Pasukan anti-teror POLRI, densus 88 menembak mati
pria berusia 42 tahun, terkait dengan bom
bunuh diri 28 Maret lalu. Densus 88 menggerebek pria tersebut di
rumahnya di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 15 April lalu.
Penembakan itu menyusul adanya penangkapan terduga
teroris di beberapa kota lain selama dua minggu terakhir.
Praktis ada 31 tersangka teroris lain yang terkait
dengan serangan bom bunuh diri pada minggu palma di Katedral Makassar. Dari 31
yang ditangkap, beberapa orang tersangka adalah perakit bom.
Kelompok JAD
Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, E.Zulpan
mengatakan, tersangka yang tewas dan ke-31 orang tersebut berasal dari jaringan
Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Mereka adalah kelompok yang berafiliasi dengan
Negara Islam, dan merupakan bagian dari jaringan pengebom Katedral – pasangan
suami istri.
Lihat Juga:
Pelaku Bom Bunuh Diri Makasar Berusia 26 Tahum, Baru Menikah 7 Bulan
Teroris Itu Beragama atau Tidak (Sebuah Catatan Lepas)
Puji Tuhan, Keadaan Kosmas Sudah Mulai Membaik Pasca Bom Makasar
Pasangan itu baru menikah selama enam bulan,
hidupnya berakhir ketika menyerang Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Makassar,
pada 28 Maret 2021. Keduanya melakukan tindakan bom bunuh diri yang menyebabkan
sedikitnya 21 orang terluka. Dan menewaskan keduanya.
Zulpan mengatakan, tersangka yang ditembak pada 15
April sebelumnya telah menjalani hukuman tiga tahun penjara atas pelanggaran
terkait teror.
Sementara itu, juru bicara Kepolisian Republik
Indonesia, Ahmad Ramadhan menyampaikan hal serupa, bahwa tersangka adalah
jaringan dari bom bunuh diri di Makassar. Namun, Ia tidak merinci perihal
informasi lebih lanjut hubungannya.
Dia mengatakan, keputusan menembak mati terjadi
karena dia menggunakan senjata tajam (dua golok) ketika polisi menangkapnya.
Aparat mengangap hal itu akan menimbulkan ancaman, maka densus 88 akhirnya
memutuskan menembak mati tersangka.
Menanggapi peristiwa itu, Petrus Selestinus, seorang
awam Katolik dan ketua kelompok pengacara mengatakan, Ia menyesali penembakan
itu. Kendati demikian, dia juga mengapresiasi langkah polisi yang tetap harus
mengutamakan keselamatan aparantnya sendiri.
“ Dalam situasi di mana tersangka bersenjata dan
berpontensi membahayakan orang, penembakan mati ini sangat disesalkan, namun
itu adalah satu-satunya pilihan,” kata Petrus seperti dikutip dari UCA News.