Akankah Kurikulum Pendidikan Terus Berubah: Pendidikan Zaman Dulu Vs Zaman Sekarang, Mana yang Lebih "Menyenangkan"?

Akankah Kurikulum Pendidikan Terus Berubah: Pendidikan Zaman Dulu Vs Zaman Sekarang, Mana yang Lebih "Menyenangkan"?



Suara Numbei News - Indonesia telah mengganti kurikulumnya beberapa kali terhitung sejak tahun 1947, itu berarti sejak Indonesia merdeka telah bergonta-ganti kurikulum sebanyak 10 kali. Kurikulum yang pertama dibuat pada tahun 1947 yang mana dikenal dengan nama Kurikulum Rencana Pelajaran (KRP), tujuan dari kurikulum ini berfokus pada pendidikan pikiran dan pendidikan karakter sebagai WNI.

Kemudian baru diimplementasikan di sekolah – sekolah pada tahun 1950. Setelahnya yaitu Kurikulum 1964 yang mana kurikulum ini diterapkan pada tahun 1964, di kurikulum ini Pemerintah menerapkan program Pancawardhana yaitu pendidikan yang mengembangkan daya cipta, rasa karsa, dan moral.

Di tahun 1984, pemerintah mencetuskan Kurikulum 1984 di mana pendekatan yang digunakan yaitu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang mana siswa diposisikan sebagai subjek belajar, siswa melakukan pengamatan hingga membuat laporan, terlihat jelas bahwa kurikulum ini bertujuan untuk mengaktifkan partisipasi siswa di dalam proses belajar yang lebih luas lagi.

Begitulah seterusnya hingga saat ini di tahun 2024 yang mana di tahun tersebut kita menggunakan Kurikulum Merdeka, kurikulum ini pertama kali dicetuskan pada tahun 2021 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, kurikulum ini memiliki tujuan mewujudkan pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual dengan demikian pembelajaran diharapkan semakin bermanfaat dan bermakna bagi siswa.

Di dalam proses pembelajarannya Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan berdiferensiasi yaitu model pembelajaran yang berpusat kepada murid di mana guru di dalam proses kegiatan belajar dan mengajarnya menyesuaikan serta memenuhi kebutuhan belajar siswa yaitu kesiapan belajar, minat siswa dan gaya belajarnya sehingga diharapkan ketertarikan siswa akan belajar semakin meningkat.

Namun jika diamati lebih mendalam pergantian kurikulum dari kurikulum tidak mengubah makna dan esensinya, contoh yang paling mudah terlihat misalnya konsep pembelajaran student centre atau berpusat kepada murid, hal ini sudah ada sejak lampau di mana guru diharapkan untuk lebih memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif di dalam proses belajarnya sehingga peran guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator dari pada pemberi ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan akan muncul rasa ingin tahu peserta didik akan sesuatu hal.

Yang kedua yaitu penanaman nilai-nilai budi pekerti, hal ini pun bukanlah hal baru dari desain kurikulum awal yaitu pada tahun 1947 hingga sekarang, penanaman nilai-nilai budi pekerti tidak pernah lekang selalu menjadi tujuan utama dari pembuatan kurikulum nasional.

Dari paparan saya di atas sudah cukup gamblang bahwa sesungguhnya tujuan kurikulum nasional serta esensinya tidak berubah, lantas apa yang berubah dari pergantian kurikulum? Bagaimana seharusnya kurikulum itu dirancang?

Saya berpandangan bahwa tidak banyak perubahan baik dari tujuan maupun nilai-nilai luhur yang harus ditanamkan ke siswa, yang paling terlihat perubahannya justru ada pada nama,istilah yang digunakan serta pendekatan yang diterapkan, seperti contoh istilah yang terdapat di dalam Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, KI dan KD diganti dengan capaian pembelajaran, silabus diganti dengan ATP (Alur Tujuan Pembelajaran), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) diganti dengan modul ajar, penguatan pendidikan karakter diganti dengan Profil Pelajar Pancasila.

Lebih lanjut mari kita bandingkan prinsip utama dari masing-masing Kurikulum, pada kurikulum tahun 1947, tujuan dari kurikulum tersebut adalah menanamkan pendidikan pikiran dan Pendidikan karakter begitupun dengan kurikulum setelahnya yaitu pada tahun 1964, kurikulum tersebut mengembangkan daya cipta, rasa, karsa dan moral.

Kita menengok ke kurikulum lanjutan yaitu kurikulum 1968 yang mana kurikulum tersebut bertujuan untuk membentuk manusia ber-Pancasila sejati, kokoh secara jasmani, menjunjung kecerdasan dan keterampilan, bermoral, berbudi pekerti dan beragama.

Kemudian menginjak tahun 1984, pendekatan yang digunakan adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di dalam kurikulum ini memfokuskan kepada keaktifan siswa di dalam proses belajar, berdiskusi, berkolaborasi, menyampaikan hasil diskusinya sehingga keterlibatan siswa menjadi lebih dominan di mana pada akhirnya siswa memiliki keberanian untuk tampil untuk menyampaikan pendapatnya.

Terlihat jelas bahwa masing-masing memiliki tujuan yang relatif sama yaitu menanamkan nilai-nilai karakter luhur bangsa Indonesia serta memberikan peluang seluas-luasnya bagi murid untuk berpartisipasi aktif di dalam proses pembelajarannya.

***

Membahas tentang dinamika yang terjadi dalam bidang pendidikan, tentu tak akan ada habisnya. Baik di kota besar maupun di daerah pedesaan pendidikan memang senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Tentu kita mengenal ada banyak kebijakan yang diterapkan di banyak negara terkait dengan proses pendidikan yang terjadi di lapangan. Mulai dari negara maju lagi adidaya macam Amerika Serikat, Jepang, China, hingga Finlandia yang menerapkan sistem pendidikan berorientasi pada siswa dengan mengedepankan kualitas lulusan demi calon pekerja yang memiliki kompetensi istimewa. Hingga permasalahan pendidikan yang terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia salah satunya. 

Ada banyak permasalahn yang sampai saat ini belum tuntas terkait perjalanan panjang penerapan sistem pendidikan di Indonesia. Mulai dari kesejahteraan guru, pemerataan akses pemerolehan pendidikan, sarana dan prasarana yang belum memadai, keterbatasan kompetensi guru, persoalan adab, sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu dijalankan, hingga sampai permasalahan miskonsepsi kurikulum menjadi hidangan yang seakan lumrah kita konsumsi di Indonesia terkait permasalahan pendidikan. 

 

Kita yang lahir di tahun 90-an seakan masih ingat dengan anggapan bahwa pendidikan itu sangat penting, terbentuknya karakter dan terjaminya masa depan seseorang sangat bergantung pada tinggi tidaknya proses pendidikan seseorang. Maka tak jarang, kita yang termasuk dalam generasi 90-an kerap mendapatkan pendidikan baik di sekolah ataupun di rumah dengan cara yang beragam. Mulai dari yang bersifat mengayomi, lemah lembut, mengedepankan aspek agama, hingga yang cenderung kasar namun tetap dalam batas wajar. Tidak bisa berhitung dijemur depan kelas, tidak hapal disuruh berdiri di depan teman-teman di kelas, dijewer, dicubit, hingga ditampar pun seakan sudah menjadi konsumsi biasa pada saat itu. Lantas, marahkan orang tua pada zaman dulu?

Alih-alih dibela, orang tua di rumah justru berujar bahwa "Jika guru memarahimu di sekolah, berarti bukan mereka tidak sayang melainkan ada yang salah dari dirimu". Benarkah begitu? Impactnya bukan main-main ternyata, ucapan seperti itu seakan menjadi cambukkan bagi kita untuk terus memperbaiki diri, hasilnya benar. Mental seakan kian terasah, wawasan agaknya selalu dituntut untuk mau dan mandiri dalam mencari ilmu sebanyak-banyaknya, tak mudah menyerah, konsisten, dan lain sebagainya. Pro kontra memang, namun itulah yang terjadi. Lantas bagaimana dengan sistem pendidikan yang terjadi saat ini?

Pendidikan era modern tentu sangat jauh berbeda dan berkembang dari pendidikan di masa lalu. Dari segi sistem yang dijalankan, proses yang terjadi di lapangan, keikutsertaan guru dan orang tua, hingga hasil dari proses pendidikan tersebut menjadi hal yang harus diperjuangkan hingga akhir. Terjadinya proses transformasi dalam bidang pendidikan tentu bukan hanya keinginan segelintir orang, melainkan adalah cita-cita seluruh masyarakat bangsa Indonesia yang menginginkan adanya inovasi dan perubahan dalam sektor tersebut. Ibarat sebuah kapal, pendidikan dapat menjadi nahkoda yang menentukan kemana arah masa depan bangsa Indonesia di masa depan. Berikut adalah beberapa poin penting dari proses perkembangan pendidikanan zaman dulu menuju pendidikan era modern yang terjadi saat ini sebagai dasar untuk terus memajukan pendidikan di Indonesia.

1. Teknologi dalam Pendidikan:

Penggunaan teknologi, seperti komputer, internet, perangkat seluler, dan perangkat lunak pembelajaran, telah mengubah cara siswa belajar. Pembelajaran daring (online learning) dan platform pembelajaran elektronik memberikan akses ke informasi dan sumber daya pembelajaran dari seluruh dunia.

2. Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL):

Pendekatan PBL menekankan pada pengalaman belajar yang praktis dan proyek-proyek kolaboratif yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dalam konteks dunia nyata. PBL mendorong keterlibatan, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis.

3. Pembelajaran Kolaboratif:

Kerja kelompok, proyek tim, dan kolaborasi antar siswa ditekankan. Pendidikan modern mendorong kemampuan berkolaborasi dan komunikasi, yang merupakan keterampilan penting di era digital ini.

4. Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skills-Based Learning):

Selain pengetahuan akademik, pendidikan modern menekankan pengembangan keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, pemikiran kritis, kemampuan komunikasi, dan keterampilan teknologi informasi. Keterampilan ini dianggap penting untuk sukses dalam dunia kerja yang terus berubah.

5. Personalisasi Pembelajaran:

Pendidikan era modern mengakui bahwa setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda dan minat yang beragam. Oleh karena itu, pendekatan personalisasi pembelajaran (personalized learning) muncul, di mana pembelajaran dirancang sesuai dengan kebutuhan dan minat individu siswa.

 

6. Penilaian Formatif:

Penilaian dalam pendidikan modern bukan hanya tentang mengukur pengetahuan, tetapi juga kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan tersebut. Penilaian formatif, yang terjadi selama proses pembelajaran, memungkinkan guru memberikan umpan balik secara terus-menerus dan membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman mereka.

7. Pendidikan Inklusif:

Pendidikan modern mengedepankan inklusivitas, yang berarti memberikan pendidikan yang sesuai untuk semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus. Penekanan diberikan pada menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua siswa.

8. Pendidikan Global:

Pendidikan modern mengintegrasikan pemahaman tentang budaya, ekonomi, dan isu-isu global ke dalam kurikulum. Siswa didorong untuk memahami perbedaan budaya, memahami isu-isu global, dan mengembangkan sikap warga dunia yang bertanggung jawab.

Sampailah pada kesimpulan akhir bahwasannya tak ada perbedaan antara pendidikan di masa dulu maupun masa sekarang. Perubahan dan perkembangan tentu adalah keniscayaan yang harus dihadapi karena pada dasarnya "pendidikan memang harus menyesuaikan dengan zaman itu sendiri". Pendidikan era modern terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan pemahaman tentang bagaimana orang belajar secara efektif. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan siswa untuk sukses dalam masyarakat yang terus berubah dengan memberikan mereka pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan.

#SalamLiterasi




 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama