Dibanding dengan
rentang hidup manusia saat ini, yang rata-rata hidup maksimal 80-an tahun
dianggap jauh leih pendek dengan manusia di zaman Perjanjian Lama yang bisa
mencapai ratusan tahun lamanya.
Seperti kita ketahui,
Adam hidup sampai usia 930 tahun, putranya Set hidup sampai 912 tahun, kemudian
putra Set bernama Lamech hidup selama 777 tahun, kemudian putranya Nuh hidup
sampai 950 tahun. Lalu setelah air bah, putra Nuh Sem hidup 600 tahun, lalu
putranya 438 tahun, Shelah 433 tahun, kemudian Peleg 239 tahun dan Terah ayah
Abraham 148 tahun.
Kemudian Abraham hidup
selama 175 tahun, Ishak 180 tahun, Yakub 147 tahun. Setelah melalui beberapa
generasi, muncul Daud yang meninggal di usia 70 tahun, Salomo di usia 80 tahun
dan hingga saat ini usia rata-rata manusia hanya berkisar 70-80 tahun saja.
Ada pola yang sama di
dalam rentang hidup dari generasi ke generasi. Jika kita menyadarinya, setiap
generasi hidup dengan rentang usia yang lebih pendek.
Misteri Dibalik Umur Panjang
Alkitab tidak mencatat
alasan mengapa Tuhan menetapkan orang-orang pertama di Perjanjian Lama akan
memiliki umur panjang, tetapi jika kita renungkan kembali isi Alkitab secara
keseluruhan misteri ini mungkin bisa terungkap.
Kita bisa mendapat
petunjuk, dimana kita tahu bahwa melalui Kejadian 1-3 dan Roma 5: 12-14, Tuhan tampaknya tidak merancang kematian
sebagai bagian dari dunia yang sempurna sebelum dosa berkuasa.
Lalu muncul kesimpulan
bahwa kematian menjadi kosekuensi yang muncul akibat dari hukuman atas
ketidaktaatan (Kejadian 2: 17).
Sejak peristiwa air
bah, kita bisa melihat bahwa rentang hidup manusia sebelum (Kejadian 5: 1-32) dan sesudah air bah (Kejadian 11: 10-32) semakin menurun drastis.
Kita bisa membaca dari Kejadian 6: 3, “Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan
selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging,
tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.””
Banyak orang yang
memakai ayat ini sebagai rujukan bahwa 120 tahun sebagai batas baru yang
ditetapkan secara ilahi atas usia manusia. Ada gagasan yang menyimpulkan bahwa
umur manusia yang semakin pendek mungkin terjadi karena kode genetik manusia
yang cacat. Adam dan Hawa diciptakan dengan sempurna.
Mereka pasti sangat
tahan terhadap sakit penyakit. Keturunan pertama mereka tentu saja akan
mewarisi kode genetik unggul ini, meskipun tidak sepenuhnya sama. Dan seiring
waktu, dosa pun masuk dan kode genetik manusia menjadi semakin rusak, dan
manusia menjadi semaki rentan terhadap kematian dan penyakit. Hal ini dianggap
sebagai penyebab logis dari penyusutan umur manusia hingga di zaman ini.
Benarkah Dosa Memperpendek Umur Manusia?
Perilaku manusia dan
gaya hidup yang semakin berkembang, juga dianggap sebagai penyebab dari
penyusutan usia manusia. Perilaku buruk seperti makan makanan yang dioleh
dengan zat kimia dan gaya hidup yang serba instan menyebabkan beragam penyakit
kronis dan berujung pada kematian.
Jadi selain karena dosa
turunan, gaya hidup manusia yang semakin berkembang hingga saat ini berperan
besar mempersingkat umur manusia. Namun perlu digarisbawahi bahwa gaya hidup
ini muncul akibat keinginan daging manusia, baik karena kerakusan, kemalasan
dan kelemahan manusia.
Bagaimana Seharusnya Manusia Memperpanjang Hidup?
Salah satu cara
sederhana yang bisa kita lakukan di zaman ini untuk memiliki rentang usia yang
lebih panjang adalah dengan mengubah pola makan dan gaya hidup. Mengatur makan
yang seimbang, tidak merokok, tidak minum alkohol berlebihan, menghindari
narkoba, minum minuman sehat dan berenergi serta berolahraga bisa jadi langkah
terbaik untuk hidup sehat.
Istirahat yang cukup
juga menjadi hal yang sangat penting. Karena Tuhan sendiri menyediakan satu
dari tujuh hari sebagai waktu peristirahatan bagi kita.
“Jadi masih tersedia
suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.” (Ibrani 4: 9)
Namun hal terbaik yang
bisa kita lakukan untuk memperoleh umur panjang adalah hidup di dalam Kristus.
Karena Dia adalah jaminan kehidupan kekal (Yohanes 3: 16). Artinya, kita akan hidup selamanya. Kita
bahkan tidak lagi pernah merasa lelah, tidak perlu tidur dan akan selalu merasa
bahagia selamanya.
Bagian terbaiknya
adalah bahwa anugerah dari Tuhan ini gratis. Dia memberikan kita hidup
kekal dengan cara yang cuma-cuma. Jika Anda percaya kepada anak Allah, Anda
tidak akan pernah mati.
Mitos atau Catatan yang Dapat Dipercayai?
Menurut sebuah dokumen
yang diterbitkan oleh Max Planck Institute for Demographic Research di Jerman,
para periset membuktikan kebenaran usia Madam Calment, yang disebutkan
sebelumnya, dengan mengumpulkan beberapa ’pernyataannya sendiri yang
sederhana dan dapat diverifikasi’. Hal tersebut berkaitan dengan dirinya atau
para kerabatnya pada beberapa peristiwa tertentu. Kemudian, apa yang ia katakan
dibandingkan dengan arsip nasional, arsip dari notaris dan gereja, maupun
artikel-artikel surat kabar dan sensus penduduk. Menarik bahwa meskipun setiap
perincian mustahil dikonfirmasikan, usianya dapat diteguhkan melalui bukti
langsung dan tak langsung yang ada.
Bagaimana dengan
kisah-kisah dalam Alkitab? Apakah itu telah terbukti dapat dipercaya? Tentu
saja! Walaupun tidak semua perincian diteguhkan oleh sumber-sumber sekuler yang
ada, bukti berulang kali menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan dalam Alkitab
dapat dipercaya dari sudut sejarah, sains, dan kronologi.a Hal itu
seharusnya tidak mengherankan, sebab Alkitab sendiri mengatakan, ”Allah selalu
benar, walaupun setiap orang berbohong.” (Roma 3:4, Bahasa
Indonesia Masa Kini) Ya, sebagai buku yang ”diilhamkan Allah”, Alkitab tidak
memuat fiksi.—2 Timotius
3:16.
Musa, yang dibimbing
oleh Allah Yehuwa untuk menulis Pentateukh, atau kelima buku pertama Alkitab, pastilah
termasuk di antara para tokoh yang paling berpengaruh dan direspek dalam
sejarah manusia. Orang Yahudi menganggapnya sebagai yang terbesar di antara
semua guru mereka. Kaum Muslim memandangnya sebagai salah seorang nabi terbesar
mereka. Mengenai orang Kristen, Musa adalah pembuka jalan bagi Yesus Kristus.
Apakah masuk akal untuk menyimpulkan bahwa tulisan tokoh sejarah yang begitu
penting itu tidak dapat dipercaya?
Apakah Cara Menghitung Waktunya Berbeda?
Ada yang berasumsi
bahwa pada zaman itu cara menghitung waktunya berbeda, dan bahwa apa yang
disebut satu tahun sebenarnya adalah satu bulan. Namun, sebuah analisis atas
kisah Kejadian membuat jelas bahwa orang-orang pada zaman itu mempunyai konsep
yang sama tentang waktu seperti halnya kita sekarang. Perhatikan dua contoh.
Dalam kisah tentang Air Bah, kita membaca bahwa Banjir Besar itu mulai terjadi
ketika Nuh berusia 600 tahun, ”pada bulan kedua, pada hari ketujuh belas bulan
itu”. Selanjutnya, dikatakan bahwa air meliputi bumi selama 150 hari dan bahwa
”pada bulan ketujuh, pada hari ketujuh belas dari bulan itu, bahtera tersebut
terhenti di atas Pegunungan Ararat”. (Kejadian 7:11, 24; 8:4) Jadi,
suatu periode lima bulan—dari hari ke-17 pada bulan kedua hingga hari ke-17
pada bulan ketujuh tahun itu—disebutkan sama dengan 150 hari. Jelaslah,
pernyataan bahwa satu tahun sebenarnya adalah satu bulan sama sekali tidak
berdasar.
Kini, perhatikan contoh
kedua. Menurut Kejadian
5:15-18, Mahalalel memperanakkan seorang putra pada usia 65 tahun, lalu
hidup selama 830 tahun lagi, dan meninggal pada usia 895 tahun.
Cucunya, Henokh, juga memperanakkan putra ketika berusia 65 tahun. (Kejadian 5:21)
Jika satu tahun benar-benar satu bulan, kedua pria itu menjadi orang tua ketika
mereka baru berusia lima tahun! Apakah itu masuk akal?
Arkeologi juga
memberikan bukti karena sependapat dengan pernyataan Alkitab tentang
orang-orang yang berumur panjang itu. Mengenai patriark Abraham, Alkitab
mengatakan bahwa ia berasal dari kota Ur, bahwa ia kemudian tinggal di kota
Haran, lalu di wilayah Kanaan, dan bahwa ia berperang dan mengalahkan
Khedorlaomer, raja Elam. (Kejadian 11:31; 12:5; 14:13-17)
Berbagai temuan meneguhkan keberadaan tempat-tempat dan orang-orang ini.
Arkeologi juga membantu kita lebih memahami beberapa ciri geografis negeri itu
dan kebiasaan orang yang disebutkan berkaitan dengan Abraham. Karena
pernyataan-pernyataan Alkitab tentang Abraham ini akurat, mengapa usianya yang
175 tahun itu perlu dipertanyakan?—Kejadian 25:7.
Maka, tidak ada alasan
untuk meragukan pernyataan Alkitab tentang usia beberapa orang yang luar biasa
panjang pada zaman dahulu. Namun, boleh jadi Anda bertanya pada diri sendiri,
’Mengapa saya harus mempersoalkan apakah orang-orang itu berumur begitu panjang
atau tidak?’
Anda Dapat Hidup Lebih Lama daripada yang Anda Kira!
Umur yang luar biasa
panjang dari orang-orang yang hidup sebelum Air Bah membuktikan bahwa tubuh
manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk hidup lama. Berkat teknologi
modern, para ilmuwan dapat meneliti tubuh manusia dan rancangannya yang
menakjubkan, termasuk kemampuannya yang mengherankan untuk meregenerasi dan
menyembuhkan diri. Kesimpulan mereka? Tubuh kita mampu hidup sampai waktu yang
tak tertentu. ”[Penuaan],” kata Profesor di Bidang Kedokteran Tom Kirkwood,
”tetap merupakan salah satu misteri besar dalam ilmu kedokteran.”
Tetapi, bagi Allah
Yehuwa, penuaan bukan misteri ataupun problem tanpa solusi. Ia menciptakan manusia
pertama, Adam, sempurna dan menetapkan agar manusia hidup selama-lamanya.
Sayang sekali, Adam memutuskan untuk berpaling dari Allah. Akibatnya, ia jatuh
ke dalam dosa dan menjadi tidak sempurna. Inilah penjelasan yang dicari para
ilmuwan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang dan kematian, melalui
dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua
telah berbuat dosa.” (Roma 5:12) Karena
dosa dan ketidaksempurnaanlah kita menjadi sakit, tua, dan mati.
Namun, maksud-tujuan
Pencipta kita yang pengasih tidak pernah berubah. Sebagai bukti penting tentang
hal itu, Ia menyediakan korban tebusan, yaitu Putra-Nya, Yesus Kristus, yang
membuka jalan menuju kesempurnaan dan kehidupan abadi. Alkitab menyatakan, ”Sebagaimana
semua manusia mati sehubungan dengan Adam, demikian juga semua manusia akan
dihidupkan sehubungan dengan Kristus.” (1 Korintus
15:22) Orang-orang sebelum Air Bah lebih dekat ke kesempurnaan daripada
kita, itulah sebabnya mereka hidup lebih lama—jauh lebih lama—daripada kita
sekarang. Tetapi, kini kita lebih dekat ke masa ketika janji Allah akan
dipenuhi. Tidak lama lagi, semua dosa dan ketidaksempurnaan akan lenyap tanpa
bekas, dan orang-orang tidak perlu mengalami degenerasi dan kematian.—Yesaya 33:24; Titus 1:2.
Bagaimana Anda dapat
memperoleh berkat seperti itu? Jangan anggap bahwa apa yang Allah janjikan
hanya mimpi. Yesus berkata, ”Ia yang mendengar perkataanku dan percaya
kepada dia yang mengutus aku memiliki kehidupan abadi.” (Yohanes 5:24)
Maka, dapatkanlah pengetahuan Alkitab dan terapkan itu. Dengan demikian, Anda
akan mengikuti teladan orang-orang yang menurut rasul Paulus ”menimbun harta
dengan cara yang aman sebagai fondasi yang baik bagi diri mereka untuk masa
depan, agar mereka dapat dengan teguh menggenggam kehidupan yang sebenarnya”. (1 Timotius 6:19)
Anda dapat yakin bahwa Allah, yang memungkinkan orang-orang yang disebutkan
dalam Alkitab hidup begitu lama, dapat membuat Anda hidup untuk
selama-lamanya!
[Catatan
Kaki]
a Untuk
perincian, lihat buku Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia? yang
diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
[Grafik
di hlm. 12]
(Untuk
keterangan lengkap, lihat publikasinya)