Situasi ketika masyarakat mulai beraktivitas kembali tanpa menggunakan masker meskipun dalam keadaan physical distancing di masa pandemi virus covid-19 di Selandia Baru (Marty MELVILLE / AFP) |
Berbagai cara dalam
mengurangi penyebaran virus tersebut berdasarkan pada kebijakan dari setiap
negara yang disertai dengan rekomendasi dari WHO, dari adanya kebijakan lockdown,
pengalihan kegiatan luring menjadi daring (online), pengurangan mobilisasi
masyarakat, hingga adanya kebijakan new normal. Dari beberapa kebijakan
tersebut juga diterapkan oleh beberapa negara yang di antaranya ada yang
berhasil maupun ada yang belum berhasil atau gagal dalam menangani kasus
seperti ini. Bahkan, dari keberhasilan pada penanganan kasus ini berdampak pada
seluruh masyarakatnya yang dapat kembali melaksanakan kegiatannya masing-masing
secara normal, meskipun dengan menerapkan protokol kesehatan. Hal ini yang
dialami oleh Negara Selandia Baru, negara dengan penanganan kasus
COVID-19 terbaik di dunia.
Pada hari Sabtu, 8 Mei
2021 pukul 09.00 pagi waktu setempat, Kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19
sebanyak 2.640 orang, kemudian jumlah yang telah sembuh sebanyak 2.589 beserta
sebanyak 26 kasus yang dinyatakan meninggal dunia.
Awal Mula Pandemi COVID-19 di Selandia Baru
Seperti yang diketahui
bahwa Negara Selandia Baru merupakan salah satu negara kepulauan yang berada di
bagian selatan dunia dan termasuk dalam Benua Australia. Kasus COVID-19 di
Selandia Baru pertama kali muncul pada tanggal 28 Februari 2020 di Auckland
terdapat satu pasien yang merupakan seorang lanjut usia terjangkit Virus Corona
tersebut. Hal itu terjadi ketika pasien ini ketika pulang dari Tehran, Iran
menuju Auckland melalui penerbangan transit Bali, Indonesia pada tanggal 26
Februari 2020. Dua hari setelah penerbangan tersebut, pasien ini merasakan
seperti kesulitan bernapas disertai dengan batuk. Gejala tersebut yang pada
akhirnya pasien ini dibawa ke Auckland City Hospital untuk diperiksa terkait
kondisi kesehatannya. Setelah pengecekan yang lama, sebanyak tiga kali uji coba
test tersebut kemudian keluar hasil dan pasien itu dinyatakan positif Virus
COVID-19. Setelah keluarnya hasil test tersebut, pasien ini kemudian diberikan
perawatan yang sangat intensif oleh pihak rumah sakit setempat.
Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru (AFP) |
Mendengar adanya
kejadian tersebut, Menteri Kesehatan Selandia Baru, David Clark kemudian
merespons dengan mengajukan kebijakan untuk melarang perjalanan dari Iran
kepada Pemerintah Selandia Baru dan pengajuan tersebut diterima dengan
memberlakukan pelarangan perjalanan atau penerbangan ke Iran. Hal ini bertujuan
untuk menekan laju penyebaran virus corona tersebut. Akan tetapi, masuknya
virus tersebut menandakan pintu buka bagi Virus COVID-19 dan menyebabkan
beberapa masyarakat di Selandia Baru terjangkit positif dari virus tersebut.
Sehingga negeri di bawah persemakmuran Brtitania Raya (United Kingdom) tersebut
mengalami puncak masa pandemi pada bulan Maret 2020 sebanyak puluhan per-hari
pasien yang terkena positif COVID-19.
Langkah-langkah Pemerintah Selandia Baru dalamMenghadapi Virus COVID-19
Dari kekacauan yang timbul akibat penyebaran virus tersebut membuat Pemerintah Selandia Baru mengemukakan kebijakan barunya dalam upaya untuk mengurangi penyebaran virus corona tersebut. Sebenarnya, Pemerintah Selandia Baru sejak awal sebelum masuknya virus di negaranya telah membuat kebijakan berupa baik Warga Negara Asing (WNA) dari China maupun melaluinya untuk dilarang masuk ke Selandia Baru. Hal ini berdasarkan pada keputusan dari Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern dengan menyatakan menutup kedatangan WNA untuk masuk ke negaranya, khususnya WNA China maupun WNA lainnya yang sempat berada di China. Tidak lupa juga, bagi setiap warga negara Selandia Baru yang berpulang dari luar negeri atau sedang berada di sana untuk sementara diwajibkan karantina terlebih dahulu sebanyak 14 hari. Kemudian, ketika terdapat beberapa kasus positif virus ini yang kemudian bertambah, pada akhirnya Pemerintah Selandia Baru menyatakan untuk menutup segala akses dari luar dan mulai menerapkan lockdown pada akhir Maret 2020. Namun, penerapan tersebut belum dikatakan mudah sebab ada beberapa tahap yang harus diterapkan terlebih dahulu sebelum menerapkan lockdown secara total.
Lihat Juga:
Curhat Bill Gates, Selalu jadi Sasaran Teori Konspirasi Covid 19
Spiritualitas Pendidikan Era Covid 19 (Corona Mengubah Cara Belajar Anak Zaman Now)
Tahapan-tahapan
tersebut merupakan hasil kesepakatan Pemerintah Selandia Baru dengan masyarakat
yang kemudian dibagi dalam bentuk tingkatan menjadi empat tingkat. Tingkatan
tersebut dimulai dari persiapan, pengurangan, pembatasan, hingga lockdown.
Terkadang, Pemerintah Selandia Baru bisa saja menerapkan kebijakan yang
sebelumnya berada pada tingkatan pertama menjadi tingkatan keempat ketika
penyebaran virus corona yang semakin masif.
Penerapan kebijakan ini
dinilai efektif dalam menekan laju penyebaran virus dengan adanya hubungan
internal pemerintah yang baik dan disertai dengan sosialisasi kebijakan kepada
masyarakatnya. Bahkan, pemerintah juga dengan berani siap menanggung segala
risiko dalam urusan perekonomian karena sebagaimana apa yang telah diputuskan
oleh pemerintah setempat untuk memprioritaskan kesehatan terlebih dahulu. Tidak
lupa juga, masyarakat di Selandia Baru yang hampir seluruhnya taat dan disiplin
dalam menerapkan protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas atau kegiatan di
luar ruangan terlebih dahulu. Selain itu, penerapan lockdown juga yang sangat
ketat di Selandia Baru baik dari luar negeri maupun di dalam negeri yang
melarang segala kegiatan apa pun di luar ruangan secara menyeluruh.
Dari tahapan-tahapan
yang dilakukan kemudian membuahkan hasil, di mana laju penyebaran virus corona
di Selandia Baru mulai berkurang secara drastis, bahkan pada seterusnya secara
tidak langsung, Selandia Baru tidak memiliki kasus baru positif COVID-19 atau zero
cases. Hal ini yang dapat dikatakan bahwa Selandia Baru telah berhasil dalam
menghadapi serangan virus COVID-19 ini, meskipun terkadang masih terdapat satu
atau lebih kasus yang timbul dan pemerintah masih menetapkan kebijakan
pembatasan yang sebelumnya telah diterapkan. Selain itu juga, pada tanggal 24
September 2020, Pemerintah Selandia Baru mulai mencabut kebijakan wajib masker
untuk seluruh masyarakat di negara tersebut.
Indonesia Harus Belajar Banyak dengan Selandia Baru
Keberhasilan Selandia
Baru dalam menghadapi virus corona ini harus menjadi raw of model bagi seluruh
negara di dunia melalui kebijakan yang ditetapkan. Hal ini perlu menjadi contoh
penting bagi Pemerintah Indonesia dalam menghadapi dan menangani kasus
penyebaran virus tersebut. Dapat diketahui, Indonesia maupun Selandia Baru
merupakan negara yang berbentuk kepulauan dalam satu negara. Negara kepulauan
pada umumnya cenderung memiliki kegiatan mobilitas penduduk yang cukup tinggi
dan memiliki penduduk yang terpisah dari setiap pulau. Akan tetapi, ketika
melihat Negara Selandia Baru yang merupakan negara kepulauan mampu mengurangi
kegiatan mobilisasi atau perpindahan penduduk antarpulau dengan pembatasan
secara menyeluruh. Seharusnya, cara ini juga dapat diterapkan di Indonesia,
namun mengingat jumlah populasi di Indonesia yang jauh lebih tinggi dari
Selandia Baru membuat penanganan kasus virus tersebut kerap membuat
Pemerintahan Indonesia perlu bekerja ekstra untuk menyelesaikan isu ini. Oleh
karena itu, Selandia Baru layak menjadi panutan bagi seluruh negara di dunia
dan masih ada harapan dan kemungkinan bagi Indonesia untuk mengadopsi beberapa
kebijakan dari Selandia Baru tersebut.