Bagus Indy Rohmani (23) atau Acil berniat ingin menekuni pekerjaannya sebagai pembudidaya maggot. (Foto: Humas Pemkab Tegal) |
Sempat bekerja menjadi kuli bangunan dia
akhirnya memutuskan terjun ke budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam
(black soldier fly/BSF).
Pemuda yang biasa dipanggil Acil ini awalnya
ragu terjun di dunia budidaya pengolahan sampah makanan tersebut. Apalagi,
usaha yang dipelopori oleh pamannya, Muhammad Afifudin (45), itu masih dalam
taraf uji coba.
Namun, karena ketekunannya belajar kepada paman,
Acil akhirnya cepat memahami cara menetaskan dan membesarkan larva lalat
pengurai sampah organik ini.
Setiap dua hari sekali Acil harus keluar masuk
toko buah untuk mencari bahan makanan maggot. Dia juga keliling ke lingkungan
permukiman, pondok pesantren hingga ke tempat pembuangan sampah sementara.
Selepas menetas dari telur, rata-rata maggot
sudah bisa dipanen sampai dengan dua pekan. Hasil panen berupa larva tersebut
pun siap dijual dalam bentuk basah dan kering.
Menurutnya, maggot cenderung kurang menyukai
sampah organik dari sayur-sayuran, melainkan buah-buahan. Sisa makanan seperti
nasi dan daging juga jadi menu yang paling disukai maggot. Sehingga bisa
menjadikan maggot lebih cepat besar.
Bagus Indy Rohmani (23) atau Acil berniat ingin menekuni pekerjaannya sebagai pembudidaya maggot. (Foto: Humas Pemkab Tegal) |
“Maggot ini kurang menyukai makanan dari limbah
sayuran. Jika pun terpaksa adanya itu ya habisnya lama, malah seringnya tidak
habis. Lain dengan buah-buahan seperti pepaya, apel atau pear, itu habisnya
cepat,” kata Acil, Minggu (13/06/2021).
Acil mengungkapkan Larva basah berupa maggot
hidup ukuran besar dengan usia sekitar dua minggu dijual dengan harga Rp 8.000
per kilogram. Sedangkan maggot hidup ukuran kecil yang baru menetas dijual Rp
15.000 per kilogram.
Sementara untuk larva kering berupa maggot yang
digoreng dengan pasir panas ini tersedia dalam bentuk kemasan 75 gram yang
dijual Rp 8.000. Sedangkan yang dibuat tepung dijual Rp 8.000 per kemasan isi
50 gram.
Ruko tempat budidaya sekaligus toko penjualan
maggot milik Afifudin ini terletak di Jalan Raya Tegalandong, Desa Tegalandong,
Kecamatan Lebaksiu.
Afifudin mengatakan dari budidaya maggot ini
dirinya baru membukukan penghasilan kotor sekitar Rp 5 juta per bulan. Saat ini
ada tiga orang yang bekerja mengelola maggot miliknya dan semuanya mantan anak
punk.
“Untuk budidaya maggot ini memang diperlukan
orang-orang yang tidak sungkan bersentuhan dengan limbah rumah tangga. Dan
ketika sudah ikut merasakan dan belajar bersama beternak larva BSF, karena di
sini kami juga sama-sama belajar, lalu diberikan tanggung jawab, mereka sudah
bisa jalan sendiri. Saya tinggal mengawasi dan mengarahkan,” tutur Afif. (Inspire
Slawi)