Patung Yuri Gagarin karya Alexei Dmitrievitch Leonov yang dipasang di Taman Mataram, Jakarta Selatan |
Patung perunggu
setinggi 282 cm dan berbobot 500 kg itu merupakan karya seniman Rusia Alexei
Dmitrievitch Leonov. Peresmiannya dilakukan lewat penandatanganan prasasti di
Balai Kota DKI Jakarta pada Rabu (10/3/2021) oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI
Mahendra Siregar, Duta Besar Rusia untuk RI Lyudmila Vorobieva, dan Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Gubernur DKI sampaikan: ‘kehadiran patung
Yuri Gagarin memaknai keeratan warga Jakarta dengan Rusia, khususnya dalam
mendukung sejarah 70 tahun hubungan kedua negara serta menciptakan ruang
terbuka hijau yang sejuk dan nyaman bagi publik Jakarta. Sementara Deputi
Walikota Moskow, Sergey Cheremin, mengapresiasi interaksi yang kuat dalam
kerjasama kebudayaan antara Jakarta dan Moskow meski di tengah pandemi,” bunyi
pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri RI di laman resminya, Kamis (11/3/2021).
Penandatanganan prasasti yang dihadiri Wamenlu RI Mahendra Siregar (kanan), Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva (tengah & Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kemlu.go.id) |
Jakarta jadi kota
kesekian di seantero dunia yang memasang patung Yuri Gagarin karya Leonov. Sebelumnya,
patung dengan bentuk yang sama juga berdiri gagah antara lain di Washington DC
dan Houston, Amerika Serikat (Museum Smithsonian); London (Admiralty Arch),
Inggris; Serbia; Norwegia; China; El Salvador; Venezuela; Kuba; Jerman; Italia;
Prancis; dan India.
Patung Yuri Gagarin
dijadikan simbol yang menguatkan hubungan bilateral Rusia dengan negara-negara
tempat patung berada. Khusus Indonesia, Presiden Sukarno kala melawat ke Moskow
pada Juni 1961 angkat topi atas pencapaian Gagarin sebagai kosmonot pertama
yang mencapai antariksa dengan wahana Vostok 1. Selain menyebut Gagarin sebagai
pahlawan bangsa Indonesia, Presiden Sukarno menghadiahkannya Bintang Mahaputera
Adipradana.
Lihat Juga:
- Mengenal Sosok Sanusi Pane, Sang Pelopor Lahirnya Bahasa Indonesia
- Pelacur dalam Koper (Mary, Kisah Kelam Seorang Pelacur Tua Renta di Yokohama)
- Mengunjungi Kembali Masa Kecil di Kampung Numbei
- Horor Takoak 1948
Kosmonot Soviet di Hati
Rakyat Indonesia
Kendati Gagarin belum
pernah menginjakkan kakinya di Indonesia, toh namanya di populer di Indonesia,
terutama pasca-penganugerahan Bintang Mahaputra Adiprana oleh Sukarno. Dalam
sekejap, nama Yuri Gagarin dan satelit Sputnik begitu populer di publik tanah
air setelah tiga kosmonot lain berturut-turut berkunjung ke Indonesia.
Gherman Titov merupakan
kosmonot pertama yang berkunjung ke Indonesia, pada 1962. Titov adalah kosmonot
yang mencapai orbit bumi setelah Gagarin, tepatnya pada Agustus 1961, dengan
pesawat ulang-alik Vostok 2. Tak hanya ke Jakarta, Titov juga mengunjungi
Surabaya dan Yogyakarta.
“Di Yogyakarta, saya
sempat bertanya pada pelajar setempat, Salim Djadaf, untuk bertanya alasan
orang-orang mau berbondong-bondon menyambut Titov. Djadaf mengatakan, ‘Saya tak
bisa mewakili semua orang tapi bagi saya, dia (Titov) tak sekadar pahlawan
namun juga sebuah perwakilan akan heroisme dari kemajuan yang negeri Anda
(Soviet) sudah lakukan, di mana negara lain masih berusaha mencapainya’,” tulis
wartawan Soviet Pavel Barashev dalam laporannya yang dimuat majalah USSR edisi
Juli 1962.
Andriyan Nikolayev,
manusia ketiga yang mencapai antariksa, mengikuti berkunjung ke Jakarta pada
Januari 1963. Pada November di tahun yang sama, Nikolayev datang untuk yang
kedua kali bersama kosmonot Valery Bykovsky. Nikolayev sekaligus membawa serta
istrinya, Valentina Tereshkova, yang merupakan kosmonot perempuan pertama yang
terbang ke luar angkasa pada Juni 1963.
Kedatangan mereka tentu
jadi obyek pengawasan intelijen Amerika, CIA. Pasalnya, serangkaian kedatangan
para kosmonot Soviet itu sekaligus jadi kepanjangan tangan Kremlin atas
dukungannya kepada Indonesia yang tengah memperjuangkan Irian Barat dan
konfrontasi dengan Malaysia.
Enam kosmonot kenamaan Soviet: Leonid Popov, Yuri Gagarin, Valentina Tereshkova, Adrian Nikolaev, Valery Bykovsky, German Titov (Smithsonian) |
Soviet berdiri di belakang Presiden Sukarno yang diwujudkan lewat sejumlah kerjasama militer, seperti pengadaan beragam jet tempur MiG dan helikopter aneka jenis sertan kapal penjelajah Ordzhonikidze (dibeli Indonesia tahun 1962 dan namanya diganti jadi KRI Irian). Dalam dokumen “Daily Report: Foreign Radio Broadcast” tertanggal 5 Desember 1963 disebutkan, pemerintah RI sampai menghelat parade untuk menyambut Nikolayev, Tereshkova, dan Bykovsky di Stadion Senayan.
Dalam pidatonya
sambutannya, Sukarno ingin menjadikan ketiganya sebagai contoh akan kemajuan
teknologi yang mesti dicapai, terutama terkait teknologi nuklir demi
kesejahteraan rakyat. Sukarno, lanjut laporan itu, meminta generasi muda
Indonesia mencontoh ketiga kosmonot Soviet itu yang berani mengambil risiko
untuk terbang ke luar angkasa untuk mencapai ilmu pengetahuan itu.
“Presiden Sukarno
menekankan bahwa jika ingin menjadi negara yang besar, Indonesia harus ambil
bagian dalam revolusi antariksa dan nuklir demi menjawab penderitaan rakyat.
Bahwa pencapaian terbesar bangsa Indonesia bukanlah lewat kuatnya angkatan
bersenjata, melainkan melalui ilmu pengetahuan demi kesejahteraan di masa
depan,” tulis laporan itu.
Adapun Nikolayev dalam
sambutannya menyampaikan dukungan kuat bagi rakyat Indonesia dalam konfrontasi
dengan Malaysia dan Belanda terkait Irian Barat.
“Valentina Tereshkova
mengatakan bahwa penghargaan Indonesia kepada mereka juga menjadi penghargaan
bagi para ilmuwan dan pilot Soviet. Kosmonot perempuan itu berbicara tentang
sejumlah eksperimen antariksa, pelatihan para kosmonot, hingga uji nuklir
terbatas yang disebutkan, merupakan satu langkah maju bagi perdamaian. Dia
mengharapkan penerbangan ke antariksa tak hanya akan dimonopoli Soviet dan
Amerika, namun juga negara lain, termasuk Indonesia,” kata Nikolayev, dikutip
laporan tersebut.
Pertemuan Sukarno dan
para kosmonot itu di Jakarta diakhiri dengan bertukar cenderamata. Nikolayev
dan Bykovsky menghadiahkan sejumlah buku kepada Sukarno. Sementara, Tereshkova
dihadiahi medali Bintang Mahaputra Adipradana sebagaimana Yuri Gagarin. Sebelum
pulang ke Moskow, ketiganya merampungkan agenda kunjungan ke beberapa kota
lain, di antaranya Palembang, Bandung, Solo, Surabaya, dan Bali.
Kedatangan Kosmonot Andriyan Nikolayev, Valentina Tereshkova & Valery Bykovsky pada November 1963 (mikejkt.livejournal.com) |
Perjalanan para
kosmonot di Indonesia itu juga diceritakan Indonesianis asal Rusia, Profesor
Alexey Drugov, yang pernah tinggal di Indonesia dan ikut rombongan ketiga
kosmonot itu, kepada Direktur Eksekutif Russia-Indonesia Business Council
Mikhail Kouritsyn. Drugov memuatnya dalam blognya pada
11 April 2011. Menurut Drugov, perjalanan mereka unik. Yang paling diingatnya
antara lain perangai dingin pada kosmonot dan satu permintaan aneh Nikolayev
yang penasaran dengan kebun binatang.
“Di Bandung, penyanyi
lokal menembangkan versi Sunda dari lagu ternama Rusia, ‘Ochi Chornyye’ (terj.
Mata Hitam)’. Saya terkejut dengan absennya sambutan hangat dari para kosmonot
walau bagi saya penyanyi itu luar biasa. Mereka seperti sekadar ingin
menjalankan tugasnya dengan antusias, tetapi tanpa sedikit pun memancarkan mata
yang berbinar-binar. Saya pernah bertemu mereka lagi dalam situasi-situasi
berbeda dan perilaku mereka tak berubah sedikit pun,” tulis Drugov.
Sebelum beristirahat
dengan pelesiran ke Bali, Drugov juga ikut rombongan Nikolayev cs. saat bertemu
KSAU Marsekal Omar Dhani dan para pilot AURI ke Surabaya. Di kota pahlawan ini,
Drugov turut mengatur sebuah kunjungan di luar agenda resmi.
“Di lain hari Nikolayev
mendatangi saya dan bertanya, apakah saya bisa mengatur kunjungan ke kebun
binatang di Surabaya, karena dia seorang pecinta binatang. Saya melaporkan
permintaan itu ke Dubes Nikolay Mikhailov dan dia segera mengontak koleganya
dari Indonesia dan kunjungan ke kebun binatang pun akhirnya diatur dalam waktu
sekejap. Lucunya, Bykovsky tak suka dengan rupa hewan komodo, namun secara
keseluruhan, mereka terkesan,” tandas Drugov.
***
Referensi Catatan Histori:
https://historia.id/politik/articles/yuri-gagarin-dan-para-kosmonot-pahlawan-indonesia-P9B0O/page/3