Menurut pemberitaan
media lokal setempat, para imam dan biarawati itu diculik di pinggiran ibukota
Haiti saat hendak menghadiri misa pelantikan seorang pastor paroki baru.
Hingga berita ini
diturunkan, korban penculikan masih ditahan oleh sebuah geng yang disebut 400
Mawozo. Media setempat memberitakan bahwa kelompok ini mengakui hal tersebut
dan meminta agar gereja menyedian uang sebanyak 1 juta USD sebagai tebusan.
Lihat Juga:
Dua Mukjizat dibalik bencana alam Adonara
Yang Mahal Sesungguhnya Bukan Biaya Hidup, Tapi Gaya Hidup
Negara Diminta Turun Tangan
Para pemimpin gereja di
Haiti mengutuk penculikan itu, dan menyerukan tindakan yang akan diambil
terhadap para pelakunya.
Pastor Gilbert Peltrop,
sekretaris jenderal Konferensi Religius Haiti, mengatakan kepada Reuters bahwa
negara harus turun tangan untuk melawan preman ini.
Sementara itu, Uskup
Pierre-André Dumas, wakil presiden Konferensi Episkopal Haiti dan uskup
Anse-à -Veau et Miragoâne, mengatakan kepada AFP bahwa Gereja berdoa dan berdiri
dalam solidaritas dengan semua korban tindakan keji ini.
"Ini keterlaluan.
Waktunya telah tiba untuk menghentikan tindakan tidak manusiawi ini” ungkap
Uskup Pierre.
Keuskupan Agung
Port-au-Prince memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa kekerasan geng
telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.
"Untuk beberapa
waktu sekarang, kami telah menyaksikan turunnya masyarakat Haiti ke
neraka," kata keuskupan agung itu, seperti dilansir AFP.
"Otoritas publik
yang tidak melakukan apa pun untuk menyelesaikan krisis ini tidak kebal dari
kecurigaan," lanjut pernyataan itu.
Kasus Penculikan Sering Terjadi
Jumlah penculikan untuk
mendapatkan uang tebusan baru-baru ini meningkat di Haiti, dan protes mengecam
lonjakan kekerasan yang melanda negara itu.
Sebelumnya, selama
Triduum Paskah, empat anggota gereja diculik selama upacara yang disiarkan
langsung di Facebook.
Pada tanggal 1 April,
empat anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Gospel Kreyòl Ministry di
Diquini, Haiti diculik saat tampil di upacara tersebut.
Banyak yang menonton
layanan tersebut dilaporkan mengira penculikan itu adalah lelucon April Mop, sebelum
menyadari bahwa mereka telah menyaksikan kejahatan.
Mereka berempat,
termasuk pastor gereja, pianis, dan dua teknisi, disandera hingga Minggu
Paskah, dan dibebaskan setelah uang tebusan dibayarkan.
Gregory M. Figaro, yang
ayahnya mendirikan gereja di Diquini, hadir saat penculikan itu dan mengatakan
seorang pria bersenjata masuk ke gereja setelah mengetuk pintu.
“Jika ini bisa terjadi,
maka segala sesuatu mungkin terjadi di negara ini karena tidak ada rasa hormat
terhadap institusi mana pun, apakah itu gereja atau sekolah,” kata Figaro
kepada Miami Herald setelah penculikan itu.
“Mereka bahkan merampas
orang dari dalam rumah mereka” ujarnya.
Haiti juga terkena
dampak krisis lain, termasuk bencana alam dan kurangnya infrastruktur perawatan
kesehatan untuk menangani pandemi COVID-19.
*** ikatolik.net