Menteri Keuangan Sri Mulyani berkunjung ke Pasar Santa, Jakarta Selatan, untuk berbelanja dan menjelaskan PPN Sembako (14/6). Foto: Instagram/@smindrawati |
Pasar Santa di Kebayoran, Jakarta Selatan,
menjadi pilihan Sri Mulyani untuk dikunjungi. Sejumlah kebutuhan pokok yang
dibeli mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu seperti sayur-mayur dan buah,
serta berbagai jenis bumbu.
Di sela kegiatannya belanja itu, Sri Mulyani pun
berbincang dengan para pedagang. Termasuk mendengar keluhan tentang turunnya
penjualan mereka akibat pandemi.
"Bu Rahayu pedagang buah bercerita akibat
pandemi COVID-19 pembeli di pasar menurun, namun mereka bertahan dan tetap
bekerja tak menyerah," kata Sri Mulyani melalui akun instagramnya, dikutip
Selasa (15/6).
Dia pun mengungkapkan mencuatnya kekhawatiran
pedagang atas rencana pengenaan PPN Sembako. "Ibu pedagang bumbu
menyampaikan kekhawatirannya membaca berita tentang pajak sembako yang dikhawatirkan menaikkan
harga jual," ujarnya.
Sri Mulyani pun menjelaskan, pemerintah tidak
mengenakan pajak sembako yang di jual di pasar
tradisional yang menjadi kebutuhan masyarakat umum.
"Pajak tidak asal dipungut untuk penerimaan
negara, namun disusun untuk melaksanakan azas keadilan. Misalnya beras produksi
petani kita seperti Cianjur, rojolele, pandan wangi, dll yang merupakan bahan
pangan pokok dan dijual di pasar tradisional, tidak dipungut pajak (PPN),"
paparnya.
Namun, lanjut Sri Mulyani, beras premium impor
seperti beras basmati, beras shirataki yang harganya bisa 5-10 kali lipat dan
dikonsumsi masyarakat kelas atas, seharusnya dipungut pajak.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berkunjung ke Pasar Santa, Jakarta Selatan, untuk berbelanja dan menjelaskan PPN Sembako (14/6). Foto: Instagram/@smindrawati |
Demikian juga daging sapi premium seperti daging
sapi Kobe, Wagyu yang harganya 10-15 kali lipat harga daging sapi biasa,
seharusnya perlakukan pajak berbeda dengan bahan kebutuhan pokok rakyat banyak.
"Itu azas keadilan dalam perpajakan di mana yang lemah dibantu dan
dikuatkan dan yang kuat membantu dan berkontribusi," tandas Sri Mulyani.