Menurut siaran pers
dari KeuskupanAgung Seoul, sebelumnya, Kardinal Nicholas telah menerima perawatan
intensif untuk menangani berbagai penyakit usia tua.
Kardinal Cheong telah
menjalani perawaratan di rumah sakit sejak bulan Februari lalu. Sebulan
kemudian, kondisinya membaik, dan tim medis atas permintaannya, melepaskan
berbagai perlatan medis yang melekat dalam tubuhnya. Agar ia dapat menanggapi
orang-orang yang berdoa untuk kesembuhannya.
Baca Juga
KeuskupanTimika minta Pemerintah Terbuka Tangani Konflik di Papua
PausAjak Umat Katolik untuk Berdoa Rosario di bulan Maria
PesanToleransi Gus Miftah pada Peresmian Gereja
Di tengah perawatan
itu, Kardinal Cheong menerima anugerah peringatan 60 tahun imamatnya di rumah
sakit pada 18 Maret lalu.
Sebelum meninggal
dunia, kardinal Cheong berpesan untuk mendonorkan organ tubuhnya, termasuk
kornea matanya kepada rumah sakit. Agar dapat menolong orang-orang sakit dan
membutuhkan organ tubuh tertentu.
Ingin Gereja Menjadi
Terang dan Garam
Kepergian kardinal
Cheong telah menghadirkan dukacita mendalam bagi seluruh umat Katolik Korea,
termasuk penggantinya Kardinal Yeom.
Dalam pesannya, Uskup
Agung Seoul itu mengenang misi Cheon Jin-suk yang ingin ‘Gereja menjadi terang
dan garam masyarakat’. Dan mempraktikkan pelayanan pastoral yang menekankan
nilai-nilai kehidupan dan keluarga.
“ Kardinal Cheong
memberikan semua yang dia miliki kepada Gereja dan orang miskin. Dia
menyumbangkan organ tubuhnya untuk mengabdikan dirinya terhadap orang yang
lemah. Dia selalu bebas dari hal-hal material ”. Demikian kata Kardinal Yeom
dalam homilinya pada Misa Requim di Katedral Myeondong Seoul.
Prioritas Penyebaran
Injil
Sebagai seorang Imam
dan Uskup, Kardinal Cheong memprioritaskan penginjilan dan meningkatkan umat Katolik
yang setia di negara ginseng itu.
Selain kesibukannya
melayani umat, semasa hidupnya dia juga aktif menulis buku. Ia telah menulis
dan menerjemahkan sekitar 60 buku, di antaranya adalah buku tentang hukum kanon
dan katekismus.
Pada tahun 2005, di bawah
kepemimpinannya, Keuskupan Agung Seoul meluncurkan komite untuk kehidupan. Itu
setelah seorang ilmuwan Korea memicu konflik nasional dan global dengan klaim
telah mengkloning embrio manusia dari sel induk.
Kini semuanya itu
menjadi legitimasi yang terus dijalankan oleh penggantinya dan seluruh umat
Katolik di sana. Selamat Jalan Kardinal.