10 Tahun Hidup di Jalanan, Anak Punk di Tegal Ini Kini Jadi Pembudidaya Maggot

10 Tahun Hidup di Jalanan, Anak Punk di Tegal Ini Kini Jadi Pembudidaya Maggot

Bagus Indy Rohmani (23) atau Acil berniat ingin menekuni pekerjaannya sebagai pembudidaya maggot. (Foto: Humas Pemkab Tegal)


Setapak rai numbei - - - SLAWI Pemuda di Kabupaten Tegal ini bisa dibilang punya perjalanan hidup yang unik dan menarik. Namanya Bagus Indy Rohmani, 23 tahun. Dia pernah menjadi anak punk dan hidup menggelandang di jalanan selama 10 tahun.

Sempat bekerja menjadi kuli bangunan dia akhirnya memutuskan terjun ke budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam (black soldier fly/BSF).


Pemuda yang biasa dipanggil Acil ini awalnya ragu terjun di dunia budidaya pengolahan sampah makanan tersebut. Apalagi, usaha yang dipelopori oleh pamannya, Muhammad Afifudin (45), itu masih dalam taraf uji coba.


Namun, karena ketekunannya belajar kepada paman, Acil akhirnya cepat memahami cara menetaskan dan membesarkan larva lalat pengurai sampah organik ini.


Setiap dua hari sekali Acil harus keluar masuk toko buah untuk mencari bahan makanan maggot. Dia juga keliling ke lingkungan permukiman, pondok pesantren hingga ke tempat pembuangan sampah sementara.


Selepas menetas dari telur, rata-rata maggot sudah bisa dipanen sampai dengan dua pekan. Hasil panen berupa larva tersebut pun siap dijual dalam bentuk basah dan kering.


Menurutnya, maggot cenderung kurang menyukai sampah organik dari sayur-sayuran, melainkan buah-buahan. Sisa makanan seperti nasi dan daging juga jadi menu yang paling disukai maggot. Sehingga bisa menjadikan maggot lebih cepat besar.

Bagus Indy Rohmani (23) atau Acil berniat ingin menekuni pekerjaannya sebagai pembudidaya maggot. (Foto: Humas Pemkab Tegal)


“Maggot ini kurang menyukai makanan dari limbah sayuran. Jika pun terpaksa adanya itu ya habisnya lama, malah seringnya tidak habis. Lain dengan buah-buahan seperti pepaya, apel atau pear, itu habisnya cepat,” kata Acil, Minggu (13/06/2021).


Acil mengungkapkan Larva basah berupa maggot hidup ukuran besar dengan usia sekitar dua minggu dijual dengan harga Rp 8.000 per kilogram. Sedangkan maggot hidup ukuran kecil yang baru menetas dijual Rp 15.000 per kilogram.


Sementara untuk larva kering berupa maggot yang digoreng dengan pasir panas ini tersedia dalam bentuk kemasan 75 gram yang dijual Rp 8.000. Sedangkan yang dibuat tepung dijual Rp 8.000 per kemasan isi 50 gram.


Ruko tempat budidaya sekaligus toko penjualan maggot milik Afifudin ini terletak di Jalan Raya Tegalandong, Desa Tegalandong, Kecamatan Lebaksiu.


Afifudin mengatakan dari budidaya maggot ini dirinya baru membukukan penghasilan kotor sekitar Rp 5 juta per bulan. Saat ini ada tiga orang yang bekerja mengelola maggot miliknya dan semuanya mantan anak punk.


“Untuk budidaya maggot ini memang diperlukan orang-orang yang tidak sungkan bersentuhan dengan limbah rumah tangga. Dan ketika sudah ikut merasakan dan belajar bersama beternak larva BSF, karena di sini kami juga sama-sama belajar, lalu diberikan tanggung jawab, mereka sudah bisa jalan sendiri. Saya tinggal mengawasi dan mengarahkan,” tutur Afif. (Inspire Slawi)

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama