Misa yang dipimpin Uskup untuk Kebebasan Haiti, berubah jadi Kekerasan

Misa yang dipimpin Uskup untuk Kebebasan Haiti, berubah jadi Kekerasan



Setapak rai numbei - - - Misa untuk kebebasan Haiti yang dipimpin oleh Uskup Haiti, berubah menjadi kekerasan. Setelah aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke Gereja setelah misa berakhir.

Banyak umat yang mengikuti misa itu, harus keluar dari gereja, namun beberapa di antaranya pingsan karena berdesak-desakan.

Miami Herald melaporkan bahwa, Misa yang berlangsung pada 15 April diPetion-Ville, adalah tanggapan atas penculikan beberapa rohaniwan baru-baru ini.

Ada 11 Uskup di Haiti menghadiri misa itu, dan ratusan umat yang menuntut adanya keadilan dan keseriusan pemerintah mengatasi kekerasan.

“ Kekerasan telah memuncak, kami melihat bahwa ini adalah titik terdalam yang pernah dicapai di negara ini,” kata Fiametta Cappelini, perwakilan AVSI (sebuah lembaga nirlaba kemanusiaan) untuk Haiti, seperti dikutip oleh Chatolic News Service.

Capellimi mengatakan, AVSI mendukung semangat tuntutan dari Gereja, dan berharap itu menarik perhatian pihak berwenang. Sehingga dapat mengatasi kesulitan yang terjadi di Haiti, terutama penindasan terhadap rohaniwan gereja Katolik.

Tanggapan Atas Penculikan

Sementara itu, Fides kantor berita Kongregasi untuk penginjilan umat, melaporkan, bahwa gereja di Haiti meminta sekolah-sekolah Katolik untuk memperhatikan kekerasan pada 15 April. Tidak hanya sekolah saja, namun juga lembaga-lembaga katolik dan universitas Katolik.

Lihat Juga:

Bahasa Kotor dan Perkembangan Diri Seorang Anak

5 Suster dan 2 Pastor Diculik Kelompok Bersenjata di Haiti

Kisah Mengharukan Seniman Muslim Jateng Pembuat Kolase Bunda Maria Terbesar di Dunia

Konferensi Uskup Haiti meminta agar lonceng gereja digaungkan pada siang hari di seluruh Haiti dan bahwa intensi Misa diharapkan pada terjadinya perubahan yang lebih baik.

Keputusan itu menanggapi peristiwa penculikan lima Imam Katolik, dua orang biarawati, dan tiga orang awam.

Dengan demikian, doa dan massa yang turun ke jalanan adalah cara untuk menggerakkan hati nurani nasional dan mendesak pihak berwenang mengatasi masalah penculikan.

Sebelumnya, para pastor dan biarawati itu diculik ketika melakukan perjalanan ke paroki dekat ibu kota Port-au-Prince pada 11 April lalu.

Selain penculikan itu, pada pertengahan April, gangster juga menyerang panti asuhan Port-au-Prince. Mereka menyerang anak-anak dan membunuh seorang penjaga.

Dalam beberapa tahun terakhir, para demonstran, termasuk para pemimpin Katolik telah menyerukan kepada pemerintah untuk mengakhirinya.

Termasuk mengakhiri korupsi dan memperbaiki tata kelola pemerintahan.

Sumber : Chatolic News Service


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama