Gedung gereja di Kecamatan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, rusak berat akibat dilanda badai tropis Surigae |
Gereja ini berada di
Jalan Merakai, Desa Balai Sebut, Kecamata Jangkang. Sore itu, angin kencang
bertiup disertai curah hujan dengan kapasitas cukup deras.
Kanopi yang roboh berada di bagian sisi depan gedung
gereja.
Kepala Paroki Jangkang,
Pastor Ignatius Michael Warsito, OFM Cap, mengatakan, robohnya kanopi terjadi
sekitar pukul 17.00 WIB.
Dia memastikan, selain
kanopi, tidak ada kerusakan lain akibat angin kencang tersebut. (RED)
Lihat Juga:
Janganlah Menikah Karena Paksaan Orang Tua dan Keluarga
Maaf Bukan Sekedar Urusan Salah dan Benar
Hidup Sederhana, Hidup Sesuai Kebutuhan Bukan Hidup Melarat
Gedung Gereja di Sulut
Juga Rusak
Selain Paroki Jangkang,
Gedung gereja di Kecamatan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi
Utara, rusak berat akibat dilanda badai tropis Surigae, Senin
(19/4/2021).
"Gereja yang rusak
berat itu di Kecamatan Melonguane. Kalau di Kecamatan Salibabu dalam keadaan
aman," kata Camat Salibabu, Bonifasius Wangkanusa melansir kompas.com.
Sesuai analisis Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem yang melanda
Kepualauan Sangihe dan Talaud, diakibatkan typhoon (TY) Surigae dengan
intensitas sangat kuat (very strong) meningkat menjadi ganas (violent) atau
super typhoon (STY).
Badai ini terus
bergerak ke arah barat laut memasuki wilayah tengah dan selatan Filipina.
"Kecepatan angin
rata-rata di sebelah utara dan timur Kepualuan Sangihe dan Talaud bahkan
mencapai 30 knot dan dominan bergerak ke timur laut ke pusat sirkulasi
Typhoon," jelas Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim
Bitung, Ricky Daniel Aror.
Awan-awan konvektif
yang mengandung hujan masih terbentuk di daerah pertemuan massa udara yaitu di
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi bagian Utara, serta Maluku
Utara.
"Tinggi gelombang
kategori tinggi (2,5-4,0 meter) terjadi di sebelah utara dan timur Kepualuan
Sangihe dan Talaud. Gelombang kategori sedang (1,25-2,5 meter) terjadi di Laut
Sulawesi bagian Timur, Perairan Kepulauan Sitaro, Peraian Bitung-Likupang, Laut
Maluku bagian Utara, Teluk Tomini bagian Barat," kata Ricky.
Ricky menambahkan,
Super Typhoon Surigae diperkirakan masih bertahan hingga 19 April 2021.
Selanjutnya, intensitasnya akan kembali menurun dari ganas ke sangat kuat
bergerak ke barat laut yaitu timur laut Filipina.
Kecepatan angin di
utara Sulawesi dan sekitarnya mengalami puncaknya pada 18 April dan 19 April
2021 dan diperkirakan mengalami penurunan kecepatan secara bertahap.
"Hujan dengan
intensitas ringan hingga sedang dan berpotensi hujan lebat untuk beberapa ke
depan. Tinggi gelombang laut mengalami peningkatan hingga puncaknya pada 19
April 2021 diprakirakan mengalami penurunan secara bertahap,"
sebutnya.
BMKG mengimbau warga
waspada hujan lebat disertai petir yang bisa terjadi beberapa hari ke depan.
"Waspada angin
kencang dan gelombang tinggi bahkan dapat mencapai kategori tinggi (2,5-4,0
meter) di wilayah Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan Sitaro, Sangihe dan Talaud,
serta Laut Maluku. Waspada terhadap ancaman banjir pesisir yang dapat terjadi pada
saat bersamaan dengan fase pasang air laut, yaitu pada pagi hingga siang hari
serta menjelang malam hari," imbaunya.
Hingga kini, BPBD
Talaud masih melakukan pendataan kerusakan akibat cuaca ekstrem yang melanda
daerah itu.
"Sudah ada tim
yang turun ke lapangan lakukan pendataan," kata Kepala Seksi Kedaruratan
BPBD Kepulauan Talaud Alpius Londoran.*