Desa Membangun, Memanusiakan Manusia (Desa dari Sudut Filsafat)

Desa Membangun, Memanusiakan Manusia (Desa dari Sudut Filsafat)

Pertandingan Bola Kaki antar dusun di wilayah Desa Kateri, Kabupaten Malaka, NTT dalam rangka memeriahkan HUT kemerdekaan RI yang ke 77


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) , pendekatan hubungan negara dan desa mengalami perubahan. Arus utama pengakuan negara atas desa (rekognisi), juga peningkatan kualitas hidup masyarakat desa menjadi asas subsidiaritas. Keduanya merupakan interpretasi atas pasal 18A dan 18B UUD 1945. Sesungguhnya semangat yang diusung oleh filosofi itu adalah pembangunan berbasis prakarsa desa (village development initiative), kemudian oleh gerakan desa menyambutnya dengan semangat “desa membangun”.

Desa itu tempat, kesatuan kelompok, suku, budaya, ekonomi, politik, agama. Desa lain dari kelurahan. Desa itu orangnya saling kenal, akrab, hidup saling tolong menolong. Desa dipertentangkan dengan kota. Desa dianggap kolot, kota dianggap modern. Suasana desa itu sepi, tidak hiruk pikuk, susah sama susah, senang sama senang. 

Ada pesta, tidak ada undangan. Dari mulut ke mulut, langsung orang berdatangan, tidak ada tamu, semua merasakan sebagai tuan rumah. Saat makan, semua makan, sama-sama, tidak ada perbedaan. Wilayah desa sama luas dengan kebun-kebun orang desa itu. Batas kebun sampai di mana, batas desa sampai ke situ. 

Penduduk desa bertambah, hanya oleh kelahiran. Jarang ada pertambahan penduduk karena perpindahan. Kalau ada orang baru yang datang, pasti dia ada hubungan keluarga dengan warga desa, dan kalau mau menetap, harus ada kaitan dengan warga desa, tidak mungkin ada orang baru tetap baru dan terasing dari kekerabatan desa. Di desa semua orang sedesa itu bersatu dalam mencari nafkah, bertani dan beternak, mendirikan rumah. 

Inilah aspek NAFSU dari desa sebagai himpunan manusia-manusia yang tidak sekedar tinggal, tapi merasa senasib sepenanggungan. Kearifan lokal di desa itu merupakan NALAR desa yang terkadang membeku dan bertahan sulit menerima perkembangan. NALURI orang-orang desa itu halus, langsung merasakan susah dengan yang susah, senang dengan yang senang. 

NURANI orang desa itu langsung tergerak melawan kejahatan, mengucil pengacau, mengutamakan ketenteraman, keadilan dan  kedamaian. Empat faktor kepribadian manusia secara pribadi menyatu menjadi satu pribadi besar, namanya 'orang desa' dengan ciri khas masing-masing desa. Kekhasan desa ini berakar pada unsur NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI (4N) yang terpancar dalam hidup sehari-hari atas dasar kedekatan fisik (NAFSU), kesamaan kesepakatan (NALAR), keterkaitan darah (NALURI) dan kedalaman iman (NURANI). (4N, Kwadran Bele, 2011). Sulit sekali orang desa meninggalkan desanya. Biar merantau bertahun-tahun tetap ada kerinduan pulang ke desa. 

Desa bukan hanya kesatuan wilayah, tetapi kekhasan wajah. Di desa ada hati manusia. Desa bertahan hidup bukan karena kolot, tetapi karena 4N itu terpateri  dengan tanah, kebun, sumur dan sungai yang ada di desa. Orang desa hidup dan mati di desa itu. Tidak heran kalau seorang yang mengungsi ke kota, meninggalkan wasiat untuk jenazahnya dibawa kembali ke desa dan jasadnya tetap menyatu dengan tanah desanya. Desa itu suci. Tidak rela dinodai dengan dosa egoisme kota. Keangkuhan manusia modern diharamkan di desa. Desa itu murni. Kalau ada warga yang suka putar balik, langsung diketahui dan terkucil dari pergaulan. Mengapa dunia ini tidak jadi satu desa besar?



Membaca dan menyimak Buku  Pembangunan dan Pembaharuan Desa Ekstrapolasi 2017 merupakan hasil refleksi kritis dan proyeksi (ekstrapolasi) atas praktek pembangunan dan pembaharuan desa setelah UU Desa di tetapkan. Mendokumentasikan pengamatan atas berbagai interaksi para aktor dipelbagai institusi formal. Walau di tulis oleh Fadilah Putra dan kawan-kawannya merupakan Tenaga Ahli (TA) di lingkungan Kementerian Desa, secara substantif memberikan catatan kritis dan proyeksi mengenai desa secara terus terang dan berbasis data yang cukup kuat.

Tema yang terekam dalam buku yang terdiri dari IX Bab tidak hanya mengenai soal yang normatif, juga dituliskan hal-hal empiris yang sedang terjadi di desa. Penulis memulai dari membaca desa, soal kesejahteraan sosial , ekonomi desa, tata kelola desa, infrastruktur , daya dukung lingkungan, inklusivitas dan kesetaraan gender. Dalam beberapa pembahasan juga menyinggung soal reforma agraria. Selama ini kita banyak disuguhkan dengan informasi seputaran Dana Desa (DD), pembangunan infrastruktur di desa dan saling rebut kuasa kelola intra dan antar struktur birokrasi dalam dua tahun pelaksanaan UU Desa. Paparan yang lebih mendalam dan meluas mengenai tantangan pembangunan desa sekarang dan akan datang dengan kenyataan-kenyataan yang ada, buku ini berusaha menyampaikan kepada kita.

Penulis saat membaca desa mempertimbangkan bahwa modernisasi, kapitalisme dan industrialisasi telah mengubah perwajahan banyak desa menjadi kawasan urban. Basis sosial-ekonomi masyarakat di desa-desa yang demikian bergeser dari rural-agraris menjadi urban-industrialis. Jadi tidak semua desa (village) adalah kawasan perdesaan (rural).  Dengan demikian perlu cermat pendekatan perihal memajukan kesejahteraan sosial, pembangunan infrastruktur dan strategi pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam  di desa. Tentu prinsip dasar dalam tata kelola desa yang demokratis yang didukung oleh system informasi desa serta peran aktif masyarakat desa. Hal ini di perkuat dengan desa yang inklusif dan berkeadilan gender dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan dan pembangunan desa.

Konsep dasar mengenai Tri Matra Pembangunan Desa menjadi landasan bagi para penulis untuk membaca desa dari ragam sisinya. Tri Matra yang dimaksud adalah penguatan Kapabilitas-kapasitas, Ekonomi dan Budaya masyarakat desa. Tak berhenti pada ekonomi, namun juga merangsek masuk ke wilayah budaya masyarakat desa. Keragaman konteks terbentang panjang dalam 74. 754 desa di nusantara. Untuk itu perlu harmoni dan komprehensivitas dalam desa membangun dan membangun desa. Aspek sosial, lingkungan, budaya dan ekonomi dibangun secara seimbang. Pembangunan infrastruktur fisik, usaha ekonomi (salah satunya BUMDes) dan sosial budaya dikerjakan serentak.

Ada beberapa catatan atas buku ini, walaupun pendekatannya adalah Tri Matra Pembangunan Desa pembaca kesulitan untuk merangkai beberapa istilah dalam tri matra yang dimaksud; misalnya Jamu Desa, Bumi Desa yang muncul di bagian proyeksi dan preskripsi. Sepertinya perlu ada penjelasan dalam bagian buku ini menjelaskan konsep Tri Matra tersebut. Walaupun semenjak awal buku ini ditujukan untuk pengambil kebijakan, yang kami rasa juga untuk pemerintah desa, banyak istilah-istilah dalam buku ini yang sulit dimamah dan perlu sedikit kernyit dahi untuk memahaminya. Bahkan semenjak dari judulnya dengan istilah ekstrapolasi. Demikian juga mengenai data yang tersaji dalam bentuk tabel, gambar, grafik terlalu kecil huruf, angka dan penyajiannya. Beberapa juga perlu ditampilkan berwarna untuk memudahkan pembacaan data-data yang disajikan. Karena ini adalah reflektif dan proyeksi ke depan, sampul buku terlalu muram. Kita mengharapkan optimisme dan kewaspadaan akan masa depan sejak awal dalam tampilan buku.

Akhirnya buku ini sangat bermanfaat tak hanya bagi pengambil kebijakan, namun juga bagi semua, siapa saja yang mendalami proses pelaksanaan UU Desa dalam segala sejarah singkatnya, proses pelaksanaannya, konseptual, dinamika dan harapannya. Sebagai penutup kita kutip pernyataan para penulis pada halaman 137 di paragraph akhir, yaitu  “Desa adalah pusat peradaban, tempat manusia menjadi sesungguhnya manusia. Maka pasti tidak akan sulit bagi desa untuk memanusiakan manusia”. Selamat membaca.

***

Harekain, 08 September 2022

Penimba Inspirasi Jalan  Setapak




Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama