Taman Kanak-kanak zaman Hindia Belanda. Dok: International The Froebel Society |
Moms, sebelumnya Anda harus tahu dulu bahwa
pendidikan TK pertama kali didirikan oleh seorang guru bernama Friedrich
Wilhelm August Froebel pada tahun 1837 di Blankenburg, Jerman. Tercatat hingga
tahun 1850, Froebel telah berhasil membuka 40 sekolah TK di seluruh penjuru
Jerman.
Froebel menganggap bahwa pendidikan anak usia dini
harus dilakukan dengan konsep belajar sambil bermain. Misalnya, guru harus
menggunakan alat musik, bercerita, bermain drama hingga melibatkan alam untuk
mengajari anak-anak.
Dia mendorong penggunaan kerajinan tangan, seperti
permainan blok bangunan kecil atau teka-teki. Froebel juga mencetuskan ide
bahwa metode belajar secara berkelompok sangat bagus untuk anak-anak usia dini.
Ya Moms, Froebel ingin anak-anak memperoleh keterampilan kognitif dan sosial
dengan menggunakan rasa keingintahuan mereka untuk belajar.
Dalam proses mendirikan TK, Froebel percaya bahwa
pengajar wanita lebih memiliki kepekaan dan kualitas terbaik untuk bekerja
dengan anak-anak dalam membantu perkembangan keterampilan emosional mereka.
Oleh sebab itu, akhirnya Froebel membuka sekolah pelatihan hanya untuk guru TK
wanita. Sayangnya, ide Froebel tersebut dinilai sangat baru dan asing. Hingga
akhirnya, pemerintah Jerman pun memutuskan untuk menutup semua TK pada tahun
1851.
Namun, konsep pendidikan yang dibuat oleh Froebel
ini malah terus berkembang dan menyebar ke seluruh dunia. Banyak negara Eropa
dan Amerika akhirnya mulai membuka TK untuk anak-anak kelas menengah. Kemudian,
antara tahun 1900-an dan awal Perang Dunia I, Inggris dan Prancis mulai membuka
TK gratis untuk anak-anak yang kurang mampu.
Akhirnya, sekolah TK di Jerman pun kembali dibuka
pada akhir tahun abad ke-19. Saat itu, TK di Jerman masih menerima murid dari
usia 3-4 tahun. Menurut Froebel, kata taman kanak-kanak bermakna ‘taman
anak-anak’, yakni sebuah metafora dari penggambaran anak-anak yang tumbuh
seperti bunga dan tanaman. Anak-anak yang dipelihara oleh lingkungan yang
positif dengan tanah, hujan, dan matahari yang baik, serta tukang kebun (guru)
yang penuh perhatian.
Sejarah
Berdirinya Taman Kanak-kanak di Indonesia
Taman Kanak-kanak Froebel Kindergarten 'Aisyiyah. Dok: Istimewa |
Lembaga Kindergarten atau populer dengan nama Frobel
School yang didirikan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel merupakan cikal
bakal lahirnya Taman Kanak-kanak di Indonesia. Konsep lembaga ini dibawa masuk
ke Indonesia oleh Pemerintahan Belanda Hindia untuk pendidikan anak-anak
mereka, anak-anak Eropa dan para bangsawan lainnya.
Pada saat itu pemuda pribumi belum dapat merasakan
pendidikan semacam ini. Apalagi masyarakat miskin yang belum memahami dan
menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
Pada saat kebangkitan Nasional yang diawali dengan
berdirinya Pergerakan Pemuda Budi Utomo pada 28 Mei 1908, pemuda Indonesia baru
menyadari akan pentingnya pendidikan anak usia dini.
Murid Pertama di Bustanul Athfal. Dok: Istimewa. |
Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak ini
direalisasikan oleh persatuan wanita Aisyiyah dengan mendirikan Bustanul Athfal
pada tahun 1919 di Yogyakarta. Salah satu yang turut merintis adalah Nyai Ahmad
Dahlan. Sekolah itu awalnya diberi nama Froebel Kindergarten Aisyiyah dan
diperuntukkan bagi anak-anak pribumi, khususnya para buruh batik yang tidak
bisa mendidik dan mengasuh anaknya saat bekerja.
Di sekolah tersebut anak-anak diajak bermain dan
belajar. Rintisan sekolah Nyai Ahmad Dahlan ini kemudian hari berubah nama
menjadi Aisyiyah Bustanul Athfal yang lebih dikenal sebagai Taman Kanak-kanak
ABA. TK ABA selanjutnya berkembang dan dicontoh di berbagai tempat.
Selain itu, pada tahun 1922, RM Soewardi
Soejaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara pulang
dari pengasingannya di Belanda. Bapak Pendidikan Indonesia itu kemudian
mendirikan Taman Lare atau taman anak Kindertuin yang berkembang dengan nama
Taman Indria.
Englek Permainan Tradisional yang Masih digemari anak-anak hingga saat ini?