Sejarah Gedung Pusdikpal: Tempat Laundry Tentara Belanda sampai Pabrik Kecap

Sejarah Gedung Pusdikpal: Tempat Laundry Tentara Belanda sampai Pabrik Kecap

Pusdikpal TNI AD di CImahi (Foto : MNC Portal)


Setapak rai numbei - -CIMAHI- Bangunan gedung Pusdikpal yang terletak di kawasan Cimahi, Jawa Barat, menyimpan nilai sejarah. Danpusdikpal Kolonel Cpl Taufan Tjandra Kusuma menjelaskan, bangunan itu didirikan pada masa penjajahan Belanda, tahun 1922.

Pada waktu gedung tersebut itu merupakan pusat pencucian pakaian (central wasschery) atau laundry yang melayani seluruh Tentara Kerajaan Belanda di pulau Jawa. Pencucian pakaian tersebut dikerjakan secara chemisch (kimia) dengan menggunakan ketel uap dengan cerobong asap setinggi 23 meter.

"Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, maka gedung tersebut diambil alih Jepang dan dipergunakan sebagai pabrik kecap, taucho dan bir. Pada tahun 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu dan gedung tersebut diserahkan kembali kepada Belanda yang selanjutnya digunakan sebagai tempat Pendidikan Teknik atau Techniche Opleiding Institut (TOI), Dinas Angkutan Militer atau Leger Transport Diens (LTD)," urai Taufan di lokasi, Kamis (25/3/2021).



Sejalan dengan validasi organisasi TNI Angkatan Darat, mulai dari Satuan Teritorial, Satuan Tempur, Satuan Pendidikan serta dinas teknik, keberadaannya semakin tertata.

Dalam penyelenggaraan fungsi teknis, hadir dua satuan yakni Dinas Teknik Tentara (DTT) yang berkedudukan di Jakarta, dipimpin oleh Letnan Kolonel Ir. Soedarto, serta Dinas Peralatan Tentara (DPLT) yang berkedudukan di Cililitan, dipimpin oleh Letnan Kolonel Askari.

Taufan menjelaskan, dengan pertimbangan bahwa di lingkungan TNI Angkatan Darat belum dibentuk Lembaga Pendidikan Teknik, beberapa Perwira Dinas Teknik Tentara (DTT), diantaranya Kapten Cpl S. Goenadi Brotosoewignjo, Letnan Satu Cpl Marsidik, Letnan Satu Cpl Bambang Soemantri dan Letnan Muda Cpl Mamoeng Adi, mengadakan musyawarah dengan pihak Belanda, untuk membahas persiapan alih status Institusi Pendidikan Teknik Tentara Kerajaan Belanda yang bernama Technische Opleiding Institute (TOI).

Melalui forum perundingan pada tanggal 18 Januari 1950, antara Dinas Teknik Tentara (DTT) dengan pihak Belanda, maka pada tanggal 12 Maret 1950, 39 orang prajurit TNI Angkatan Darat diterima sebagai peserta didik di TOI.

"Selanjutnya para perintis inilah menjadi kader-kader Instruktur dan ahli teknik di jajaran Dinas Teknik Tentara (DTT) serta Dinas Peralatan Tentara (DPLT)," ungkapnya.

Sebagai tindak lanjut penyerahan kedaulatan, pada 1 Juni 1950 Tentara Kerajaan Belanda yang diwakili Mayor Art Ir. Woerfbain menyerahkan TOI/LTD kepada TNI AD yang diwakili oleh Mayor S. Goenadi dan digunakan sebagai Pusat Pendidikan Bintara dan merupakan bawahan DPLAD yang selanjutnya Institusi Pendidikan dimaksud diubah namanya menjadi Pusat Pendidikan Teknik Tentara (PeTeTe) dan Mayor S. Goenadi sebagai Komandannya, yang secara taktis operasional di bawah Staf “Q”, kemudian beralih Komando dan Kendali kepada Dinas Teknik Tentara (DTT).

"Peristiwa bersejarah inilah yang selanjutnya secara monumental diabadikan sebagai hari lahir Pusat Pendidikan Peralatan," tegas Taufan.

Dalam perkembangannya, kata Taufan, Pusdikpal tidak terlepas dani pembenahan-pembenahan yang dilaksanakan di lingkungan TNI AD, baik dalam tataran organisasi maupun personel.

Periode 1951 sampai 1963, berdasarkan keputusan Kasad nomor : 239/KASAD/KPTS/51 tanggal 1 Desember 1951, Dinas Teknik Tentara (DTT) dan Dinas Peralatan Tentara (DPLT) divalidasi menjadi Dinas Peralatan Angkatan Darat (DPLAD).

Demikian pula sebutan Pendidikan Teknik Tentara (Pe Te Te) berubah menjadi Depo Pendidikan 1 (Satu) berkedudukan di Cimahi dan Depo Pendidikan II (Dua) Dinas Peralatan Angkatan Darat berpangkalan di Cililitan.

Sebagai upaya memantapkan kinerja lembaga, pada tahun 1953, dua institusi pendidikan teknik tersebut diorganisasikan menjadi satu dengan nama Pusat Pendidikan Bintara.

Pada tahun 1953 disarankan perlunya tempat pendidikan Perwira maka oleh DPLAD dibelilah kompleks Gadobangkong dari Yayasan Advent dan digunakan untuk Pendidikan Sekolah Ulangan Perwira DPLAD.

Pada tanggal 1 April 1955, sesuai dengan Surat Keputusan Kasad Nomor : 19/KSAD/KPTS/1955 tanggal 25 Januari 1955, kedua lembaga pendidikan DPLAD ini dilebur menjadi satu dengan nama Pusat Pendidikan Peralatan Angkatan Darat (PPPLAD) yang dipusatkan di Cimahi.

Sesuai Instruksi Kasad Nomor : 04/11/1956 tanggal 1 Desember 1956 PPPLAD, taktis di bawah Inspektorat Jenderal Pendidikan dan Latihan (Ijen PL) dan teknis di bawah Direktorat Peralatan berdasarkan penetapan Kasad Nomor : P4T P.0-5 tanggal 5 September 1958 dan Surat Keputusan Komandan Pendidikan dan Latihan (Dan Plat) Nomor Kpts 495/11/1959 tanggal 21 Nopember 1959 maka mulai tanggal 1 Januari 1960 dirubah namanya menjadi Resimen Induk Peralatan (Rinpal).


Lihat Juga:

Perjalanan Sepatu dari Zaman Batu

Wabah Penyakit Mematikan di Banten dan Jawa Tengah

Kisah Petempur Cilik dalam Revolusi Indonesia


Rinpal secara taktis dibawah Komando Pendidikan dan Latihan (Kopiat) dan teknis serta pembinaan personel berada di bawah Ditpalad. Berdasarkan surat keputusan Men/Pangad Nomor Kpts. 271/11/1963 tanggal 20 Maret 1963 dan Surat Keputusan Dan Rinpal Nomor : 73/1X/1963 tanggal 1 September 1963 maka dirubah namanya menjadi Pusat Pendidikan Peralatan (Pusdikpat).

Periode 1963 sekarang dengan dibentuknya Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan (Kobangdiklat) serta Komando Logistik TNI AD (Kologad), Sesuai dengan organisasi dan tugas yang berlaku, maka Pusdikpal)berada di bawah kendali Pusat Peralatan Kobangdiklat TNI Angkatan Darat.

Pada tanggal 6 Oktober1978, Pusdikpal diorganisasikan di bawah Kobangdiklat TNI Angkatan Darat. Pada tanggal 25 Januari 1986, Pusdikpal kembali diorganisasikan di bawah Ditpalad. Berdasarkan Kep Kasad Nomor : KEP 1/VI/1997 tanggal 20 Juni 1997, Pusdikpal Ditpalad berubah menjadi Pusdikpal TNI Angkatan Darat.

Selanjutnya berdasarkan Sprin Kasad Nomor : Sprin/1104/VI11/1998 tanggal 14 Agustus 1998, Pusdikpal TNI Angkatan Darat diorganisasikan di bawah Kodiklat Angkatan Darat.

Taufan menjelaskan, dari Pemerintahan Kota Cimahi memberikan suatu wadah yang bertujuan melestarikan peninggalan tersebut dengan membuat konsep wisata

Militer Bersejarah.

Nantinya, ada semacam tur mengelilingi bangunan militer bersejarah sambil memberikan edukasi kepada masyarakat soal kemiliteran yang ada. "Jadi adanya rencana Military Heritage Tourism ini diharapkan mudah-mudahan ke depan industri pariwisata di Kota Cimahi ini makin berkembang," tutupnya.


***

Referensi Catatan Histori:

Komaruddin Bagja, Sindonews

https://nasional.okezone.com/read/2021/03/26/337/2384308/sejarah-gedung-pusdikpal-tempat-laundry-tentara-belanda-sampai-pabrik-kecap?page=2

 

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama