banner Trend Sosial Rapat Pejabat Makan Enak, Guru Honorer Upahnya Pas-Pasan

Trend Sosial Rapat Pejabat Makan Enak, Guru Honorer Upahnya Pas-Pasan



Suara Numbei News - Di negeri ini, makan siang bisa jadi lebih berharga daripada masa depan. Pernyataan itu mungkin terdengar satir, tapi begitulah kenyataan yang muncul ketika kita membaca Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32 Tahun 2025 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2026. Dalam aturan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani menetapkan bahwa biaya konsumsi untuk rapat koordinasi tingkat menteri dipatok sebesar Rp171.000 per orang per sekali rapat. Sebuah angka yang, jika dilihat secara terpisah, mungkin tak menimbulkan kehebohan. Tapi bandingkanlah dengan fakta bahwa masih banyak guru honorer di Indonesia yang menerima gaji Rp300.000 per bulan. Ya, per bulan. Maka lahirlah ironi yang begitu pahit: satu kali makan siang pejabat hampir menyamai gaji sebulan pengabdi pendidikan.

Sulit dipercaya, tetapi itulah kenyataan yang disuguhkan sistem. Seorang guru honorer yang mengajar lima hari seminggu, menyusun materi, membimbing siswa, bahkan seringkali merogoh kantong pribadi untuk membeli spidol atau fotokopi soal ujian, digaji kurang dari biaya nasi kotak rapat di gedung kementerian. Rasanya tak adil, tetapi kenyataan itu terus berlangsung dari tahun ke tahun, dengan atau tanpa protes publik. Sementara para pejabat merancang kebijakan di ruang ber-AC sambil menikmati makan siang senilai ratusan ribu, di pelosok desa, seorang guru harus memilih antara membeli beras atau membayar ongkos ojek agar tetap bisa mengajar esok hari.

Angka-angka ini bukan sekadar statistik. Ia berbicara tentang bagaimana sebuah negara memperlakukan pahlawan pendidikan. Jika logika anggaran merefleksikan prioritas negara, maka kita perlu bertanya: kenapa rapat lebih dihargai daripada mengajar? Kenapa kenyamanan birokrat lebih utama daripada nasib pendidik? Dalam kebijakan anggaran seperti ini, kita melihat bukan hanya ketimpangan, tapi juga ketidakadilan yang telah dinormalisasi. Guru honorer tak punya forum besar untuk menyuarakan keluh kesahnya. Mereka terlalu sibuk bertahan hidup, terlalu lelah berharap pada janji-janji perubahan yang tak kunjung datang. Padahal merekalah yang mendidik anak-anak kita, membentuk masa depan bangsa.

Dunia pendidikan di negeri ini sering dielu-elukan sebagai prioritas utama. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, kata-kata itu ternyata hanyalah slogan kosong. Sebab bagaimana mungkin kita berbicara tentang kualitas pendidikan jika gurunya tidak dijamin hidup layak? Bagaimana kita berharap anak-anak bangsa tumbuh dalam semangat belajar jika gurunya mengajar sambil memikirkan bagaimana bayar utang warung?

Ini bukan sekadar soal angka. Ini soal keberpihakan. Ini soal siapa yang dianggap layak diperjuangkan, dan siapa yang cukup diberi ucapan “terima kasih” tanpa kesejahteraan. Pemerintah seharusnya menyadari bahwa bangsa besar tidak dihasilkan dari gedung mewah atau rapat mahal, tapi dari ruang kelas yang sederhana dengan guru-guru yang ikhlas dan dihargai. Jika biaya makan siang bisa Rp171 ribu, maka tak masuk akal jika gaji guru tetap Rp300 ribu. Ketimpangan ini harus dihentikan, bukan hanya demi keadilan, tapi demi kewarasan kebijakan publik.

Sudah saatnya kita menyalakan alarm nurani. Anggaran bukan sekadar dokumen fiskal, melainkan cermin nilai-nilai negara. Jika guru tidak ditempatkan di posisi terhormat dalam anggaran, maka masa depan bangsa hanya akan menjadi omong kosong. Negara yang besar bukanlah negara yang pejabatnya kenyang, tapi yang pendidiknya dihargai. Kita mungkin bisa menunda banyak proyek, tetapi kita tidak boleh menunda kesejahteraan guru. Sebab saat guru dihina secara sistemik melalui upah yang tak manusiawi, maka pendidikan telah dilukai, dan bangsa telah kehilangan arah.



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama