Kemudian baru
diimplementasikan di sekolah – sekolah pada tahun 1950. Setelahnya yaitu
Kurikulum 1964 yang mana kurikulum ini diterapkan pada tahun 1964, di kurikulum
ini Pemerintah menerapkan program Pancawardhana yaitu pendidikan yang
mengembangkan daya cipta, rasa karsa, dan moral.
Di tahun 1984,
pemerintah mencetuskan Kurikulum 1984 di mana pendekatan yang digunakan yaitu
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang mana siswa diposisikan sebagai subjek
belajar, siswa melakukan pengamatan hingga membuat laporan, terlihat jelas
bahwa kurikulum ini bertujuan untuk mengaktifkan partisipasi siswa di dalam
proses belajar yang lebih luas lagi.
Begitulah seterusnya
hingga saat ini di tahun 2024 yang mana di tahun tersebut kita menggunakan
Kurikulum Merdeka, kurikulum ini pertama kali dicetuskan pada tahun 2021 oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, kurikulum ini
memiliki tujuan mewujudkan pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual
dengan demikian pembelajaran diharapkan semakin bermanfaat dan bermakna bagi
siswa.
Di dalam proses
pembelajarannya Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan berdiferensiasi yaitu
model pembelajaran yang berpusat kepada murid di mana guru di dalam proses
kegiatan belajar dan mengajarnya menyesuaikan serta memenuhi kebutuhan belajar
siswa yaitu kesiapan belajar, minat siswa dan gaya belajarnya sehingga
diharapkan ketertarikan siswa akan belajar semakin meningkat.
Namun jika diamati
lebih mendalam pergantian kurikulum dari kurikulum tidak mengubah makna dan
esensinya, contoh yang paling mudah terlihat misalnya konsep pembelajaran student
centre atau berpusat kepada murid, hal ini sudah ada sejak lampau di mana guru
diharapkan untuk lebih memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi aktif di dalam proses belajarnya sehingga peran guru lebih
memposisikan dirinya sebagai fasilitator dari pada pemberi ilmu pengetahuan,
sehingga diharapkan akan muncul rasa ingin tahu peserta didik akan sesuatu hal.
Yang kedua yaitu
penanaman nilai-nilai budi pekerti, hal ini pun bukanlah hal baru dari desain
kurikulum awal yaitu pada tahun 1947 hingga sekarang, penanaman nilai-nilai
budi pekerti tidak pernah lekang selalu menjadi tujuan utama dari pembuatan
kurikulum nasional.
Dari paparan saya di
atas sudah cukup gamblang bahwa sesungguhnya tujuan kurikulum nasional serta
esensinya tidak berubah, lantas apa yang berubah dari pergantian kurikulum?
Bagaimana seharusnya kurikulum itu dirancang?
Saya berpandangan bahwa
tidak banyak perubahan baik dari tujuan maupun nilai-nilai luhur yang harus
ditanamkan ke siswa, yang paling terlihat perubahannya justru ada pada
nama,istilah yang digunakan serta pendekatan yang diterapkan, seperti contoh
istilah yang terdapat di dalam Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, KI dan KD
diganti dengan capaian pembelajaran, silabus diganti dengan ATP (Alur Tujuan
Pembelajaran), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) diganti dengan modul
ajar, penguatan pendidikan karakter diganti dengan Profil Pelajar Pancasila.
Lebih lanjut mari kita
bandingkan prinsip utama dari masing-masing Kurikulum, pada kurikulum tahun
1947, tujuan dari kurikulum tersebut adalah menanamkan pendidikan pikiran dan
Pendidikan karakter begitupun dengan kurikulum setelahnya yaitu pada tahun
1964, kurikulum tersebut mengembangkan daya cipta, rasa, karsa dan moral.
Kita menengok ke
kurikulum lanjutan yaitu kurikulum 1968 yang mana kurikulum tersebut bertujuan
untuk membentuk manusia ber-Pancasila sejati, kokoh secara jasmani, menjunjung
kecerdasan dan keterampilan, bermoral, berbudi pekerti dan beragama.
Kemudian menginjak
tahun 1984, pendekatan yang digunakan adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di
dalam kurikulum ini memfokuskan kepada keaktifan siswa di dalam proses belajar,
berdiskusi, berkolaborasi, menyampaikan hasil diskusinya sehingga keterlibatan
siswa menjadi lebih dominan di mana pada akhirnya siswa memiliki keberanian
untuk tampil untuk menyampaikan pendapatnya.
Terlihat jelas bahwa
masing-masing memiliki tujuan yang relatif sama yaitu menanamkan nilai-nilai
karakter luhur bangsa Indonesia serta memberikan peluang seluas-luasnya bagi
murid untuk berpartisipasi aktif di dalam proses pembelajarannya.
***
Membahas tentang
dinamika yang terjadi dalam bidang pendidikan, tentu tak akan ada habisnya.
Baik di kota besar maupun di daerah pedesaan pendidikan memang senantiasa
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Tentu kita mengenal ada banyak
kebijakan yang diterapkan di banyak negara terkait dengan proses pendidikan
yang terjadi di lapangan. Mulai dari negara maju lagi adidaya macam Amerika
Serikat, Jepang, China, hingga Finlandia yang menerapkan sistem pendidikan
berorientasi pada siswa dengan mengedepankan kualitas lulusan demi calon
pekerja yang memiliki kompetensi istimewa. Hingga permasalahan pendidikan yang
terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia salah satunya.
Ada banyak permasalahn
yang sampai saat ini belum tuntas terkait perjalanan panjang penerapan sistem
pendidikan di Indonesia. Mulai dari kesejahteraan guru, pemerataan akses
pemerolehan pendidikan, sarana dan prasarana yang belum memadai, keterbatasan
kompetensi guru, persoalan adab, sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu
dijalankan, hingga sampai permasalahan miskonsepsi kurikulum menjadi hidangan
yang seakan lumrah kita konsumsi di Indonesia terkait permasalahan
pendidikan.
Kita yang lahir di
tahun 90-an seakan masih ingat dengan anggapan bahwa pendidikan itu sangat
penting, terbentuknya karakter dan terjaminya masa depan seseorang sangat
bergantung pada tinggi tidaknya proses pendidikan seseorang. Maka tak jarang,
kita yang termasuk dalam generasi 90-an kerap mendapatkan pendidikan baik di
sekolah ataupun di rumah dengan cara yang beragam. Mulai dari yang bersifat
mengayomi, lemah lembut, mengedepankan aspek agama, hingga yang cenderung kasar
namun tetap dalam batas wajar. Tidak bisa berhitung dijemur depan kelas, tidak
hapal disuruh berdiri di depan teman-teman di kelas, dijewer, dicubit, hingga
ditampar pun seakan sudah menjadi konsumsi biasa pada saat itu. Lantas,
marahkan orang tua pada zaman dulu?
Alih-alih dibela, orang
tua di rumah justru berujar bahwa "Jika guru memarahimu di sekolah,
berarti bukan mereka tidak sayang melainkan ada yang salah dari dirimu".
Benarkah begitu? Impactnya bukan main-main ternyata, ucapan seperti itu seakan
menjadi cambukkan bagi kita untuk terus memperbaiki diri, hasilnya benar.
Mental seakan kian terasah, wawasan agaknya selalu dituntut untuk mau dan
mandiri dalam mencari ilmu sebanyak-banyaknya, tak mudah menyerah, konsisten,
dan lain sebagainya. Pro kontra memang, namun itulah yang terjadi. Lantas
bagaimana dengan sistem pendidikan yang terjadi saat ini?
Pendidikan era modern
tentu sangat jauh berbeda dan berkembang dari pendidikan di masa lalu. Dari
segi sistem yang dijalankan, proses yang terjadi di lapangan, keikutsertaan
guru dan orang tua, hingga hasil dari proses pendidikan tersebut menjadi hal
yang harus diperjuangkan hingga akhir. Terjadinya proses transformasi dalam
bidang pendidikan tentu bukan hanya keinginan segelintir orang, melainkan
adalah cita-cita seluruh masyarakat bangsa Indonesia yang menginginkan adanya
inovasi dan perubahan dalam sektor tersebut. Ibarat sebuah kapal, pendidikan
dapat menjadi nahkoda yang menentukan kemana arah masa depan bangsa Indonesia
di masa depan. Berikut adalah beberapa poin penting dari proses perkembangan
pendidikanan zaman dulu menuju pendidikan era modern yang terjadi saat ini
sebagai dasar untuk terus memajukan pendidikan di Indonesia.
1. Teknologi dalam Pendidikan:
Penggunaan teknologi,
seperti komputer, internet, perangkat seluler, dan perangkat lunak
pembelajaran, telah mengubah cara siswa belajar. Pembelajaran daring (online
learning) dan platform pembelajaran elektronik memberikan akses ke informasi
dan sumber daya pembelajaran dari seluruh dunia.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL):
Pendekatan PBL
menekankan pada pengalaman belajar yang praktis dan proyek-proyek kolaboratif
yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dalam konteks dunia nyata. PBL
mendorong keterlibatan, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis.
3. Pembelajaran Kolaboratif:
Kerja kelompok, proyek
tim, dan kolaborasi antar siswa ditekankan. Pendidikan modern mendorong
kemampuan berkolaborasi dan komunikasi, yang merupakan keterampilan penting di
era digital ini.
4. Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skills-Based
Learning):
Selain pengetahuan
akademik, pendidikan modern menekankan pengembangan keterampilan seperti
pemecahan masalah, kreativitas, pemikiran kritis, kemampuan komunikasi, dan keterampilan
teknologi informasi. Keterampilan ini dianggap penting untuk sukses dalam dunia
kerja yang terus berubah.
5. Personalisasi Pembelajaran:
Pendidikan era modern
mengakui bahwa setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda dan minat
yang beragam. Oleh karena itu, pendekatan personalisasi pembelajaran
(personalized learning) muncul, di mana pembelajaran dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan minat individu siswa.
6. Penilaian Formatif:
Penilaian dalam
pendidikan modern bukan hanya tentang mengukur pengetahuan, tetapi juga
kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan tersebut. Penilaian formatif, yang
terjadi selama proses pembelajaran, memungkinkan guru memberikan umpan balik
secara terus-menerus dan membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman mereka.
7. Pendidikan Inklusif:
Pendidikan modern
mengedepankan inklusivitas, yang berarti memberikan pendidikan yang sesuai
untuk semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus. Penekanan diberikan
pada menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua siswa.
8. Pendidikan Global:
Pendidikan modern
mengintegrasikan pemahaman tentang budaya, ekonomi, dan isu-isu global ke dalam
kurikulum. Siswa didorong untuk memahami perbedaan budaya, memahami isu-isu
global, dan mengembangkan sikap warga dunia yang bertanggung jawab.
Sampailah pada
kesimpulan akhir bahwasannya tak ada perbedaan antara pendidikan di masa dulu
maupun masa sekarang. Perubahan dan perkembangan tentu adalah keniscayaan yang
harus dihadapi karena pada dasarnya "pendidikan memang harus menyesuaikan
dengan zaman itu sendiri". Pendidikan era modern terus berkembang seiring
dengan kemajuan teknologi dan pemahaman tentang bagaimana orang belajar secara
efektif. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan siswa untuk sukses dalam
masyarakat yang terus berubah dengan memberikan mereka pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan.
#SalamLiterasi