Ilustrasi. Setiap tanggal 17 April diperingati sebagai Hari Hemofilia Sedunia. (iStockphoto/Hailshadow) |
Hemofilia merupakan
gangguan pembekuan darah yang terjadi akibat kekurangan faktor VII dan IX.
Pasien hemofilia umumnya akan mengalami pendarahan yang berlangsung lebih lama
akibat kurangnya protein yang membuat darah sukar membeku.
Tak hanya itu, orang dengan
hemofilia juga mungkin mengalami pendarahan pada persendian dan otot tanpa
mengalami cedera atau luka.
Hemofilia bukan
penyakit yang dapat disembuhkan. Namun, pengidap hemofilia bisa memperbaiki
kualitas hidupnya dengan mencegah luka dan melakukan kontrol rutin.
Lihat Juga:
Ajaib Noncy Foytik Sembuh dari Kanker Setelah Mengunjungi Kuil Maria
Nasib Pliu Bayi Greis Lahir Tanpa Anus
Tidak Ada Corona di Tanzania, Realitas Semu yang dibuat Magufulli
Hemofilia juga
terbilang langka. Mengutip laman CDC, penyakit ini terjadi pada sekitar 1 dari setiap
5.000 kelahiran. Laki-laki menjadi kelompok yang lebih berisiko.
Tahun ini, peringatan
Hari Hemofilia Sedunia mengambil tema 'Adapting to Change: Sustaining Care in A
New World' (Beradaptasi dengan perubahan: perawatan berkelanjutan di dunia yang
baru).
World Federation of
Hemophilia (WFH) menyebut, tema ini mencerminkan kondisi pandemi yang
memberikan dampak besar terhadap para penyandang gangguan pembekuan darah ini.
"Pandemi Covid-19
memang membuat hidup jadi penuh tantangan bagi orang-orang yang mengalami
gangguan pendarahan. Tapi, kita bisa bersama-sama berjuang demi pengobatan yang
adil untuk semua," ujar Presiden WFH, Caesar Garrido, dalam rilis
pers.
Ada banyak hal yang
bisa dilakukan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam peringatan ini.
Pertama, masyarakat bisa mengirimkan foto diri sembari mengenakan sesuatu
berwarna merah ke laman media sosial WFH.
Anda juga bisa berbagi
cerita mengenai pengalaman tinggal atau merawat seseorang dengan kelainan
pendarahan ini ke situs World Hemophilia Day.
"Ada banyak hal
yang bisa kita lakukan. Namun, WFH tetap mendorong Anda untuk tetap mengikuti
protokol kesehatan yang berlaku di tempat masing-masing," tulis WFH.
Hari Hemofilia Sedunia
sendiri telah dimulai sejak tahun 1989 silam. Tanggal 17 April bertepatan
dengan hari kelahiran pendiri WFH, Frank Schnabel.
Mengenali Gejala Penyakit Hemofilia
Salah satu gejala hemofilia yang paling jelas dan mudah dikenali adalah pendarahan yang sulit berhenti ketika terluka, cabut gigi, atau operasi. (Ilustrasi/Foto: Thinkstock/Katarzyna Bialasiewicz)
Memeringati 'Hari
Hemofilia Sedunia' yang jatuh pada hari ini, Selasa (17/4), World Federation of
Hemophilia (WFH) melakukan kampanye 'light up red' untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat luas mengenai penyakit hemofilia. Dengan menyalakan lampu merah di
titik-titik historis di berbagai kota, WFH berharap masyarakat luas akan
memiliki dorongan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai penyakit hemofilia.
Menurut WFH, sekitar
satu dari 10.000 orang terlahir dengan penyakit kelainan darah ini. Orang yang
menderita hemofilia memiliki kekurangan suatu protein di dalam darahnya.
Protein tersebut adalah protein yang membantu darah menggumpal dengan sempurna
ketika terluka dan berdarah.
Karena darah tidak
mampu menggumpal dengan sempurna, luka yang dimiliki penderita hemofilia akan
lebih sulit untuk sembuh. Penderita hemofilia juga dalam mengalami pendarahan
dalam secara spontan dan kerap memiliki sendi yang bengkak dan nyeri.
Dirangkum dari sejumlah
sumber, penyakit hemofilia memiliki tiga jenis, yakni hemofilia A, B dan C.
Tiap jenis hemofilia juga memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Hemofilia tidak bisa disembuhkan, namun penderita bisa melakukan perawatan
untuk mendapat kondisi tubuh yang lebih baik. Hal ini disebabkan, hemofilia
biasanya adalah kondisi yang dibawa seseorang sejak lahir, dan gejalanya dapat
dilihat sejak usia dini.
Salah satu gejala hemofilia yang paling jelas dan mudah dikenali adalah
pendarahan yang sulit berhenti ketika terluka, cabut gigi, atau
operasi. Selain mengalami pendarahan yang sulit berhenti, penderita
hemofilia juga dapat menunjukkan gejala pendarahan spontan.
Pendarahan spontan memang tidak terjadi kepada semua penderita hemofilia. Hal
ini tergantung pada seberapa parah seseorang kekurangan faktor yang membantu
darah menggumpal.
Penderita hemofilia yang hanya memiliki kekurangan sedikit faktor tersebut
mungkin hanya akan berdarah ketika mengalami trauma atau cedera pada bagian
tubuh. Sedangkan penderita hemofilia yang memiliki kekurangan faktor dalam
tingkat parah dapat mengalami pendarahan spontan tanpa alasan apapun.
Pada anak-anak yang terlahir dengan kondisi hemofilia, gejala ini biasanya
muncul ketika berusia sekitar 2 tahun.
Jika pendarahan spontan
tersebut terjadi di dalam tubuh, biasanya memar-memar besar dapat terlihat di
permukaan kulit penderita hemofilia. Memar-memar ini muncul tanpa alasan
apapun. Selain itu, pendarahan di dalam tubuh juga dapat menyebabkan otot
dan sendi yang nyeri. Jika lumayan parah, otot dan sendi dapat membengkak dan
terasa kaku.
Gejala-gejala lain juga pendarahan hidung yang terlalu sering (mimisan), darah
di urin dan feses, serta gusi yang mudah berdarah.
Pendarahan spontan yang dialami penderita hemofilia dapat terjadi di dalam maupun luar tubuh, meski mayoritas pendarahan akan terjadi di dalam tubuh, tepatnya di otot dan sendi. Pendarahan otot biasanya paling rentan terjadi di lengang, otot iliopsoas, paha, dan betis. Sedangkan sendi yang paling rentan berdarah adalah lutut, pergelangan kaki dan siku.
Pendarahan yang terjadi
berulang-ulang dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti artritis.
Oleh karena itu, seseorang yang menderita hemofilia harus rutin mendapat
perawatan dari dokter.
(asr)