Sejarah Berdirinya Taman Kanak-kanak di Indonesia

Sejarah Berdirinya Taman Kanak-kanak di Indonesia

Taman Kanak-kanak zaman Hindia Belanda. Dok: International The Froebel Society


Setapak rai numbei - - - Sebelum memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar, para orang tua biasanya akan memasukkan anak ke dalam taman kanak-kanak atau TK. Ya Moms, biasanya di usia 3-5 tahun, anak-anak bisa belajar sambil bermain di TK. Tapi, tahukah Anda bagaimana sejarah Taman Kanak-kanak di Indonesia?

Moms, sebelumnya Anda harus tahu dulu bahwa pendidikan TK pertama kali didirikan oleh seorang guru bernama Friedrich Wilhelm August Froebel pada tahun 1837 di Blankenburg, Jerman. Tercatat hingga tahun 1850, Froebel telah berhasil membuka 40 sekolah TK di seluruh penjuru Jerman.

Froebel menganggap bahwa pendidikan anak usia dini harus dilakukan dengan konsep belajar sambil bermain. Misalnya, guru harus menggunakan alat musik, bercerita, bermain drama hingga melibatkan alam untuk mengajari anak-anak.

Dia mendorong penggunaan kerajinan tangan, seperti permainan blok bangunan kecil atau teka-teki. Froebel juga mencetuskan ide bahwa metode belajar secara berkelompok sangat bagus untuk anak-anak usia dini. Ya Moms, Froebel ingin anak-anak memperoleh keterampilan kognitif dan sosial dengan menggunakan rasa keingintahuan mereka untuk belajar.

Dalam proses mendirikan TK, Froebel percaya bahwa pengajar wanita lebih memiliki kepekaan dan kualitas terbaik untuk bekerja dengan anak-anak dalam membantu perkembangan keterampilan emosional mereka. Oleh sebab itu, akhirnya Froebel membuka sekolah pelatihan hanya untuk guru TK wanita. Sayangnya, ide Froebel tersebut dinilai sangat baru dan asing. Hingga akhirnya, pemerintah Jerman pun memutuskan untuk menutup semua TK pada tahun 1851.

Namun, konsep pendidikan yang dibuat oleh Froebel ini malah terus berkembang dan menyebar ke seluruh dunia. Banyak negara Eropa dan Amerika akhirnya mulai membuka TK untuk anak-anak kelas menengah. Kemudian, antara tahun 1900-an dan awal Perang Dunia I, Inggris dan Prancis mulai membuka TK gratis untuk anak-anak yang kurang mampu.

Akhirnya, sekolah TK di Jerman pun kembali dibuka pada akhir tahun abad ke-19. Saat itu, TK di Jerman masih menerima murid dari usia 3-4 tahun. Menurut Froebel, kata taman kanak-kanak bermakna ‘taman anak-anak’, yakni sebuah metafora dari penggambaran anak-anak yang tumbuh seperti bunga dan tanaman. Anak-anak yang dipelihara oleh lingkungan yang positif dengan tanah, hujan, dan matahari yang baik, serta tukang kebun (guru) yang penuh perhatian.

Sejarah Berdirinya Taman Kanak-kanak di Indonesia

Taman Kanak-kanak Froebel Kindergarten 'Aisyiyah. Dok: Istimewa


Lembaga Kindergarten atau populer dengan nama Frobel School yang didirikan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel merupakan cikal bakal lahirnya Taman Kanak-kanak di Indonesia. Konsep lembaga ini dibawa masuk ke Indonesia oleh Pemerintahan Belanda Hindia untuk pendidikan anak-anak mereka, anak-anak Eropa dan para bangsawan lainnya.

Pada saat itu pemuda pribumi belum dapat merasakan pendidikan semacam ini. Apalagi masyarakat miskin yang belum memahami dan menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.

Pada saat kebangkitan Nasional yang diawali dengan berdirinya Pergerakan Pemuda Budi Utomo pada 28 Mei 1908, pemuda Indonesia baru menyadari akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

Murid Pertama di Bustanul Athfal. Dok: Istimewa.


Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak ini direalisasikan oleh persatuan wanita Aisyiyah dengan mendirikan Bustanul Athfal pada tahun 1919 di Yogyakarta. Salah satu yang turut merintis adalah Nyai Ahmad Dahlan. Sekolah itu awalnya diberi nama Froebel Kindergarten Aisyiyah dan diperuntukkan bagi anak-anak pribumi, khususnya para buruh batik yang tidak bisa mendidik dan mengasuh anaknya saat bekerja.

Di sekolah tersebut anak-anak diajak bermain dan belajar. Rintisan sekolah Nyai Ahmad Dahlan ini kemudian hari berubah nama menjadi Aisyiyah Bustanul Athfal yang lebih dikenal sebagai Taman Kanak-kanak ABA. TK ABA selanjutnya berkembang dan dicontoh di berbagai tempat.

Selain itu, pada tahun 1922, RM Soewardi Soejaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara pulang dari pengasingannya di Belanda. Bapak Pendidikan Indonesia itu kemudian mendirikan Taman Lare atau taman anak Kindertuin yang berkembang dengan nama Taman Indria.

Penulis: Hutri Dirga Harmonis

kumparan.com

 

Lihat Juga:

Bahasa Kotor dan Perkembangan Pribadi Seorang Anak

Englek Permainan Tradisional yang Masih digemari anak-anak hingga saat ini?

Anak Kecil: Sebuah Pembelajaran dari Kepolosan

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama