Kota Pardenone, Friuli Italia, ini mendapatkan izin tinggal
sementara di Wilwatikta, dari Raja Majapahit yang dijabat Jayanegara kala itu.
Setelah mendapatkan tugas dari Paus Yohanes XXII untuk berangkat ke wilayah
Asia Tengah guna menyebarkan agamanya.
"Dalam catatannya,
Pastur Odorico menyebutkan saat itu dinding istananya berlapis emas. Di bagian
luarnya banyak ukiran-ukiran kesatria-kesatria dari emas. Banyak dari kepala patung
ksatria tersebut dikelilingi lingkaran-lingkaran emas seperti orang-orang suci
(Santo)," tutur Yuhan.
Referensi Catatan Histori: