Suster Jeannette
menghembuskan nafas terkahir di Rumah Sakit Gunung Maria, Tomohon.
Perayaan Ekaristi bagi
keselamatan jiwanya diadakan di Kapel RS Gunung Maria Tomohon, Kamis, pukul
19.00 Wita. Misa pemakaman pada Jumat, 28 Oktober 2022, pukul 15.00 Wita.
Sosok Suster Jeannette Tumuju JMJ
Panggilan Suster
Jeannette Tumuju JMJ boleh dikatakan tidak mulus. Betapa tidak? Tahun 1988 dia
bergabung dengan Societas JMJ.
Setelah 10 tahun hidup
sebagai seorang religius, dia mengalami pergulatan batin yang hebat. “Rasanya,
jalan keluarnya hanya meninggalkan biara,” katanya dalam sebuah testimoni.
Dia akhirnya
mengundurkan diri, meninggalkan JMJ yang dia akui sudah membekalinya dengan
nilai-nilai hidup.
Setelah meninggalkan
biara, dia melanjutkan kuliah di Seminari Pineleng karena dia belum
menyelesaikan studinya di Seminari Tinggi Kentungan-Yogyakarta.
Setelah tamat,
Jeannette bekerja sebagai guru honor. Dan ketika ada kesempatan untuk menjadi
PNS, dia melamar dan diterima dengan penempatan di salah satu Sekolah Negeri di
Kepulauan Sangihe Talaud. Setahun kemudian dia dipindahkan di SMA Negeri I
Manado.
Sedikit waktunya dia
gunakan bekerja di Kantor Departemen Agama Kota Manado, sambil mengajar di SMA
Rex Mundi Manado (sekolah milik JMJ) dan Postulat JMJ.
Dalam masa
“petualangan” itu, batinnya selalu terusik ketika melihat suster-suster JMJ.
Dia lalu mencoba
menguji hatinya dengan berkenalan dengan kongregasi lain, tetapi hatinya tetap
di JMJ.
Dengan keberanian
ekstra, dia lalu menulis surat kepada Pemimpin Umum di Belanda dengan harapan
diberikan kesempatan kedua untuk mengabdikan hidup di JMJ.
“Puji Tuhan, saya
diterima. Tahun 2008 saya diterima kembali di postulat. Dua minggu langsung
terima busana biara, kemudian menjalani masa novisiat 2 tahun, kaul sementara 3
tahun kemudian dan mengikrarkan kaul kekal pada tahun 2013,” akunya.
Pada tahun yang sama,
teman-teman angkatannya ketika dia pertama kali masuk biara merayakan Pesta
Perak sebagai suster JMJ.
Dalam refleksinya, dia
katakan, “Melaksanakan kehendak Bapa menjadi semangat P. Wolff yang diwariskan
kepada Suster-Suster JMJ, termasuk saya.”
Sabda Tuhan kepada
Yeremia jelasnya, meneguhkan hal ini. Kata Yeremia, “Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan, apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.
Sebagai manusia
terbatas, Suster Jeannette mengakui berusaha menemukan kehendak Allah dalam
hidupnya.
Kehendak Allah katanya,
muncul dalam peristiwa dan suara-suara batin yang kuat menggugat kemapanan.
“Pada akhirnya, kehendak Allah adalah damai sejahtera. Saya baru memahami
mengapa Pater Wolff meminta suster-suster JMJ untuk melaksanakan kehendak
Allah,” katanya seperti dilansir csjmj.org.
Akunya, mengikuti
kehendak sendiri membuat kita berpetualang terlalu jauh dari ruang batin yang
adalah Bait Roh Kudus Allah. “Pada akhirnya kembali juga pada rancangan Allah
dari semula. Tetap SJMJ!”
Sampai akhir hayatnya
(27 Oktober 2022), Suster Jeanette tetap sebagai ASN yang ceria dengan pakaian
biara dan dengan pelayanan-pelayanan yang khas.
Selamat pulang, Suster
Jeannette! Requiescat in Pace. (Tempusdei)