Dia dinyatakan bersalah
pada 6 April 2020 oleh pengadilan Provinsi setempat, dengan tuduhan menganggu
persatuan dan menciptakan gangguan. Pengadilan menjatuhkan hukuman satu tahun
penjara. Dia juga menerima denda sebesar 4 juta kip (USS$ 426) .
Setelah satu tahun
ditahan, tiga hari yang lalu, Ia dibebaskan. Pembebasan dirinya itu mendapat
pujian dari berbagai pihak, karena adanya keadilan terhadap umat Kristen di
Laos.
Kabar ini pun disambut
baik oleh umat Kristen di sana. Terutama umat di komunitas pedesaan Sithon.
“ Saya senang, sangat
senang dia telah dibebaskan. Kami berdoa untuk Pastor Sihton selama setahun
lebih untuk keselamatannya. Kami sangat bersemangat karena masih hidup dan
diselamatkan oleh Tuhan. Dia mungkin sakit dan lemah di penjara, tetapi
sekarang dia akan sangat senang bisa melayani Tuhan lagi.” kata seorang umat
kepada layanan Lao Radio Free Asia seperti dikutip dari Uca News, Senin
(12/4/2021).
Pastor Sithon ditangkap
pada 15 Maret tahun lalu setelah pemerintah setempat menuduhya melakukan
layanan keagamaan tanpa izin. Waktu itu, Sithon sedang bersiap untuk mengadakan
layanan keagamaan, namun seketika tujuh orang polisi datang dan menyuruhnya
untuk membatalkan ibadah tersebut.
Polisi juga memintanya
untuk menandatangani dokumen yang menyatakan untuk meninggalkan imamatnya.
Tetapi, Pastor Sithon dengan tegas menolaknya. Atas penolakannya itu, polisi
pun menahan dirinya.
Lihat Juga:
Tidak Bersalah Kini Pastor Swammy Sakit Keras di dalam penjara
Bebas setelah diculik kelompok teroris, Pastor Horrison akhirnya sembuh dari trauma
Seorang Frater ditemukan tewas bersama seorang ibu dan anak di Kenya
Sorotan Luar
Kasus penahanan Pastor
Sithon itu membuat beberapa kelompok menyoroti diskriminasi yang terus menerus
terjadi terhadap orang Kristen di Laos. Yang jumlahnya sekitar 150.000 jiwa.
Akhir bulan lalu, Wakil
Direktur Human Rights Wath untuk kawasan Asia-Pasifik Phil Robertson
menyebutkan penangkapan dan penahanan Sithon adalah pelanggaran HAM yang
serius.
“ Pihak berwenang Laos
harus membebaskannya dan meminta maaf karena telah menangkap dan menahannya.
Pihak berwenang tidak boleh melanggar hak dan kebebasan mereka yang percaya
pada agama,” kata Robertson.
Beberapa organisasi
Kristen juga menuntut agar Sithon dibebaskan dan bebas melakukan praktik
keagamaannya.
Eric Blievernicht,
seorang anggota Vision Beyond Border, sebuah organisasi Kristen yang berbasis
di Amerika Serikat, kecewa atas hukuman penjara yang telah dikeluarkan
pemerintah Laos.
“Kami prihatin, dia
tidak diperlakukan dengan baik dan adil. Kami berdoa baginya dan menyerukan
pemerintah Laos membebaskannya dan menghormati kebebasan beragama bagi semua
warganya,” tuturnya.